Kisah Biksu Hatthaka - Dhammapada
Kisah Biksu Hatthaka
Na mundakena samano,
abbato alikam bhanam,
icchalobhasamapanno,
samano kim bhavissati.
Yo ca sameti papani,
anumthulani sabbaso,
samitatta hi papanam,
samano ti pavuccati.
Kepala gundul belum tentu biksu,
jika ia masih tidak disiplin dan berbohong.
Dengan penuh keinginan dan keserakahan,
mana mungkin seseorang menjadi biksu?
Ia harus menundukkan kejahatan,
yang besar maupun yang kecil.
Karena telah melenyapkan segala kejahatan,
maka ia disebut seorang biksu.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang bernama Hatthaka.
Biksu Hatthaka mempunyai kebiasaan menantang para pertapa non-Buddhis untuk berdebat masalah kepercayaan di tempat-tempat tertentu. Ia biasanya ke tempat itu sendirian.
Pada saat biksu Hatthaka sampai di tempat tujuan dan tidak ada pertapa yang hadir di sana, ia akan berbangga, "Lihatlah, para pertapa kelana itu tidak berani bertemu denganku, mereka telah aku taklukkan," serta kata-kata sejenis lainnya.
Sang Buddha memanggil biksu Hatthaka dan berkata kepadanya, "Biksu! Mengapa kau berlaku seperti ini? Seseorang yang berkata demikian tidak pantas menjadi pertapa walaupun kepalanya gundul. Hanya ia yang telah menaklukkan dirinya sendiri dari kejahatanlah yang dapat disebut dengan seorang petapa."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 264 dan 265 bab Syair Orang Adil