Kisah Kanamata - Dhammapada
Kisah Ibu Kana
Yathapi rahado gambhiro,
vippasanno anavilo,
evam dhammani sutvana,
vippasidanti pandita.
Bagaikan danau yang dalam,
jernih dan tenang,
orang bijaksana akan tenteram,
setelah mendengarkan Dhamma.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan ibu Kana.
Ibu Kana adalah seorang upasika yang berbakti kepada Sang Buddha. Putrinya, Kana, menikah dengan seorang pria dari desa lain. Kana mengunjungi ibunya selama beberapa hari, suaminya mengirimkan pesan agar ia segera pulang. Ibu Kana memintanya menunggu sehari karena ia ingin menitipkan sejumlah daging manis kepada menantunya.
Keesokan harinya, ibu Kana membuat daging manis, namun saat 4 orang biksu berdiri di depan pintunya untuk menerima dana, ia mempersembahkan beberapa daging manis itu.
Keempat biksu itu memberitahukan kepada biksu-biksu lain tentang daging manis dari rumah ibu Kana dan biksu-biksu itu juga mendatangi rumah itu. Karena baktinya kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya, ibu Kana mempersembahkan daging manis kepada semua biksu yang datang, satu per satu. Akibatnya, tidak ada lagi daging manis yang tersisa untuk dibawa pulang Kana hari itu.
Kejadian serupa terjadi dalam dua hari berturut-turut. Ibu Kana membuat sejumlah daging manis, para biksu berdiri di depan pintunya, ia mempersembahkan daging manis itu kepada mereka, tidak ada lagi yang tersisi untuk dibawa pulang putrinya, dan putrinya tidak jadi pulang.
Pada hari ketiga, untuk ketiga kalinya, suaminya mengirimkan pesan kepada Kana, yang juga merupakan peringatan yang menyatakan bahwa jika Kana tidak pulang esok hari, maka ia akan menikah lagi dengan wanita lain.
Namun, keesokan harinya Kana juga tidak dapat pulang rumah karena ibunya mempersembahkan semua daging manisnya kepada para biksu. Suami Kana lalu menikah lagi dengan wanita lain dan Kana menjadi benci terhadap para biksu. Ia sering mengasari para biksu sehingga mereka menjauh dari rumah ibunya.
Sang Buddha yang mengetahui masalah Kana, datang ke rumah ibu Kana. Di sana, ibunya mempersembahkan kepada Sang Buddha bubur.
Setelah makan, Sang Buddha memanggil Kana dan bertanya kepadanya, "Apakah murid-murid-Ku mengambil sesuatu yang diberikan kepada mereka, atau mengambil sesuatu yang tidak diberikan kepada mereka?"
Kana menjawab bahwa para biksu hanya mengambil apa yang diberikan kepada mereka, ia juga menambahkan, "Mereka tidak bersalah. Akulah yang bersalah."
Demikianlah, ia mengakui kesalahannya dan bersujud kepada Sang Buddha. Sang Buddha lalu membabarkan Dhamma. Setelah mendengarkan Dhamma itu, Kana mencapai kesucian sotapanna.
Saat dalam perjalanan pulang ke vihara, Sang Buddha berpas-pasan dengan raja Pasenadi dari kerajaan Kosala. Setelah diberitahukan tentang Kana dan kebenciannya kepada biksu, raja bertanya kepada Sang Buddha apakah Ia mampu mengajarkan Dhamma dan membuatnya yakin kepada Dhamma.
Sang Buddha menjawab, "Ya, Aku telah mengajarkan Dhamma kepadanya, dan Aku telah membuat dirinya kaya raya pada kehidupan mendatang."
Lalu raja berjanji kepada-Nya bahwa ia akan membuat Kana kaya pada kehidupan ini. Raja mengikrimkan orang-orangnya beserta sebuah tandu untuk menjemput Kana.
Saat Kana tiba, raja mengumumkan kepada menteri-menterinya, "Siapa pun yang dapat menjaga Kana dalam kenyamanan maka ia boleh membawanya."
Salah satu menterinya dengan suka rela mengadopsi Kana sebagai putri, memberikan seluruh kekayaannya, dan berkata kepadanya, "Kau boleh mendonasikan seberapa pun yang kau mau."
Setiap hari, Kana memberikan persembahan kepada para biksu di 4 gerbang masuk Savatthi.
Saat membahas tentang Kana bermurah hati dalam berdana, Sang Buddha berkata, "Para biksu, pikiran Kana yang tertutup awan hitam dan kekacauan telah dibersihkan dan ditenangkan oleh kata-kata-Ku."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 082 bab Syair Orang Bijaksana