Kisah Seorang Biksu Anagami - Dhammapada
Kisah Seorang Biksu Anagami
Chandajato anakkhate,
manasa ca phuto siya,
kamesu ca appatibaddhacitto,
uddhamsoto ti vuccati.
Mereka yang ingin mencapai nibbana,
yang memiliki pikiran yang benar,
dan batinnya tidak terikat lagi oleh kesenangan,
ialah yang disebut Yang Telah Mencapai Hulu Sungai.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu anagami.
Pada suatu ketika, terdapat seorang biksu yang telah mencapai kesucian tingkat ketiga, anagami, walaupun demikian, ia tidak pernah mengatakan pencapaiannya kepada murid-muridnya, meskipun murid-muridnya menanyakan hal itu kepadanya.
Biksu itu bertekad untuk tidak mengungkapkan pencapaiannya hingga saat ia sudah mencapai kearahatan. Namun, akhirnya biksu itu meninggal dunia sebelum menjadi arahat, dan juga tidak mengatakan tentang pencapaian keanagamiannya.
Murid-muridnya mengira bahwa gurunya telah meninggal dunia sebelum mencapai salah satu tingkat kesucian, dan mereka pun merasa iba terhadapnya. Mereka kemudian menghadap Sang Buddha dan bertanya di alam mana mendiang gurunya terlahirkan.
Sang Buddha menjawab, "Para biksu, guru kalian yang telah mencapai kesucian anagami sebelum ia meninggal dunia, kini telah terlahir di alam brahma (Suddhavasa Brahmaloka)."
"Guru kalian tidak mengungkapkan pencapaian anagaminya karena ia merasa pencapaiannya masih sangat minim, dan ia dengan giat berlatih untuk mencapai kearahatan. Guru kalian kini telah terbebas dari kemelekatan terhadap alam nafsu (kamaloka) dan akan segera meningkat ke alam yang lebih tinggi."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, para biksu mencapai kesucian tingkat arahat.
Dhammapada ayat 218 bab Syair Kecintaan