Kisah Sariputra (3) - Dhammapada
Kisah Biksu Sariputra
Assaddho akatannu ca,
sandhicchedo ca yo naro,
hatavakaso vantaso,
sa ve uttamaporiso.
Orang yang jujur, memahami Tanpa Kondisi (nibbana),
menghentikan perputaran kelahiran, melenyapkan akibat karma,
menghilangkan semua keinginan,
ialah yang termulia di antara semua manusia.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Sariputra.
30 orang biksu dari sebuah desa tiba di vihara Jetavana untuk bersujud kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengetahui bahwa sudah tiba saatnya bagi biksu-biksu itu untuk mencapai kearahatan.
Sang Buddha pun memanggil biksu Sariputra dan di hadapan para biksu itu Ia bertanya, "Putra-Ku, Sariputra. Apakah kau percaya bahwa dengan bermeditasi pada indera-indera akan mencapai nibbana?"
Biksu Sariputra menjawab, "Bhante, dalam masalah mencapai nibbana dengan bermeditasi pada indera-indera, aku mempercayainya bukanlah karena aku yakin kepada-Mu. Hanya saja, jika diri seseorang belum mencapai nibbana, ia akan percaya pada orang lain."
Ke-30 biksu itu tidak mengerti jawaban biksu Sariputra, mereka berpikir, "Biksu Sariputra belum meninggalkan pandangan sesatnya, bahkan hingga kini ia tidak meyakini Sang Buddha."
Sang Buddha lalu menjelaskan kembali kepada biksu-biksu itu arti sebenarnya jawaban dari biksu Sariputra, "Para biksu. Jawaban Sariputra sesederhana ini; ia percaya bahwa nibbana dapat dicapai dengan meditasi pada indera-indera, namun ia mempercayainya karena pencapaian dirinya sendiri dan bukan percaya secara membabi-buta karena Aku ataupun orang lain yang mengatakannya. Sariputra menaruh keyakinan kepada-Ku, ia juga meyakini akibat dari kebaikan dan kejahatan."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, semua biksu itu mencapai kesucian arahat.
Dhammapada ayat 097 bab Syair Arahat