Dana Yang Tak Tertandingi - Dhammapada
Dana Yang Tak Tertandingi
Na ve kadariya devalokam vajanti,
bela have nappasamsanti danam,
dhiro ca danam anumodamano,
teneva so hoti sukhi parattha.
Mereka yang kikir tidak akan sampai ke alam dewa,
mereka yang bodoh tidak menghargai kemurahhatian.
Orang bijaksana bergembira dalam kemurahhatian,
dan memperoleh kebahagiaan di kehidupan mendatang.
Sang Buddha mengucapakan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan dana yang tiada tandingan dari raja Pasenadi dari kerajaan Kosala.
Pada suatu ketika, raja Pasenadi mempersembahkan dana kepada Sang Buddha dan para biksu dalam skala besar. Sementara itu, beberapa umat lainnya yang ingin bersaing dengan raja Pasenadi mengadakan acara pemberian dana yang berskala lebih besar ketimbang yang didanakan oleh raja. Selanjutnya, raja dan para saingannya saling berlomba-lomba memberikan dana.
Pada akhirnya, ratu Mallika menyusun sebuah rencana. Untuk melaksanakan rencana itu, ia meminta kepada raja untuk membangun sebuah paviliun yang megah. Selanjutnya ratu meminta 500 buah payung berwarna putih dan 500 ekor gajah yang terlatih. Ke-500 ekor gajah itu akan bertugas memegangi payung putih untuk menaungi 500 orang biksu. Di bagian tengah paviliun terdapat 10 buah perahu yang diisi dengan wewangian dan dupa. Juga terdapat 250 orang tuan putri yang bertugas mengipasi para biksu.
Para pesaing raja tidak memiliki tuan putri, payung putih, maupun gajah, akhirnya mereka pun tidak mampu bersaing lagi dengan raja.
Setelah semua yang diperlukan tersedia, persembahan dana makanan pun dimulai. Setelah selesai makan, raja mempersembahkan segala sesuatu yang telah ia persiapkan di dalam paviliun, semua dana itu berharga 14 krore (140 juta).
Dalam acara dana itu 2 orang menteri raja ikut hadir. Salah seorang menterinya yang bernama Junha sangat terkesan dan memuji raja karena mempersembahkan dana dengan penuh kemurahhatian kepada Sang Buddha dan para anggota Sangha. Menteri itu juga tahu bahwa persembahan seperti itu hanya bisa dilakukan oleh seorang raja. Ia bertambah bahagia saat mengetahui bahwa raja akan menyalurkan benih kebajikan dari perbuatannya itu kepada semua makhluk. Singkat kata, menteri Junha sangat berbahagia dengan persembahan yang tak tertandingi dari raja itu.
Menteri lainnya, Kala, menilai bahwa raja sangat boros dengan menghabiskan uang sebesar 14 krore hanya dalam waktu 1 hari, sedang para biksu akhirnya akan kembali ke vihara dan tidur.
Setelah selesai makan, Sang Buddha memandangi para hadirin dan mengetahui dengan pasti pikiran menteri Kala. Sang Buddha juga tahu jika Ia berkhotbah panjang lebar maka menteri Kala akan semakin tidak puas. Hal itu akan mengakibatkan ia terlahir kembali ke alam derita.
Karena welas asih-Nya kepada menteri Kala, Sang Buddha hanya menyampaikan khotbah pendek lalu kembali ke vihara Jetavana. Sementara raja yang menyangka akan menerima khotbah secara panjang lebar merasa kecewa karena khotbah yang diberikan Sang Buddha begitu singkat. Raja menduga bahwa ada persiapan tertentu yang telah ia lakukan dengan tidak sempurna. Ia pun mendatangi vihara Jetavana.
Begitu melihat raja, Sang Buddha berkata, "Raja yang agung! Kau seharusnya berbahagia karena telah sempurna dalam mengadakan acara dana yang tak tertandingi (asadisa dana). Kesempatan untuk berbuat hal demikian adalah sangat jarang diperoleh. Kesempatan itu hanya datang satu kali selama satu Buddha."
Sang Buddha melanjutkan, "Akan tetapi, menteri Kala merasa semua itu hanyalah kesia-siaan, dan tidak semuanya mendatangkan hasil. Oleh sebab itu, jika Aku membabarkan khotbah dengan panjang lebar maka ia akan semakin tidak suka dan tidak nyaman, dan itu akan menyebabkan dirinya akan menderita di kehidupan sekarang dan berikutnya. Itulah sebabnya Aku berkhotbah secara singkat."
Sang Buddha menambahkan, "Raja yang agung! Orang-orang bodoh tidak berbahagia pada kemurahhatian yang diberikan orang lain, dan akan menuju alam yang lebih rendah. Orang-orang bijaksana berbahagia pada kemurahhatian orang lain dan memujinya, mereka berbagi kebajikan dengan orang lain, dan akan menuju alam dewa."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 177 bab Syair Dunia