Kisah Biksu Culasari - Dhammapada
Kisah Biksu Culasari
Sujivam ahirikena,
kakasurena dhamsina,
pakkhandina pagabbhena,
samkilitthena jivitam.
Hirimata ca dujjivam,
niccam sucigavesina,
alinenappagabbhena,
suddhajivena passata.
Hidup adalah mudah bagi orang tak tahu malu,
yang licik bagaikan burung gagak,
memfitnah, ceroboh,
sombong dan tidak bermoral.
Hidup adalah sulit bagi orang hidup sederhana,
yang menempuh jalan kesucian,
yang tidak melekat, rendah hati,
hidup bermoral dan berpikiran benar.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Culasari melakukan praktik pengobatan.
Pada suatu hari, biksu Culasari kembali setelah mengobati seorang pasiennya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan biksu Sariputra, dan ia menceritakan kepadanya bagaimana ia melayani pasiennya dan telah diberikan beberapa jenis makanan lezat karena pelayanannya.
Biksu Culasari juga memohon agar biksu Sariputra mau menerima beberapa makanan yang ia peroleh. Biksu Sariputra tidak berkata apapun dan hanya berlalu melanjutkan perjalannya. Biksu Sariputra menolak menerima makanan itu karena biksu Culasari telah melanggar sila kebiksuan dengan melakukan praktik pengobatan.
Beberapa orang biksu melaporkan masalah itu kepada Sang Buddha dan Ia berkata kepada mereka, "Para biksu! Seorang biksu yang tidak tahu malu akan memiliki pikiran, ucapan dan perbuatan yang buruk. Ia sombong bagaikan seekor burung gagak, ia akan mencari penghidupan dengan cara yang tidak benar dan hidup nyaman. Bertolak belakang dengan hal itu, hidup seorang biksu yang mempunyai rasa malu adalah sangat sulit."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, banyak sekali orang yang mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 244 dan 245 bab Syair Noda-Noda