Kisah Biksu Muda Tissa - Dhammapada
Kisah Biksu Muda Tissa
Dadati ve yathasaddham,
yathapasadanam jano,
tattha yo ca manku bhavati,
paresam panabhojane,
na so diva va rattim va,
samadhimadhigacchati.
Yassa cetam samucchinnam,
mulaghaccam samuhatam,
sa ve diva va rattim va,
samadhimadhigacchati.
Orang-orang memberikan sesuatu,
menurut keyakinan dan kesenangan hati mereka.
Siapapun yang merasa iri,
terhadap makanan dan minuman orang lain,
maka siang maupun malam,
tidak akan merasakan ketenangan.
Orang yang rasa irinya,
telah terpotong dan dicabut tuntas,
maka siang maupun malam,
ia akan merasakan kedamaian.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang biksu muda yang bernama Tissa.
Tissa, si biksu muda, mempunyai kebiasaan yang sangat tidak baik. Ia selalu meremehkan para donatur dan perbuatan bajik mereka. Ia bahkan menggecam persembahan yang diberikan oleh donatur ternama seperti Anathapindika dan Visakha.
Di samping itu, ia selalu membual bahwa sanak keluarganya sangat kaya raya dan bagaikan sebuah sumur yang bisa didatangi setiap orang untuk mendapatkan air. Mendengar bualannya itu, beberapa orang biksu sangat meragukannya, maka mereka mencari tahu kebenarannya.
Beberapa orang biksu muda pergi ke desa tempat biksu muda Tissa berasal. Di sana mereka mencari tahu dan mereka mendapati bahwa sanak keluarga Tissa sangat miskin. Itu berarti selama ini Tissa hanya berbual saja.
Pada saat Sang Buddha diberitahukan tentang hal itu, Ia berkata, "Para biksu, seorang biksu yang tidak senang terhadap biksu lain yang menerima persembahan, maka ia tidak akan mampu mencapai kesucian."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 249 dan 250 bab Syair Noda-Noda