Kisah Biksu Dhammika - Dhammapada
Kisah Biksu Dhammika
Na atthahetu na parassa hetu,
na puttamicche na dhanam na rattham,
na iccheyya adhammena samiddhimattano,
sa silava pannava dhammiko siya.
Demi kepentingan bersama, ia tidak berbuat kejahatan,
juga tidak menginginkan keturunan, kekayaan dan keyajaan dari hasil kejahatan,
ia tidak ingin berhasil dengan ketidakadilan,
orang seperti inilah yang disebut orang mulia, bijaksana dan adil.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Dhammika.
Dhammika tinggal di kota Savatthi. Pada suatu hari, ia memberitahukan kepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia ingin menjadi biksu. Istrinya memintanya untuk menunda keinginannya hingga anak mereka lahir.
Saat anak mereka lahir, ia kembali meminta izin kepada istrinya untuk pergi. Lagi-lagi, istrinya memintanya untuk menunggu hingga anak mereka bisa berjalan.
Dhammika berpikir, "Tiada gunanya aku meminta izin dari istriku untuk bergabung dengan Sangha. Aku harus mengusahakan kebebasan diriku sendiri."
Dengan tekad bulat ia meninggalkan rumah dan menjadi seorang biksu. Ia mendapatkan petunjuk meditasi dari Sang Buddha dan melatih meditasi dengan rajin dan tekun sehingga tak lama kemudian menjadi seorang arahat.
Beberapa tahun kemudian, biksu Dhammika mengunjungi rumahnya untuk mengajarkan Dhamma kepada putra dan istinya. Putranya kemudian mejadi biksu dan akhirnya mencapai kearahatan juga.
Istrinya berpikir, "Sekarang suami dan putraku telah meninggalkan rumah, aku lebih baik pergi juga."
Berdasarkan pemikiran itu, istrinya pergi meninggalkan rumah dan menjadi biksuni. Akhirnya, ia juga menjadi arahat.
Di perkumpulan para biksu, Sang Buddha menceritakan tentang bagaimana Dhammika menjadi biksu dan mencapai kearahatan, dan bagaimana putra dan istrinya juga mencapai kearahatan.
Sang Buddha berkata kepada para biksu, "Para biksu, orang bijaksana tidaklah mengharapkan kekayaan dan harta benda dengan kejahatan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Ia hanya berusaha untuk kebebasan dirinya sendiri dari kelahiran dan kematian (samsara) dengan memahami Dhamma dan hidup sesuai Dhamma."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 084 bab Syair Orang Bijaksana