Kisah Seorang Biksu -4- Dhammapada
Kisah Seorang Biksu (4)
Nidhaya dandam bhutesu,
tasesu thavaresu ca,
yo na hanti na ghateti,
tamaham brumi brahmanam.
Ia yang tidak lagi menganiaya makhluk hidup,
yang lemah maupun yang kuat,
yang tidak membunuh atau menyebabkan pembunuhan,
ia Kusebut orang suci.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu.
Seorang biksu, setelah menerima petunjuk meditasi dari Sang Buddha pergi ke sebuah hutan untuk mempraktikkan meditasi. Setelah mencapai kearahatan ia kembali ke Sang Buddha untuk menyampaikan rasa terima kasih yang amat mendalam kepada Sang Buddha.
Di tengah perjalanannya, ia melewati sebuah pedesaan. Sesaat sebelum ia meninggalkan desa itu, tampak seorang wanita lari ke luar dari rumahnya karena bertengkar dengan suaminya dan mengikuti biksu itu.
Pria itu menyusul istrinya. Ia melihat istrinya berada di belakang biksu, ia mengira bahwa biksu itu membawa istrinya pergi, maka ia meneriaki biksu itu dan mengancam akan memukulinya. Istrinya menghalangi suaminya memukuli biksu itu, akan tetapi hal itu membuatnya semakin geram. Akhirnya, biksu itu dihajar habis-habisan oleh suaminya. Setelah memukuli biksu itu hingga puas, ia membawa pulang istrinya sementara biksu itu meneruskan perjalanannya.
Setibanya di vihara Jetavana, biksu-biksu lain melihat luka-luka di sekujur tubuh biksu arahat itu dan mereka memperhatikan luka-lukanya. Pada saat mereka bertanya kepadanya apakah ia marah terhadap pria yang memukulinya dengan parah itu, ia menjawab tidak. Beberapa biksu itu mendatangi Sang Buddha dan melaporkan bahwa biksu itu mungkin telah salah dengan mengaku telah mencapai kesucian tingkat arahat.
Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para biksu! Para arahat telah meletakkan pemukul dan pedang. Mereka tidak bisa marah lagi walaupun mereka dipukuli."
Demikianlah, Sang Buddha membenarkan bahwa biksu itu telah mencapai kearahatan. Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 405 bab Syair Brahmana