Kisah Samanera Dari Kosambi - Dhammapada
Kisah Samanera Dari Kosambi
Santam tassa manam hoti,
santa vaca ca kamma ca,
sammadanna vimuttassa,
upasantassa tadino.
Seorang arahat yang memahami Dhamma,
amat tenang dalam pikiran, ucapan dan tindakannya,
arahat seperti itulah yang terbebas dari kekotoran batin,
dan tidak terpengaruh oleh keadaan hidupnya.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang samanera dari Kosambi, murid biksu Tissa.
Pada suatu ketika, seorang anak berusia 7 tahun ditahbiskan menjadi seorang samanera atas permohonan ayahnya. Sebelum rambutnya dicukur, ia diberikan sebuah petunjuk meditasi. Pada saat rambutnya sedang dicukur, pikirannya menetap teguh pada objek meditasinya, dan hasilnya, begitu rambutnya selesai dicukur, ia mencapai kesucian tingkat arahat.
Setelah selang beberapa waktu, biksu Tissa dengan ditemani oleh samanera itu pergi ke Savatthi untuk bersujud kepada Sang Buddha. Di tengah perjalanan, mereka menginap di sebuah vihara desa. Biksu Tissa tertidur sementara samanera cilik itu sepanjang malam duduk di samping biksu tua itu.
Pada pagi harinya, biksu Tissa berpikir bahwa sudah waktunya membangunkan samanera cilik itu. Ia pun mengipasi samanera cilik itu dengan sebuah kipas daun palem, dan tanpa sengaja mata samanera cilik itu terpukul oleh pegangan kipas dan membuat matanya buta.
Samanera itu menutupi sebelah matanya dengan sebelah tangannya dan pergi melaksanakan tugasnya mengambilkan air untuk biksu Tissa untuk mencuci muka dan menggosok gigi, menyapu lantai vihara, dan lainnya.
Pada saat samanera cilik itu memberikan air kepada biksu Tissa dengan menggunakan sebelah tangan, biksu Tissa menegurnya dan berkata bahwa ia harus memberikan sesuatu dengan 2 tangan.
Setelah itulah, biksu Tissa baru tahu apa yang terjadi pada sebelah mata samanera itu. Dengan segera biksu Tissa menyadari bahwa ia telah menyalahkan seseorang yang suci.
Merasa sangat menyesal dan malu, biksu Tissa meminta maaf kepada samanera itu. Namun samanera itu berkata bahwa itu bukanlah kesalahan biksu Tissa, bukan juga kesalahan dirinya sendiri, namun itu semua dikarenakan akibat karma. Setelah itu, biksu Tissa tidak merasa sedih lagi atas kejadian itu. Namun biksu Tissa tidak melupakan kejadian naas itu.
Lalu mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju Savatthi dan akhirnya tiba di vihara Jetavana di mana Sang Buddha berada. Lalu biksu Tissa mengatakan kepada Sang Buddha tentang samanera cilik yang datang bersamanya adalah orang yang paling mulia yang pernah ia jumpai, serta memberitahukan segala yang terjadi di dalam perjalanan mereka.
Setelah mendengarkan kata-kata biksu Tissan, Sang Buddha berkata kepadanya, "Putra-Ku, seorang arahat tidak akan marah kepada siapa pun juga, ia telah mengendalikan semua inderanya dan memiliki ketenangan yang sempurna."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 096 bab Syair Arahat