Kisah Samanera Tissa Dari Vihara Hutan - Dhammapada
Kisah Samanera Tissa Dari Vihara Hutan
Anna hi labhupanisa,
anna nibbanagamini,
evametam abhinnaya,
bhikkhu buddhassa savako,
sakkaram nabhinandeyya,
vivekamanubruhaye.
Sebenarnya, satu jalan menuju keuntungan duniawi,
Jalan lainnya mengarah kepada nibbana,
dengan sepenuhnya mengerti hal ini,
seorang biksu, murid Sang Buddha,
seharusnya tidak tertarik dengan keuntungan dan kemasyuran duniawi,
namun selalu menyepi, tidak terikat dan mencapai nibbana.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Tissa, si samanera yang tinggal di vihara hutan.
Tissa adalah putra seorang kaya raya dari Savatthi. Ayahnya sering mempersembahkan dana makanan kepada murid utama Sang Buddha, biksu Sariputra, di rumah mereka dan Tissa semenjak kecil sudah bertemu dengan murid utama itu dalam banyak kesempatan.
Pada usia 7 tahun Tissa menjadi seorang samanera di bawah asuhan biksu Sariputra. Pada saat tinggal di vihara Jetavana, banyak sekali teman-teman dan keluarganya datang mengunjunginya, membawakan hadiah dan persembahan.
Samanera Tissa merasakan kunjungan-kunjungan itu amat melelahkan, maka setelah menerima petunjuk meditasi dari Sang Buddha, ia pergi dan mendatangi sebuah vihara hutan.
Setiap kali penduduk setempat mempersembahkan sesuatu kepadanya, ia hanya berkata, "Semoga kalian bahagia, semoga kalian terbebas dari penderitaan hidup (Sukhita hotha, dukkha muccatha)." Lalu pergi meneruskan perjalanannya.
Selama ia tinggal di vihara hutan, ia tekun dan rajin melatih meditasi, dan setelah 3 bulan ia mencapai kearahatan.
Setelah masa vassa, biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana serta beberapa murid senior mengunjungi samanera Tissa, setelah memperoleh izin dari Sang Buddha.
Seluruh penduduk datang menyambut biksu Sariputra beserta 4.000 biksu rombongannya. Mereka juga memohon biksu Sariputra untuk memberikan khotbah Dhamma, namun biksu Sariputra menolaknya. Sebagai gantinya, biksu Sariputra menunjuk muridnya, Tissa, untuk mebabarkan Dhamma kepada para penduduk.
Namun, para penduduk berkata bahwa Tissa selalu hanya berkata, "Semoga kalian bahagia, semoga kalian terbebas dari penderitaan hidup." Mereka meminta biksu Sariputra menunjuk muridnya yang lain.
Namun biksu Sariputra bersikeras bahwa Tissa akan memberikan khotbah Dhamma, dan berkata kepada Tissa, "Tissa, jelaskanlah Dhamma kepada mereka, dan tunjukkanlah kepada mereka bagaimana memperoleh kebahagiaan dan bagaimana agar terbebas dari penderitaan hidup."
Demikianlah, untuk mentaati gurunya, samanera Tissa menaiki podium untuk berkhotbah. Ia menjelaskan kepada para pendengar tentang arti dari Kelompok Kehidupan (khanda), landasan indria dan objek indria (ayatana), faktor-faktor mencapai pencerahan (bodhipakkhiya Dhamma), Jalan menuju kearahatan dan nibbana, dan lainnya.
Di akhir khotbahnya, ia menyimpulkan, "Dan demikianlah, mereka yang mencapai kearahatan adalah terbebas dari semua penderitaan hidup dan merasakan Kedamaian. Sedangkan orang-orang lainnya tetap berputar di dalam roda kelahiran dan kematian (samsara)."
Biksu Sariputra memuji Tissa karena telah menyampaikan Dhamma dengan sedemikian baiknya. Hari sudah fajar saat ia mengakhiri khotbahnya, dan semua penduduk sangat terkesan. Beberapa dari mereka amat terkejut karena samanera Tissa menguasai Dhamma dengan baik, namun mereka masih belum puasnya karena dulu ia hanya sedikit menyampaikan Dhamma kepada mereka. Penduduk lainnya amat bahagia dan puas mengetahui ternyata samanera Tissa amat pandai dan merasa mereka sangat beruntung berada di dekatnya.
Sang Buddha, dengan kesaktian-Nya, melihat dari vihara Jetavana kedua kelompok penduduk itu dan muncul di hadapan mereka. Maksud kedatangan-Nya adalah untuk menghilangkan kesalahpahaman di antara kelompok pertama para penduduk.
Sang Buddha tiba pada saat para penduduk sedang bersiap-siap memberikan dana makanan kepada para biksu. Maka, mereka juga memperoleh kesempatan mempersembahkan dana makanan kepada Sang Buddha.
Setelah selesai makan, Sang Buddha berkata kepada para penduduk, "Para perumah tangga, kalian semua amat beruntung karena samanera Tissa berada di antara kalian. Karena ia berada di sini maka Aku, murid utama-Ku, para biksu senior dan biksu-biksu lainnya datang berkunjung ke sini."
Kata-kata itu menyadarkan mereka seberapa beruntungnya mereka karena Tissa berada di antara mereka dan mereka pun amat puas sekali. Sang Buddha lalu memberikan wejangan Dhamma kepada para penduduk dan para biksu, dan hasilnya, banyak dari mereka yang mencapai kesucian sotapanna.
Setelah berkhotbah, Sang Buddha kembali ke vihara Jetavana. Di malam harinya, para biksu memuji Tissa di hadapan Sang Buddha, "Bhante, samanera Tissa telah melakukan tugas yang sulit. Ia menerima banyak hadiah dan persembahan ketika berada di Savatthi, tetapi ia tetap meninggalkannya dan hidup menyepi di vihara hutan."
Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Para biksu, seorang biksu, apakah berada di kota maupun di pedesaan, seharusnya tidak hidup untuk mencari hadiah dan persembahan, jika seorang biksu menolak semua masa depan indah dan keuntungan duniawi dan dengan rajin melatih Dhamma di dalam kesendirian, ia pasti akan mencapai kearahatan."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 075 bab Syair Orang Bodoh