Kisah Si Kaya Yang Kikir, Ananda - Dhammapada
Kisah Si Kaya, Ananda
Putta matthi dhanam matthi,
iti balo vihannati,
atta hi attano natthi,
kuto putta kuto dhanam.
"Aku memiliki anak-anak, aku memiliki kekayaan,"
perasaan itu terlintas di dalam benak si bodoh,
dirinya sendiri bukanlah miliknya,
bagaimana mungkin anak-anak dan kekayaan menjadi miliknya?
Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang kaya raya yang pelit, Ananda.
Di Savatthi hiduplah seorang yang amat kaya raya yang bernama Ananda. Walaupun ia memiliki 8 krore (80 juta), namun ia enggan memberikan apa pun sebagai persembahan.
Ia sering berkata kepada putranya, "Jangan kira kekayaan yang kini kita miliki amat banyak. Jangan memberikan apa pun dari apa yang kita miliki, kau harus membuatnya semakin banyak, atau, kekayaanmu akan berkurang."
Orang kaya ini mempunyai 5 kendi emas yang dikubur di dalam rumahnya, dan ia meninggal tanpa sempat memberitahukan tempatnya kepada putranya.
Ananda, si kaya raya, terlahir kembali di sebuah desa kaum pengemis, tak jauh dari Savatthi. Saat ibunya mengandung, pendapatan mengemis para pengemis berkurang. Mereka merasa pasti bahwa ada kutukan atau ketidakberuntungan di antara mereka.
Dengan membagi menjadi beberapa kelompok dan melalukan seleksi, mereka mendapati bahwa pengemis wanita yang sedang mengandung adalah pembawa ketidakberuntungan. Dengan alasan itu, wanita itu dikeluarkan dari desa.
Saat putranya lahir, tampilan anaknya amat jelek dan menjijikkan. Jika ibunya mengemis seorang diri, ia akan memperoleh pendapatan yang baik seperti biasanya, namun jika ia mengemis bersama putranya maka ia tidak akan memperoleh apa pun.
Maka, saat putranya dapat mengemis sendiri, wanita itu meletakkan sebuah piring ditangan putranya dan pergi sendiri. Pada saat putranya berkeliling di Savatthi, ia masih mengingat rumah lamanya dan kehidupan lamanya. Maka ia mengunjungi rumah itu.
Saat putra-putra dari putranya, Mulasiri, melihatnya, mereka ketakutan dengan kejelekannya dan menangis. Pelayan-pelayan mereka memukulinya dan menyeretnya keluar dari dalam rumah.
Sang Buddha yang sedang berkeliling menerima dana makanan melihat peristiwa itu dan meminta kepada biksu Ananda untuk memanggil Mulasiri. Mulasiri pun datang dan Sang Buddha memberitahukan kepadanya bahwa kehidupan masa lampau pengemis kecil itu adalah sebagai ayahnya.
Mulasiri tidak percaya. Maka Sang Buddha meminta kepada pengemis kecil itu untuk menunjukkan letak ia menguburkan 5 kendi emasnya. Dan kemudian, Mulasiri menerima kenyataan dan semenjak saat itu ia menjadi upasaka.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 062 bab Syair Orang Bodoh