Kisah Kumbhaghosaka-Dhammapada
Kisah Kumbhaghosaka, si bankir
Utthanavato satimato,
sucikammassa nisammakarino,
sannatassa dhammajivino,
appamattassa yaso bhivaddhati.
Jika seeorang bersemangat, waspada,
pikiran, ucapan dan perbuatannya mulia,
dan jika ia melakukan sesuatu dengan cermat dan penuh pertimbangan,
menjaga inderanya, menjalanan mata pencaharian sesuai dengan Dhamma serta tidak melanggarnya,
maka, ketenaran dan keberuntungan dari orang penuh kewaspadaan itu akan bertambah.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan Kumbhaghosaka, si bankir.
Pada suatu ketika, penyakit mewabah di kota Rajagaha. Di rumah pemilik bank kota, para pelayannya meninggal dunia akibat wabah itu.
Si bankir dan istrinya juga dijangkiti. Pada saat mereka berdua sedang sakit parah, mereka memberitahukan kepada putra mereka yang masih kecil, Kumbhaghosaka, untuk meninggalkan mereka dan menjauh dari rumah, dan hanya kembali setelah melalui waktu yang lama. Mereka juga memberitahukannya bahwa di sebuah tempat mereka telah menguburkan sejumlah harta seharga 40 krore (400 juta).
Putra mereka meninggalkan kota itu dan tinggal di dalam hutan selama 12 tahun, dan setelah itu kembali ke kota asalnya.
Pada saat itu, ia sudah tumbuh menjadi seorang pemuda dan di kota itu tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Ia mendatangi tempat di mana harta itu disembunyikan, dan berhasil menemukannya dalam keadaan utuh. Namun ia berpikir bahwa tidak ada yang mengenalinya, dan menyadari bahwa bila ia menggali harta itu dan menggunakannya maka masyarakat akan berpikir bahwa pemuda miskin ini telah secara tidak sengaja menemukan harta karun, dan mereka akan melaporkan hal itu kepada raja. Dalam masalah ini, semua miliknya akan disita dan dirinya mungkin saja akan difitnah atau dijebloskan ke dalam penjara.
Akhirnya ia memutuskan bahwa belumlah saatnya untuk menggali harta itu, dan untuk sementara waktu ia harus mencari pekerjaan untuk meneruskan hidup.
Dengan berpakaian kusam, ia mencari pekerjaan. Ia pun memperoleh pekerjaan. Tugasnya adalah berkeliling membangunkan orang-orang di dini hari, dan memberitahukan kepada orang-orang bahwa sudah saatnya menyiapkan makanan, sudah waktunya menjalankan kereta, dan mengembala sapi, dan lainnya.
Pada suatu pagi, raja Bimbisara mendengar teriakan Kumbhaghosaka. Raja yang ahli dalam menilai suara berkata, "Ini adalah suara dari seseorang yang kaya raya."
Salah seorang dayang raja yang mendengar ucapannya, mengutus seseorang untuk menyelidikinya. Dan setelah menyelidiki, utusan itu melaporkan bahwa pemuda itu hanyalah seorang buruh.
Tanpa mempedulikan laporan itu, raja mengulangi perkatannya selama tiga hari berturut-turut. Dan lagi-lagi, seseorang diutus untuk menyelidiki, namun hasilnya tetap sama. Dayang itu merasa amat janggal, maka ia meminta kepada raja untuk mengizinkan dirinya turun tangan untuk mengusut hal itu. Raja pun mengizinkannya.
Dengan menyamar sebagai orang desa, dayang itu dan putrinya mendatangi daerah para buruh tinggal. Dengan beralasan bahwa mereka adalah pendatang, mereka meminta tempat untuk menginap, dan Kumbhaghosaka mengajak mereka tinggal bersamanya untuk satu malam. Namun, mereka berhasil dengan segala akal menetap lebih lama.
Selama tinggal di rumah Kumbhaghosaka, raja dua kali pengumumkan akan mengadakan sebuah perayaan di daerah para buruh, dan semua kepala rumah tangga harus memberikan sumbangan.
Kumbhaghosaka tidak mempunyai uang tunai waktu itu. Maka ia terpaksa mengambil beberapa kahapana (nama mata uang pada zaman itu) dari harta karunnya.
Pada saat uang-uang logam itu dititipkan kepada dayang itu, dayang itu mengganti uang-uang terebut dengan uangnya, lalu uang-uang logam Kumbhaghosaka dikirimkan kepada raja.
Setelah beberapa lama, dayang itu mengirimkan pesan kepada raja agar raja mengirimkan beberapa prajurit ke sana. Kemudian Kumbhaghosaka diseret untuk diadili. Kumbhaghosaka amat tidak berkenan pergi dengan para prajuri itu. Sementara dayang dan putrinya juga pergi ke istana mendahului mereka.
Di istana, raja meminta kepada Kumbhaghosaka untuk berbicara sejujurnya dan menjamin tidak akan disakiti. Kumbhaghosaka mengakui bahwa uang-uang itu adalah miliknya dan juga memberitahu bahwa ia adalah putra dari pemilik bank kota Rajagaha yang meninggal akibat serangan wabah 12 tahun yang lalu. Ia juga mengungkapkan letak harta karun itu disembunyikan.
Sebagai tindak lanjut, semua harta karun itu digali dan dibawa ke istana. Raja mengangkat Kumbhaghosaka sebagai bankir dan menikahkannya dengan salah seorang putrinya.
Setelah semua berlalu, raja membawa Kumbhaghosaka pergi menemui Sang Buddha di vihara Veluvana, dan memberitahukan kepada Sang Buddha bagaimana pemuda yang sebenarnya kaya itu mencari penghidupan sebagai buruh, dan bagaimana ia mengangkatnya sebagai bankir muda.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Kumbhaghosaka mencapai kesucian sotapanna.
Dhammapada ayat 024 bab Syair Kewaspadaan