Kisah Punna, si Pelayan Wanita-Dhammapada
Kisah Punna, si Pelayan Wanita
Sada jagaramananam,
ahorattanusikkhinam,
nibbanam adhimuttanam,
attham gacchanti asava.
Mereka yang selalu waspada,
disiplin siang dan malam,
bertujuan mencapai nibbana,
maka kekotoran batin mereka akan lenyap.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di gunung Gijjhakuta, di dekat kerajaan Magadha, sehubungan dengan seorang pelayan wanita di kota Rajagaha.
Pada suatu malam, Punna, si pelayan wanita, sedang menumbuk beras untuk majikannya. Karena lelah ia pun beristirahat sejenak. Saat beristirahat, ia melihat biksu Dabba memimpin beberapa orang biksu kembali ke vihara setelah mendengarkan khotbah Dhamma.
Punna yang melihat biksu-biksu itu masih terjaga, merenungkan, "Aku harus bangun sepagi ini karena aku begitu miskin dan harus bekerja keras. Namun, mengapa orang-oang baik itu juga bangun sepagi ini? Mungkinkah ada biksu yang sedang sakit, ataukah mereka sedang diganggu oleh seekor ular?"
Pagi berikutnya, Punna mengambil beras-beras yang rusak, merendamnya ke dalam air dan mengolahnya menjadi kue. Lalu, ia ingin memakannya di pinggir sungai maka ia pun membawa kue murahan dan jeleknya.
Di tengah perjalanan, ia melihat Sang Buddha sedang berjalan ke suatu tempat untuk menerima dana makanan. Ia ingin sekali mendanakan kuenya kepada Sang Buddha, namun ia tidak yakin apakah Sang Buddha mau memakan kue sejelek dan seadanya itu.
Sang Buddha mengetahui jalan pikiran Punna, Ia pun menerima kuenya dan meminta biksu Ananda membentangkan matras kecil di tanah. Sang Buddha lalu duduk di atas matras dan memakan kue persembahan Punna.
Setelah selesai makan, Sang Buddha memanggil Punna dan menjawab pertanyaan yang menjadi masalah bagi Punna.
Sang Buddha berkata kepadanya, "Punna, kau tidak bisa tidur karena kau miskin dan harus bekerja keras. Sementara putra-putra-Ku, para biksu, mereka tidak tidur karena harus selalu mawas diri dan sadar."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Punna mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 226 bab Syair Kemarahan