Brahmana Ayah Sang Buddha - Dhammapada
Kisah Brahmana 'Ayah' Sang Buddha
Ahimsaka ye munayo,
niccam kayena samvuta,
te yanti accutam thanam,
yattha gantva na socare.
Arahat yang tidak lagi menyakiti makhluk hidup,
dan selalu mengendalikan tindakannya,
ia akan menuju nibbana yang tiada kematian,
tempat tiada kesedihan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di taman Anjana, di dekat kota Saketa, sehubungan dengan seorang brahmana yang memanggil Sang Buddha dengan kata 'anakku'.
Pada suatu ketika, Sang Buddha beserta beberapa orang biksu memasuki Saketa untuk menerima dana makanan. Seorang brahmana tua yang melihat kedatangan Sang Buddha, mendekatinya lalu berkata, "Putraku, mengapa Kau tidak terlihat begitu lama? Mari ikut aku, biar ibu-Mu bertemu dengan-Mu."
Brahmana itu mengundang Sang Buddha ke rumahnya. Saat sampai di rumahnya, istri brahmana itu mengatakan hal yang sama kepada Sang Buddha dan memperkenalkan-Nya sebagai 'abang tertua' kepada anak-anaknya dan menyuruh mereka bersujud menghormati-Nya.
Semenjak hari itu, pasangan brahmana itu mempersembahkan dana makanan kepada Sang Buddha setiap hari, dan memperoleh ajaran Dhamma. Pasangan brahmana itu akhirnya mencapai kesucian tingkat anagami karena khotbah-khotbah itu.
Banyak sekali biksu-biksu yang tidak habis pikir mengapa pasangan brahmana itu berkata bahwa Sang Buddha adalah anak mereka. Para biksu itu pun akhirnya bertanya kepada Sang Buddha.
Sang Buddha menjelaskan, "Para biksu, mereka memanggil-Ku sebagai putra mereka karena Aku pernah menjadi putra maupun keponakan mereka sebanyak 1.500 kali kehidupan di masa lampau."
Sang Buddha terus menerus tinggal di suatu tempat yang dekat dengan kediaman pasangan brahmana itu selama 3 bulan, hingga mereka akhirnya mencapai kesucian tingkat arahat, dan memasuki parinibbana.
Para biksu tidak mengetahui bahwa pasangan brahmana itu telah mencapai kearahatan. Mereka bertanya kepada Sang Buddha ke mana mereka terlahirkan kembali.
Sang Buddha menjawab, "Mereka yang telah menjadi arahat tidak akan terlahirkan lagi di alam mana pun. Mereka telah menuju nibbana."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 225 bab Syair Kemarahan