Kisah Mara (2) - Dhammapada
Kisah Mara (2)
Atthamhi jatamhi sukha sahaya,
tutthi sukha ya itaritarena,
punnam sukham jivitasankhayamhi,
sabbassa dukkhassa sukham pahanam.
Sukha matteyyata loke,
atho petteyyatata sukha,
sukha samannata loke,
atho brahmannata sukha.
Sukham yava jara silam,
sukha saddha patitthita,
sukho pannaya patilabho,
papanam akaranam sukham.
Teman bisa hadir saat dibutuhkan sangat membahagiakan,
puas dengan yang dimiliki juga membahagiakan,
meninggal dengan membawa kebajikan amat membahagiakan,
melenyapkan semua penderitaan lebih membahagiakan.
Berbakti kepada ibu sangat membahagiakan,
berbakti kepada ayah juga membahagiakan,
berbakti kepada para pertapa amat membahagiakan,
berbakti kepada Buddha lebih membahagiakan.
Berbuat kebajikan seumur hidup sangat membahagiakan,
memiliki keyakinan teguh juga membahagiakan,
memiliki kebijaksanaan amat membahagiakan,
tidak berbuat kejahatan lebih membahagiakan.
Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di sebuah vihara yang berada di pegunungan Himalaya, sehubungan dengan Mara yang berusaha membujuk-Nya menjadi seorang raja.
Pada saat Sang Buddha tinggal di dekat pegunungan Himalaya, Ia menyadari bahwa banyak masyarakat di sekitar sana yang ditindas oleh beberapa raja jahat. Dalam pikiran Sang Buddha muncullah pertanyaan apakah Ia mampu mencegah mereka menindas orang-orang yang seharusnya tidak ditindas dan membuat raja memerintah dengan adil dan bijaksana.
Mara tahu bahwa Sang Buddha sedang berpikir dan merencanakan sesuatu. Mara pun menghasut Sang Buddha untuk mengambil alih kekuasaan raja. Sang Buddha berkata kepada Mara, "Mara jahat! Ajaranmu dan ajaran-Ku sangat berbeda. Tiada perundingan yang perlu terjadi di antara kita. Inilah ajaran-Ku."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu.
Dhammapada ayat 331, 332 dan 333 bab Syair Gajah