Kisah Sejumlah Biksu - Dhammapada
Kisah Sejumlah Biksu
Nagaram yatha paccantam,
guttam santarabahiram,
evam gopetha attanam,
khano vo ma upaccaga,
khanatita hi socanti,
nirayamhi samappita.
Bagaikan benteng perbatasan,
dijaga ketat luar maupun dalam,
jagalah diri anda sendiri*,
jangan sampai dirimu lengah,
karena ia yang tidak waspada,
akan bersedih saat terlahir di alam neraka.
Jaga diri sendiri artinya menjaga 6 organ indera internal (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran.) dan 6 objek eksternal (bentuk, suara, aroma, rasa, sentuhan dan pemikiran).
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan sekelompok biksu yang melewatkan masa vassa di kota perbatasan.
Pada bulan pertama sekelompok biksu berdiam di kota perbatasan, mereka dilayani dan dijaga dengan baik oleh penduduk kota. Pada bulan berikutnya kota itu dikuras oleh beberapa kelompok perampok dan beberapa warga diculik untuk dijadikan sandera.
Penduduk kota, karena kejadian itu, harus membangun kembali kota mereka dan memperbaiki pertahanan. Dengan demikian, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan para biksu sebaik dulu dan para biksu harus berjuang sendiri.
Pada akhir musim vassa, biksu-biksu itu menghadap Sang Buddha di vihara Jetavana. Mengetahui kehidupan keras yang telah mereka jalankan selama musim vassa, Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para biksu, jangan selalu mengingat hal ini ataupun hal lainnya. Sebenarnya, sukar memperoleh pelayanan hidup yang tanpa henti. Seperti halnya penduduk kota melindungi kota mereka, demikianlah, seorang biksu seharusnya menjaga dan mengendalikan pikirannya untuk selalu sadar terhadap semua tindakannya."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu-biksu itu mencapai kearahatan.
Dhammapada ayat 315 bab Syair Neraka