Kisah Tiga Orang Pertapa - Dhammapada
Kisah Tiga Orang Pertapa
Ayoge yunja'mattanam,
yogasminca ayojayam,
attham hit va piyaggahi,
piheta'ttanuyoginam.
Ma piyehi samaganchi,
appiyehi kudacanam,
piyanam adassanam dukkham,
appiyananca dessanam.
Tasma piyam na kayiratha,
piyapayo hi papako,
gantha tesam na vijjanti,
yesam natthi piyappiyam.
Orang yang melakukan apa yang dilarang,
dan tidak mengerjakan apa yang harus dilakukan,
tidak mencari pembebasan dan mengejar kesenangan duniawi,
menginginkan pencapaian seperti mereka yang giat berlatih.
Tidak berkumpul dengan orang yang kamu sayangi,
dan menjauhi mereka yang tidak menyayangimu,
melihat mereka yang kau sayangi amat menyakitkan,
berkumpul bersama mereka yang tidak menyayangimu juga menyakitkan.
Oleh karena itu, jangan berharap kepada mereka yang menyayangimu,
jauh dari mereka amat menyakitkan.
Tiada keterikatan lagi bagi mereka,
yang tiada lagi mencintai maupun membenci.
Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan 3 orang pertapa.
Pada suatu saat, di Savatthi, putra dari sebuah keluarga menjadi seorang biksu. Ayahnya mengikuti jejaknya dan akhirnya ibunya juga menjadi seorang biksuni. Mereka sangat akrab satu sama lain, jarang terlihat mereka berpisah.
Keluarga itu tinggal di dalam vihara bagaikan hidup di rumah sendiri, berbincang-bincang dan makan bersama. Tingkah mereka mengusik bagi biksu-biksu lainnya.
Beberapa biksu melaporkan kebiasan keluarga itu kepada Sang Buddha dan Ia pun memanggil mereka menghadap. Sang Buddha berkata, "Begitu kalian bergabung menjadi anggota Sangha, kalian tidak boleh bersama-sama seperti sebuah keluarga lagi."
Sang Buddha melanjutkan, "Tidak berjumpa dengan mereka yang kita sayangi, dan berjumpa dengan mereka yang tidak kita sayangi, kedua-duanya adalah penderitaan. Oleh sebab itu, kalian tidak boleh melekat kepada semua makhluk maupun benda yang kau sayangi."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu.
Dhammapada ayat 209, 210 dan 211 bab Syair Kecintaan