Kisah Biksu Sundarasamudda - Dhammapada
Kisah Biksu Sundarasamudda
Yodha kame pahantvana,
anagaro paribbaje,
kamabhavaparikkhinam,
tamaham brumi brahmanam.
Ia yang telah membuang nafsu indria,
meninggalkan rumah dan hidup tanpa rumah,
semua keinginan dan perasaan telah dimusnahkan,
ia Kusebut orang suci.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Sundarasamudda.
Sundarasamudda adalah putra orang kaya dari Savatthi. Setelah menjadi biksu, ia pergi ke kota Rajagaha yang berjarak 45 yojana (1 yojana= 15 km) dari Savatthi, untuk berlatih meditasi.
Pada suatu hari, pada saat beberapa perayaan berlangsung di Savatthi, orang tuanya rindu kepadanya. Mereka menangis karena merasa kasihan kepada putra mereka yang melepaskan semua kesenangan duniawi. Pada saat mereka sedang menangis, seorang wanita penghibur menghampiri mereka dan menanyakan masalah mereka.
Setelah mendengar masalah yang dialami putra mereka, wanita penghibur itu berkata, "Seandainya aku mampu membuat putra kalian meninggalkan kehidupan biksu dan kembali hidup berumah tangga, apa yang akan kalian berikan kepadaku?"
Orang tua Sundarasamudda menjawab bahwa mereka akan membuat dirinya kaya raya. Wanita penghibur itu lalu meminta sejumlah besar uang dan pergi ke Rajagaha bersama beberapa orang pengikut.
Di Rajagaha, wanita penghibur itu menyewa sebuah rumah bertingkat 7 yang terletak di jalur biksu Sundarasamudda biasanya lewat saat pergi dan pulang berkeliling menerima dana makanan. Wanita penghibur itu menyiapkan makanan lezat dan menunggunya.
Dalam waktu beberapa hari pertama, wanita penghibur itu menawarkan dana makanan kepada biksu Sundarasamudda di depan pintu rumahnya. Belakangan, wanita penghibur itu mengundangnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Sementara itu, wanita penghibur itu menyewa beberapa orang anak untuk datang dan bermain di depan rumahnya setiap saat biksu Sundarasamudda datang menerima dana makanan. Karena anak-anak bermain di depan rumah maka dengan beralasan suasana ribut dan berdebu maka wanita penghibur itu mengundang biksu Sundarasamudda naik ke lantai atas rumahnya untuk menerima dana makanan.
Biksu Sundarasamudda setuju dan naik ke lantai atas dan begitu ia masuk ke sebuah ruangan, wanita penghibur itu mengunci pintu. Wanita penghibur itu mulai merayunya, "Bhante! Jadilah suamiku yang muda dan kuat, dan aku akan menjadi istri tercintamu. Setelah hidup lama dan bahagia, kita berdua bisa meninggalkannya untuk memasuki keanggotaan Sangha dan berjuang dengan sebisa mungkin untuk mencapai nibbana."
Pada saat biksu Sundarasamudda mendengar kata-kata itu, ia menyadari kesalahannya dan cemas. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Demikianlah, dengan kelalaian dan tanpa kewaspadaan, aku telah berbuat kesalahan besar."
Dengan seketika, Sang Buddha yang berada di Aula Keharuman di vihara Jetavana melihatnya. Ia memanggil biksu Ananda dan berkata, "Ananda! Di lantai atas sebuah bangunan bertingkat di Rajagaha, terjadi perlawanan antar Sundarasamudda dengan seorang wanita penghibur. Pada akhirnya Sundarasamudda akan menang."
Setelah berkata demikian, Sang Buddha memancarkan sinar agung-Nya dan muncul jelmaan-Nya di depan biksu Sundarasamudda, lalu berkata, "Putra-Ku! Teguhkan hatimu dan babatlah kecintaan akan harta benda dan kesenangan indria."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, biksu Sundarasamudda mencapai kesucian tingkat arahat, dan dengan kekuatan batinnya membumbung tinggi ke langit dan pergi menemui Sang Buddha.
Dhammapada ayat 415 bab Syair Brahmana