Kisah Seorang Kaya - Dhammapada
Kisah Seorang Kaya
Piyato jayati soko,
piyato jayati bhayam,
piyato vippamuttassa,
natthi soko kuto bhayam.
Dari yang dicintai timbul kesedihan,
dari yang dicintai timbul kecemasan,
mereka yang bebas dari rasa cinta,
tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang kaya yang kehilangan putranya.
Pada suatu ketika, seorang umat berumah tangga merasa sangat tertekan akibat kematian putranya. Ia sering kali mengunjungi makam anaknya dan menangis di sana.
Pada pagi-pagi sekali, Sang Buddha melihat orang kaya itu lewat kekuatan batin-Nya. Lantas, Ia mengajak seorang biksu mengikuti-Nya pergi ke rumah orang kaya itu.
Di rumah orang kaya itu, Sang Buddha bertanya kepadanya mengapa ia begitu tidak bahagia. Orang itu pun menceritakan kepada Sang Buddha tentang kematian anaknya, penderitaan dan kepahitan yang ia rasakan.
Sang Buddha berkata kepadanya, "Umat-Ku, kematian tidaklah hanya terjadi pada satu tempat. Semua makhluk hidup yang lahir haruslah mati suatu hari nanti. Demikianlah, kehidupan berakhir dengan kematian. Kau harus selalu menyadari kebenaran bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian. Jangan mengira bahwa hanya putramu yang bisa mati. Janganlah menjadi begitu tertekan atau terguncang. Penderitaan dan kecemasan muncul akibat kecintaan."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, orang kaya itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 212 bab Syair Kecintaan