Kisah Devadatta (3) - Dhammapada
Kisah Devadatta - 3
Yassa accantadussilyam,
maluva salamivotthatam,
karoti so tathattanam,
yatha nam icchati diso.
Bagaikan tanaman merambat mencengkeram sebatang pohon,
demikian juga, orang yang tidak bermoral,
memperlakukan dirinya,
seperti yang dikehendaki musuhnya.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Devadatta.
Pada suatu hari, para biksu sedang berbincang-bincang dan saat Sang Buddha memasuki ruangan, Sang Buddha bertanya kepada mereka tentang topik pembicaraan mereka.
Mereka menjawab bahwa mereka sedang membahas tentang Devadatta, dan dilanjuti dengan berkata, "Bhante. Devadatta, selain manusia tidak bermoral, ia juga sangat licik. Ia mencoba mengapai ketenaran dan keberuntungan dengan memperoleh kepercayaan dari Ajatasatru dengan cara tidak benar."
"Ia juga meyakinkan Ajatasatru bahwa dengan menyingkirkan ayahnya (raja Bimbisara), maka ia akan segera menjadi raja yang amat berkuasa. Terpengaruh hasutan dari Devadatta, ia membunuh ayahnya. Devadatta juga pernah berusaha membunuh-Mu sebanyak tiga kali, guru mulia kami. Devadatta sangat jahat dan tidak dapat diperbaiki."
Setelah mendengarkan perkataan para biksu, Sang Buddha memberitahukan kepada mereka bahwa Devadatta berusaha membunuh-Nya bukan hanya pada kehidupan sekarang saja, namun juga pada kehidupan lampau mereka. Sang Buddha lalu mengisahkan sebuah kisah pemburu rusa.
"Pada suatu ketika, saat raja Brahmadatta memerintah di kota Baranasi, Sang Bodhisattva (Sakyamuni Buddha) terlahir sebagai seekor rusa, dan Devadatta terlahir sebagai seorang pemburu rusa."
"Pada suatu hari, pemburu rusa melihat jejak-jejak kaki seekor rusa di bawah pohon. Jadi, ia membangun sebuah pelataran bambu di bawah pohon dan dengan tombaknya, ia menunggu kedatangan rusa."
"Rusa akhirnya datang namun dengan penuh kewaspadaan. Pemburu rusa melihat rusa itu penuh keragu-raguan, lalu ia menebarkan sejumlah buah-buahan di dekat pohon untuk memancing rusa itu."
"Tindakan itu menambah kewaspadaan rusa. Rusa terlihat semakin berhati-hati dan ia melihat pemburu rusa di pohon. Rusa berpura-pura tidak melihat pemburu rusa dan perlahan-lahan berbalik."
"Saat mencapai jarak yang aman, rusa berkata kepada pohon, 'Oh, pohon. Kau selalu menjatuhkan buah-buahmu lurus ke bawah, namun hari ini kau melawan hukum alam dengan menjatuhkan buah-buahmu miring ke samping. Karena kau telah melanggar hukum alam tentang pohon, aku akan meninggalkanmu dan mencari pohon lain.'"
"Melihat rusa itu pergi menjauh, pemburu rusa menjatuhkan tombaknya dan berkata, 'Benar, kau bisa pergi hari ini, aku salah dalam perhitunganku.'"
"Rusa itu yang merupakan calon Buddha menjawab, 'Pemburu. Kau benar-benar salah perhitungan hari ini, namun karma burukmu tidak pernah salah, ia akan selalu mengikutimu.'"
"Demikianlah, Devadatta telah mencoba membunuh-Ku bukan hanya pada kehidupan sekarang, namun juga pada kehidupan lampau, akantetapi tetap saja ia gagal."
Sang Buddha kembali melanjutkan, "Para biksu. Bagaikan tanaman merambat yang mencengkeram pohon yang ia lekati, begitu juga, mereka yang tidak bermoral, dibebani oleh nafsu, akhirnya menyeret mereka ke dalam alam neraka."
Lalu Sang Buddha mengucapakn ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, banyak yang mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 162 bab Syair Diri Sendiri