Kisah Perpecahan Sangha - Dhammapada
Kisah Perpecahan Sangha
Sukarani asadhuni,
attano ahitani ca,
yam ve hitanca sadhunca,
tam ve paramadukkaram.
Yang lebih mudah dilakukan adalah,
hal-hal buruk dan tidak bermanfaat,
sedangkan yang lebih sulit adalah,
melakukan hal-hal baik dan bermanfaat.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, sehubungan dengan Devadatta yang memecah belah Sangha.
Pada suatu ketika, pada saat Sang Buddha sedang mengkhotbahkan Dhamma di vihara Veluvana, di kota Rajagaha, Devadatta datang dan menyarankan bahwa karena Sang Buddha sudah semakin tua, maka tugas-tugas mengurus Sangha seharusnya dipercayakan kepadanya. Sang Buddha menolak saran itu dan menasihatinya serta menyebutnya dengan 'penjilat ludah' (khelasika).
Semenjak saat itu, Devadatta sangat membenci Sang Buddha. Ia bahkan mencoba membunuh Sang Buddha sebanyak 3 kali, namun semua usahanya gagal.
Kemudian Devadatta mencoba strategi lain. Sekali ini ia mendatangi Sang Buddha dan menyarankan 5 peraturan moral (sila) untuk para biksu untuk dilaksanakan seumur hidup mereka.
Ia menyarankan;
l. Para biksu harus tinggal di dalam hutan-hutan.
2. Para biksu hanya hidup dari menerima dana makanan dari rumah ke rumah (pindapata).
3. Para biksu hanya boleh memakai jubah yang terbuat dari kain yang diambil dari tempat pembuangan.
4. Para biksu harus tinggal di bawah pohon.
5. Para biksu tidak boleh memakan ikan dan daging.
Sang Buddha tidak menerima kelima sila itu, namun juga tidak melarang siapa pun yang ingin melaksanakannya, namun dengan dasar pertimbangan yang benar, Sang Buddha tidak memasukan kelima sila itu ke dalam sila dasar para Biksu.
Devadatta menyatakan bahwa sila-sila yang ia ajukan lebih baik dibandingkan dengan sila-sila yang ada, dan beberapa biksu yang baru bergabung ke dalam Sangha setuju dengannya.
Pada suatu hari, Sang Buddha bertanya kepada Devadatta apakah benar jika ia mencoba membuat perpecahan di dalam tubuh Sangha. Devadatta membenarkannya.
Sang Buddha mengingatkan Devadatta bahwa itu adalah pelanggaran yang paling serius, namun Devadatta tidak peduli dengan hal itu.
Pada saat Devadatta berjumpa dengan biksu Ananda saat sedang menerima dana makanan di dalam kota Rajagaha, ia berkata kepadanya, "Ananda, sejak hari ini aku akan melaksanakan uposatha, dan mengurus Sangha secara terpisah, tidak terpengaruh oleh Sang Buddha dan Sangha yang dipimpin-Nya."
Saat kembali dari menerima dana makanan, biksu Ananda melaporkan ucapan Devadatta itu kepada Sang Buddha.
Mendengar hal itu, Sang Buddha merenungkan, "Devadatta membuat pelanggaran yang sangat serius yang akan menyeretnya ke alam neraka. Bagi orang suci, lebih mudah berbuat kebajikan dan sulit berbuat kejahatan. Namun, orang yang jahat, sangat mudah berbuat kejahatan dan sulit berbuat kebajikan. Demikianlah, dalam kehidupan ini lebih mudah berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat, namun sangat sulit berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Pada hari uposatha, Devadatta, dengan diikuti oleh 500 biksu suku Vajji, memisahkan diri dari Sangha dan pergi ke Gayasisa. Namun, saat kedua murid utama Sang Buddha, biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana, pergi mendatangi para biksu yang mengikuti Devadatta dan menjelaskan masalahnya, mereka menyadari kesalahan mereka dan sebagian besar dari mereka kembali bersama kedua murid utama itu kepada Sang Buddha.
Dhammapada ayat 163 bab Syair Diri Sendiri