Kisah Ratu Mallika - Dhammapada
Kisah Ratu Mallika
Jiranti ve rajaratha sucitta,
atho sarirampi jaram upeti,
satanca dhammo na jaram upeti,
santo have sabbhi pavedayanti.
Kereta kerajaan yang penuh hiasan akan rusak,
begitu pun tubuh akan menua,
namun Dhamma Luhur tidak akan rusak,
Demikianlah, seharusnya orang suci mengingat hal itu.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan ratu dari raja Pasenadi dari kerajaan Kosala.
Pada suatu hari, ratu mallika pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka, tangan dan kakinya. Anjing peliharaannya juga masuk. Pada saat ia sedang membungkukkan badan untuk mencuci kakinya, anjingnya mencoba untuk bersetubuh dengannya, dan ratu merasa geli namun sedikit senang.
Raja melihat hal aneh itu dari jendela kamar tidurnya. Pada saat ratu masuk, raja marah kepada ratu, "Wanita penyihir. Apa yang kau lakukan dengan anjing itu di dalam kamar mandi? Jangan mengelak apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri."
Ratu menjawab bahwa ia hanya membasuh muka, tangan dan kakinya, dan tidak berbuat kesalahan. Ia menambahkan, "Namun, kamar itu sangat aneh. Jika orang masuk ke sana, orang yang melihat dari jendela akan telihat menjadi 2 orang. Jika kau tidak percaya, raja, masuklah ke sana dan aku akan melihat dari jendela."
Raja pun masuk ke kamar mandi. Pada saat ia keluar, ratu Mallika bertanya mengapa raja berlaku tidak sopan dengan seekor kambing betina di dalam kamar mandi.
Raja membantahnya, namun ratu bersikeras bahwa ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Raja kebinggungan, namun terpaksa menerima penjelasan ratu, dan menyimpulkan bahwa kamar mandi itu sangat aneh.
Sejak itu, ratu amat menyesal karena telah berbohong kepada raja dan telah menuduhnya bertindak tidak sopan dengan seekor kambing betina. Demikianlah, bahkan di saat menjelang kematiannya, ia lupa mengingat tentang dana-dana besar yang pernah ia lakukan bersama suaminya, dan hanya teringat bahwa ia telah berbuat curang kepadanya. Sebagai akibatnya, pada saat ia meninggal, ia terlahir di alam neraka.
Setelah upacara kremasinya, raja ingin bertanya kepada Sang Buddha di alam mana istrinya dilahirkan kembali. Sang Buddha tak ingin melukai perasaan raja, namun tidak ingin juga raja kehilangan keyakinannya terhadap Dhamma. Maka Sang Buddha tak ingin raja mengajukan pertanyaan seperti itu kepada-Nya, dan raja pun lupa bertanya kepada Sang Buddha.
Setelah 7 hari di alam neraka, ratu terlahir kembali di alam surga Tusita. Pada hari itu, Sang Buddha mengunjungi istana raja untuk menerima dana makanan. Sang Buddha mengutarakan bahwa Ia ingin beristirahat di halaman latihan tempat kereta-kereta kerajaan disimpan.
Setelah mempersembahkan dana makanan, raja bertanya kepada Sang Buddha di alam manakah ratu Mallika terlahir kembali.
Sang Buddha menjawab, "Mallika telah terlahir di alam surga Tusita."
Mendengar kabar itu, raja sangat senang, dan berkata, "Di mana lagi ia akan terlahirkan? Ia selalu berpikir untuk berbuat kebajikan, dan mengadakan persembahan kepada Sang Buddha. Bhante, kini ia telah pergi, aku, murid-Mu yang rendah ini, tidak tahu apa yang harus kulakukan."
Sang Buddha berkata, "Lihatlah kereta-kereta milik ayah dan kakekmu, semuanya sudah rusak dan tidak berguna lagi. Demikian pula tubuhmu, yang akan mati dan hancur. Hanya Dhamma Luhur yang tidak akan hancur."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 151 bab Syair Usia Tua