Kisah Raja Suppabuddha - Dhammapada
Kisah Raja Suppabuddha
Na antalikkhe na samuddamajjhe,
na pabbatanam vivaram pavissa,
na vijjati so jagatippadeso,
yatthatthitam nappasaheyya maccu.
Tidak di langit, di tengah samudera,
tidak juga di dalam gua,
tidak di mana pun,
ada tempat yang dapat menghindari kematian.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Nigrodharama, sehubungan dengan raja Suppabuddha.
Raja Suppabuddha adalah ayah dari Devadatta dan mertua dari pangeran Siddharta yang kemudian menjadi Gotama Buddha. Raja sangat membenci Sang Buddha karena 2 hal. Pertama, karena sebelum menjadi Buddha, pangeran Siddharta meninggalkan istrinya Yasodhara, putrinya, untuk meninggalkan kehidupan duniawi. Yang kedua, karena putranya, Devadatta, yang ditahbiskan Sang Buddha menjadi biksu, telah menganggap Sang Buddha sebagai musuh besarnya.
Pada suatu hari, raja Suppabuddha mengetahui bahwa Sang Buddha akan berkeliling untuk menerima dana makanan, ia sengaja mabuk dan menghalangi jalan. Pada saat Sang Buddha dan para biksu tiba, raja menolak untuk memberikan jalan.
Raja mengirim pesan, "Aku tidak akan memberikan jalan kepada pertapa Gotama yang lebih muda daripadaku."
Karena jalan mereka terhalang, Sang Buddha dan para biksu kembali. Raja kemudian mengutus seseorang untuk secara diam-diam mengikuti Sang Buddha dan mencari tahu apa kata Sang Buddha dan melaporkannya kepadanya.
Pada saat Sang Buddha kembali, Ia berkata kepada biksu Ananda, "Ananda, karena raja Suppabuddha tidak memberi-Ku jalan, pada hari ketujuh semenjak hari ini, ia akan ditelan oleh bumi di dekat kaki tangga aula istananya."
Mata-mata utusan raja mendengarnya dan melaporkan hal itu kepada raja. Raja berkata bahwa ia tidak akan mendekati tangga itu dan akan membuktikan bahwa Sang Buddha salah. Kemudian, raja memerintahkan untuk menghancurkan tangga-tangga agar ia tidak dapat memakainya. Ia juga menugaskan beberapa orang untuk menahan dirinya jika ia menuju ke arah tangga.
Pada saat Sang Buddha diberitahu tentang perintah raja kepada para pengawalnya, Ia berkata, "Para biksu. Walaupun raja Suppabuddha hidup di puncak menara, atau di langit, atau di dasar samudera, atau di dalam gua, kata-kata-Ku tidak akan salah, raja akan ditelan oleh bumi di tempat yang telah Kukatakan."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Pada hari ke-7, ketika tiba waktunya mendanakan makanan, kuda-kuda kerajaan ketakutan tanpa sebab dan mulai meringkik keras dan menendang-nendang sekuat tenaga.
Mendengar suara ketakutan kuda-kudanya, raja ingin mengendalikan kuda-kuda peliharaannya dan lupa pada kewaspadaannya, ia berjalan menuju pintu. Pintu terbuka dengan sendirinya, tangga-tangga yang telah dirobohkan ternyata tetap ada di tempatnya, pengawalnya lupa untuk menghentikan dirinya turun ke bawah.
Raja menuruni tangga dan ketika ia menginjakkan kakinya ke tanah seketika itu juga bumi terbelah dan menelan dirinya, lalu menyeretnya ke dalam neraka Avici.
Dhammapada ayat 128 bab Syair Kejahatan