Kisah Preta Babi - Dhammapada
Kisah Preta Babi
Vacanurakkhi manasa susamvuto,
kayena ca nakusalam kayira,
ete tayo kammapathe visodhaye,
aradhaye maggamisippaveditam.
Waspadai ucapan dan kendalikan pikiran,
jangan berlaku jahat dengan tubuh.
Orang yang telah suci dalam tiga hal itu,
akan merealisasikan Jalan yang diajarkan para bijak.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan preta berkepala seekor babi.
Pada suatu ketika, biksu Maha Moggallana turun dari bukit Burung Nazar bersama biksu Lakkhana dan ia melihat makhluk yang menyedihkan, hantu preta berkepala babi dan bertubuh manusia. Melihat preta itu, biksu Maha Moggallana tersenyum namun tidak berkata apa pun.
Pada saat kembali ke vihara, biksu Maha Moggallana, di hadapan Sang Buddha, menceritakan tentang preta babi yang mulutnya dipenuhi belatung. Sang Buddha berkata bahwa Ia juga pernah melihat preta itu beberapa saat setelah Ia mencapai Pencerahan Agung, namun Ia tidak menceritakan hal itu karena orang-orang tidak akan percaya dan jika demikian maka mereka telah melakukan kesalahan. Lalu Sang Buddha mulai menceritakan kehidupan masa lampau preta babi itu.
Pada masa Kassapa Buddha, preta babi itu adalah seorang biksu yang sering membabarkan Dhamma. Pada suatu ketika, ia datang ke sebuah vihara tempat 2 orang biksu tinggal bersama. Setelah tinggal beberapa lama bersama kedua biksu itu, ia merasa kalau dirinya telah bertindak secara benar karena masyarakat menyukai ajarannya. Ia pun berpikir akan lebih baik jika membuat kedua biksu itu meninggalkan vihara itu dan vihara itu menjadi miliknya seorang.
Demikianlah, ia mulai mengadu domba satu sama lain. Kedua biksu itu mulai bertengkar dan pergi meninggalkan vihara menuju ke arah yang berseberangan. Karena benih karma buruk itu, biksu itu terlahir kembali ke alam neraka lalu menghabiskan sisa-sisa akibat buruknya sebagai preta babi yang mulutnya dipenuhi belatung.
Sang Buddha lalu berkata, "Seorang biksu seharusnya selalu tenang dan mengendalikan dengan baik pikiran, ucapan dan tindakannya."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 281 bab Syair Jalan