Kisah Mahadhana, si Pedagang - Dhammapada
Kisah Mahadhana, si Pedagang
Idha vassam vasissami,
idha hemantagimhisu,
iti balo vicinteti,
antarayam na bujjhati.
"Di sini aku tinggal selama musim hujan,
di situ selama musim dingin dan musim panas."
Demikianlah pikiran orang bodoh,
yang tidak menyadari bahaya*.
bahaya = kematian. Jadi yang dimaksud adalah tidak menyadari kematian adalah hal yang pasti dan dapat menghampiri kapan saja.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pedagang dari kota Baranasi yang bernama Mahadhana.
Mahadhana, pedagang dari kota Baranasi, datang ke sebuah perayaan di Savatthi dengan 500 kereta penuh dengan tekstil dan barang-barang dagangan lainnya. Pada saat ia tiba di tepi sungai dekat Savatthi, air sungai mengalir deras sehingga ia tidak dapat menyeberanginya. Ia tertahan di sana selama 7 hari sementara hujan turun deras dan air sungai tidak menyurut. Saat itu, ia sudah terlambat menghadiri perayaan itu dan ia tidak perlu lagi menyeberangi sungai.
Karena sudah menempuh perjalanan yang jauh, Mahadhana tidak ingin pulang dengan dagangan yang masih utuh. Ia memutuskan untuk melewati musim hujan, musim dingin dan musim panas di sana. Ia pun memberitahukan idenya kepada pegawai-pegawainya.
Sang Buddha yang sedang berkeliling menerima dana makanan mengetahui pikiran Mahadhana dan Ia tersenyum. Biksu Ananda bertanya kepada Sang Buddha mengapa Ia tersenyum dan Sang Buddha berkata, "Ananda, apakah kau melihat pedagang itu? Ia berpikir akan tinggal di sini dan menjual barang-barangnya setahun penuh. Ia tidak sadar bahwa ia akan meninggal di sini pada hari ketujuh."
Sang Buddha melanjutkan, "Apa yang seharus dikerjakan, kerjakan hari ini juga. Siapa yang bisa tahu dirinya akan meninggal esok hari? Kita tidak bisa tawar-menawar waktu mati dengan Dewa Kematian. Seseorang yang sadar siang dan malam, yang tidak digerogoti noda batin, serta bersemangat, hidup satu malam adalah kehidupan terbaik."
Sang Buddha lalu mengutus biksu Ananda menemui Mahadhana. Biksu Ananda menjelaskan kepadanya bahwa waktunya sudah sangat mendesak, dan ia seharusnya melatih kesadaran daripada lalai. Mengetahui kematiannya yang tak terelakkan, Mahadhana terkejut dan cemas. Maka, selama 7 hari, ia mengundang Sang Buddha dan biksu-biksu lainnya untuk menerima dana makanan.
Pada hari ketujuh, Sang Buddha membabarkan Dhamma pada saat anumodana (Ucapan terima kasih setelah sebuah kebajikan dilakukan. Sang Buddha biasanya beranumodana dengan berkhotbah).
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Mahadhana mencapai kesucian tingkat sotapanna. Ia mengantar Sang Buddha hingga pada jarak tertentu lalu kembali. Pada saat ia kembali, ia mengalami sakit di beberapa bagian kepalanya dan meninggal dunia. Mahadhana terlahir kembali di alam surga Tusita.
Dhammapada ayat 286 bab Syair Jalan