Kisah Erakapatta, Si Raja Naga - Dhammapada
Kisah Erakapatta, Si Raja Naga
Kiccho manussapatilabho,
kiccham maccana jivitam,
kiccham saddhammassavanam,
kiccho buddhanamuppado.
Sulit dapat terlahir sebagai manusia,
sulit dapat hidup dengan suci,
sulit memperoleh kesempatan mendengarkan Dhamma,
sulit dapat bertemu dengan seorang Buddha.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di kota Baranasi, sehubungan dengan Erakapatta, si raja naga.
Pada suatu ketika, terdapat seorang raja naga yang bernama Erakapatta. Pada salah satu kehidupan lampaunya pada masa Kassapa Buddha, ia adalah seorang biksu. Saat itu, ia amat mengkhawatirkan sebuah pelanggaran kecil yang ia lakukan, karena itu, ia pun terlahir kembali sebagai naga.
Ia, dalam bentuk naga, menunggu kelahiran seorang Buddha. Ia mempunyai seorang putri yang sangat cantik, dan ia menjadikan putrinya itu sebagai alat untuk mengetahui keberadaan seorang Buddha. Ia mengumumkan bahwa kepada siapa pun yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari putrinya maka orang itu akan dinikahkan dengan putrinya.
Dua kali dalam satu bulan, putri Erakapatta menari di mimbar umum dan melantunkan pertanyaan-pertanyaan. Banyak sekali pria yang datang untuk mencoba menjawab semua pertanyaannya, namun tidak ada seorang pun yang benar jawabannya.
Waktu berlalu dan Sakyamuni Buddha pun telah muncul. Pada suatu hari, Sang Buddha dalam perenungan-Nya melihat seorang pemuda yang bernama Uttara. Pemuda itu diketahui akan segera memperoleh kesempatan mencapai kesucian tingkat sotapanna sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan dari putri Erakapatta.
Sang Buddha menghentikan langkah Uttara dan mengajarinya pengetahuan-pengetahuan yang berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari putri raja naga. Saat sedang diajari oleh Sang Buddha, Uttara mencapai kesucian tingkat sotapanna sehingga ia tidak lagi berminat terhadap putri raja naga itu.
Namun, Uttara tetap diharuskan untuk pergi menjawab pertanyaan-pertanyaan itu agar raja naga tahu bahwa seorang Buddha telah hadir di dunia. Lagipula, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan itu memiliki nilai moral yang berharga untuk umat manusia.
Pertanyaan yang diutarakan oleh putri raja naga adalah;
1. Siapakah penakluk?
2. Apakah seseorang yang dikuasai oleh kekotoran batin dapat disebut sebagai penakluk?
3. Penakluk apa yang bebas dari kekotoran batin?
4. Apa ciri-ciri orang yang bisa disebut orang bodoh?
Jawabannya adalah;
1. Penakluk adalah orang yang menguasai 6 inderanya.
2. Orang yang dikuasai oleh kekotoran batin tidak dapat disebut sebagai penakluk, namun, ia yang tiada kemelekatan adalah seorang penakluk.
3. Penakluk yang bebas dari kekotoran batin adalah orang tidak melekat.
4. Orang yang menyukai kesenangan indera dapat disebut orang bodoh.
Setelah mendapatkan jawabab-jawaban yang benar, kini putri raja naga menyanyikan pertanyaan kedua seputar hawa nafsu, kelahiran kembali, ajaran sesat dan kelalaian, dan bagaimana cara mengatasi semua itu. Uttara menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan apa yang ia pelajari dari Sang Buddha.
Saat Erakapatta mendengar semua jawaban-jawaban itu, ia sadar kalau Buddha telah muncul di dunia. Ia meminta Uttara membawanya menghadap Sang Buddha.
Saat bertemu dengan Sang Buddha, Erakapatta menceritakan tentang dirinya saat masih menjadi biksu pada masa Kassapa Buddha, bagaimana ia tanpa sengaja mematahkan pisau rumput saat ia berpergian dengan sebuah sampan, dan bagaimana ia begitu mengkhawatirkan sebuah pelanggaran kecil akan mengagalkan semua usahanya, dan bagaimana ia terlahir di alam naga.
Setelah mendengar semua cerita raja naga, Sang Buddha memberitahukan kepadanya seberapa sulitnya dapat terlahir di alam manusia, dan terlahir di masa munculnya seorang Buddha ataupun pada masa terdapat ajaran-Nya.
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, banyak sekali makhluk yang memperoleh manfaat. Erakapatta sebagai naga tidak mampu mencapai kesotapannaan saat itu.
Dhammapada ayat 182 bab Syair Buddha