Kisah Perayaan Balanakkhantta-Dhammapada
Kisah Perayaan Balanakkhantta
Pamadamanuyunjanti,
bala dummedhino jana,
appamadanca medhavi,
dhanam setthava rakkhati.
Ma pamadamanuyunjetha,
ma kamaratisanthavam,
appamatto hi jhayanto,
pappoti vipulam sukham.
Yang bodoh dan yang lalai menyerahkan diri kepada kelengahan,
sementara yang bijaksana menjaga kewaspadaan bagaikan permata berharga.
Oleh karena itu, seseorang seharusnya tidak lengah ataupun terikat oleh kesenangan indria,
mereka yang senantiasa waspada, melalui pelatihan samadhi, merasakan kebahagiaan agung (nibbana).
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan perayaan Balanakkhatta.
Pada suatu ketika, perayaan Balanakkhatta diadakan di kota Savatthi. Selama perayaan itu, banyak sekali pemuda-pemuda bodoh melumuri tubuh mereka dengan abu dan kotoran sapi, dan berkeliaran sekitar kota sambil berteriak-teriak dan meresahkan masyarakat setempat. Mereka juga mendatangi rumah ke rumah dan hanya pergi bila diberikan sejumlah uang.
Pada saat itu, di Savatthi, terdapat banyak sekali upasaka-upasika murid Sang Buddha. Karena para pemuda bodoh itu, para upasaka-upasika itu berpesan agar Sang Buddha tetap berada di vihara dan jangan memasuki kota selama 7 hari. Mereka akan mengirimkan dana makanan dan mereka sendiri akan tetap berdiam di dalam rumah masing-masing.
Pada hari kedelapan, saat perayaan telah berakhir, Sang Buddha dan murid-murid-Nya diundang ke kota untuk menerima dana makanan dan persembahan lainnya.
Pada saat mendengar cerita tentang tindakan tak bermoral dan kebiasaan memalukan para pemuda bodoh itu selama berlangsungnya perayaan itu, Sang Buddha menanggapi dengan berkata bahwa adalah wajar bila orang-orang bodoh dan lalai bertindak tanpa rasa malu.
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu.
Dhammapada ayat 026 dan 027 bab Syair Kewaspadaan