Kisah Stupa Emas Kassapa Buddha - Dhammapada
Kisah Stupa Emas Kassapa Buddha
Pujarahe pujayato,
buddhe yadi va savake,
papancasamatikkante,
tinnasokapariddave.
Te tadise pujayato,
nibbute akutobhaye,
na sakka punnam sahkhatum,
imettamapi kenaci.
Ia yang bersujud kepada yang layak dihormati,
Buddha maupun murid-murid-Nya,
yang telah mengatasi rintangan**,
dan melepaskan diri dari penderitaan.
yang telah menyingkirkan 'nafsu keinginan, kesombongan dan pandangan salah'.
Kebajikan akan diperoleh,
oleh ia yang bersujud,
kepada mereka yang bebas dari kekotoran batin maupun ketakutan,
tidak dapat dihasut siapa pun.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada dalam perjalanan dari kota Savatthi ke kota Baranasi, sehubungan dengan seorang brahmana dan stupa emas Kassapa Buddha.
Pada suatu ketika, pada saat Sang Buddha beserta murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju Baranasi, mereka tiba di sebuah ladang yang terdapat sebuah stupa suci. Tak jauh dari stupa itu, seorang brahmana sedang membajak ladang. Melihat brahmana itu, Sang Buddha memanggilnya.
Saat bertemu dengan Sang Buddha, brahmana itu melakukan penghormatan kepada stupa itu namun tidak kepada Sang Buddha.
Sang Buddha berkata kepada brahmana itu, "Brahmana, dengan menghormati stupa itu kau telah menanam benih karma baik."
Kata-kata itu membuat brahmana itu senang. Setelah membuat pikiran brahmana itu begitu senang, Sang Buddha lewat kesaktian-Nya memperlihatkan sebuah stupa emas Kassapa Buddha dan memajangnya di atas langit.
Sang Buddha lalu menjelaskan kepada brahaman itu dan juga biksu-biksu bahwa terdapat 4 jenis manusia yang pantas dijadikan stupa, yaitu; para Buddha, yang pantas dihormati dan telah mencapai penerangan sempurna; para paccekabuddha; murid-murid yang suci; dan raja dunia.
Lebih lanjut, Sang Buddha juga menjelaskan kepada mereka 3 jenis stupa yang dibangun untuk menghormati keempat jenis manusia suci itu.
1. Sariradhatu cetiya, yaitu stupa tempat meyimpan sisa relik-relik.
2. Udissa cetiya, yaitu stupa dan patung yang dibuat mirip dengan keempat jenis manusia suci itu.
3. Paribhoga cetiya, yaitu stupa tempat meyimpan barang-barang pribadi manusia suci itu, seperti jubah, mangkuk, dan lainnya. Salah satu contohnya adalah pohon Bodhi.
Sang Buddha kemudian menekankan betapa pentingnya menghormati mereka yang layak dihormati.
Lalu Sang Buddha mengucapkan kedua ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, brahmana itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Sementara itu, stupa Kassapa Buddha tetap berada di atas langit selama 7 hari, dan masyarakat berdatangan untuk bersujud dan memberikan persembahan. Setelah itu, seperti harapan Sang Buddha, stupa itu menghilang, dan di atas tempat berdirinya stupa emas itu, secara misterius, muncul sebuah stupa batu besar.
Dhammapada ayat 195 dan 196 bab Syair Buddha