Dhammapada: Syair Noda-Noda
01/235
Kau kini bagaikan daun layu,
utusan kematian sedang menunggumu,
kau akan menempuh perjalanan jauh,
namun kau belum memiliki bekal.
02/236
Buatlah pulau bagi dirimu sendiri,
berjuanglah segera agar menjadi bijak,
setelah noda-noda dan nafsu dibersihkan,
kau akan memasuki alam para ariya.
03/237
Kehidupanmu akan segera berakhir,
kau sedang berjalan menuju kematian,
tiada tempat beristirahat bagimu,
namun kau belum memiliki bekal.
04/238
Buatlah pulau bagi dirimu sendiri,
berjuanglah segera agar menjadi bijak,
setelah noda-noda dan keinginan dibersihkan,
kau tidak akan lagi lahir dan tua.
Baca kisah anak seorang penjagal.
05/239
Bagaikan seorang tukang emas,
setahap demi setahap, sedikit demi sedikit,
setiap saat menghilangkan kekotoran emasnya,
begitulah orang bijak melatih dirinya.
Baca kisah seorang brahmana berbuat kebajikan secara bertahap.
06/240
Bagaikan karat pada sepotong besi,
mengikis besi itu dengan kemunculannya,
begitu juga dengan benih karma buruk,
akan menuntun pembuatnya ke alam rendah.
Baca kisah seorang biksu yang melekat kepada jubahnya.
07/241
Tidak mengulang adalah noda pelajar,
tidak menjaga adalah noda kehidupan berumah tangga,
kemalasan adalah noda keindahan,
kelengahan adalah noda penjaga.
Baca kisah seorang biksu yang sok pintar.
08/242
Ketidaksopanan adalah noda seorang wanita,
kekikiran adalah noda seorang dermawan.
Noda adalah segala hal yang buruk,
yang ada di alam ini maupun alam berikutnya.
09/243
Dari semua noda yang ada,
kebodohan adalah noda terburuk.
Para biksu, hancurkan noda tersebut,
hiduplah tanpa noda.
Baca kisah seorang pria yang istrinya melakukan perselingkuhan.
10/244
Hidup adalah mudah bagi orang tak tahu malu,
yang licik bagaikan burung gagak,
memfitnah, ceroboh,
sombong dan tidak bermoral.
11/245
Hidup adalah sulit bagi orang hidup sederhana,
yang menempuh jalan kesucian,
yang tidak melekat, rendah hati,
hidup bermoral dan berpikiran benar.
Baca kisah seorang biksu yang melakukan praktik pengobatan.
12/246
Seseorang yang membunuh,
mengucapkan kebohongan,
mengambil sesuatu yang tidak diberikan,
melakukan perzinaan.
13/247
Menggunakan sesuatu yang membuat kecanduan,
di dunia ini orang-orang semacam itu,
bagaikan menggali liang kubur,
bagi dirinya sendiri.
14/248
Ketahuilah hal itu, orang-orang baik,
hal-hal buruk sulit dikendalikan,
jangan biarkan keserakahan dan kejahatan,
menyeretmu ke dalam penderitaan yang panjang.
Baca kisah 5 orang upasaka menjalankan sila.
15/249
Orang-orang memberikan sesuatu,
menurut keyakinan dan kesenangan hati mereka.
Siapapun yang merasa iri,
terhadap makanan dan minuman orang lain,
maka siang maupun malam,
tidak akan merasakan ketenangan.
16/250
Orang yang rasa irinya,
telah terpotong dan dicabut tuntas,
maka siang maupun malam,
ia akan merasakan kedamaian.
Baca kisah seorang biksu yang suka membual dan mengiri.
17/251
Tiada api yang menyamai ketamakan,
tiada cengkeraman yang menyamai kebencian,
tiada jerat yang menyamai khayalan,
tiada sungai* yang menyamai keinginan.
Baca kisah lima orang upasaka menghadiri khotbah Dhamma.
18/252
Kesalahan orang lain mudah terlihat,
namun kesalahan diri sendiri sulit terlihat,
orang menunjukkan kesalahan orang lain,
bagai menampi dedak di angin,
dan menyembunyikan kesalahan dirinya sendiri,
bagaikan penjilat licik menyembunyikan diri.
Baca kisah Mendaka, si orang kaya, dan beberapa orang pertapa.
19/253
Orang yang mencari-cari kesalahan orang lain,
yang selalu mudah tersinggung,
penyelewengan orang itu akan semakin besar,
dan semakin menjauh dari pelenyapan kekotoran batin.
Baca kisah seorang biksu yang suka mencari-cari kesalahan orang lain.
20/254
Tiada jejak di atas langit,
tiada orang suci di luar Dhamma,
manusia mengemari kemelekatan,
Para Tathagata bebas dari kemelekatan.
21/255
Tiada jejak di atas langit,
tiada orang suci di luar Dhamma,
segala yang terkondisi tidak abadi,
Para Buddha bebas dari keragu-raguan.
Baca kisah pertanyaan-pertanyaan dari seorang pertapa kelana.