Kisah Biksu Tissa - Dhammapada
Kisah Biksu Tissa
Ayasava malan samutthitam,
tatutthaya tameva khadati,
evam atidhonacarinam,
sani kammani nayanti duggatim.
Bagaikan karat pada sepotong besi,
mengikis besi itu dengan kemunculannya,
begitu juga dengan benih karma buruk,
akan menuntun pembuatnya ke alam rendah.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu.
Pada suatu ketika, di Savatthi hiduplah seorang biksu yang bernama Tissa. Pada suatu hari, ia menerima satu setel jubah dan ia sangat bergembira. Ia ingin sekali mengenakan jubah itu esok hari, namun, malam itu ia meninggal dunia.
Biksu Tissa sangat melekat kepada jubah barunya itu sehingga ia terlahir kembali sebagai seekor kutu dan tinggal di dalam tumpukan jubah-jubahnya. Karena tidak ada orang yang dapat diwarisi maka benda-benda yang ditinggal biksu Tissa akan dibagi-bagikan kepada biksu-biksu lainnya, termasuk jubah baru itu.
Pada saat para biksu akan membagi-bagikan barang-barang tersebut, kutu itu sangat gelisah dan berteriak, "Mereka merusak jubahku."
Teriakan itu terdengar oleh Sang Buddha lewat Telinga Dewa-Nya. Sang Buddha kemudian mengutus seseorang untuk menghentikan para biksu dan menginstruksikan kepada mereka untuk tidak membagi-bagikan jubah-jubah yang ditinggalkan biksu Tissa selama 7 hari. Pada hari ke-8, jubah-jubah itu dibagi-bagikan kepada biksu-biksu lainnya.
Kemudian Sang Buddha ditanya oleh beberapa orang biksu mengapa Ia menyuruh mereka menunggu hingga 7 hari sebelum membagi-bagikan jubah milik biksu Tissa.
Sang Buddha berkata kepada mereka, "Putra-putra-Ku, Tissa memiliki keterikatan terhadap beberapa jubahnya pada saat ia meninggal dunia, dan karena itu ia terlahir menjadi seekor kutu yang tinggal di dalam tumpukan jubah-jubahnya. Pada saat kalian akan membagi-bagikan jubah-jubahnya, Tissa sangat sedih dan berlari ke sana dan kemari di tumpukan jubah-jubahnya."
"Seandainya kalian mengambil jubah-jubah itu pada saat itu maka Tissa akan merasa kecewa terhadap kalian dan ia akan terjerumus ke alam neraka. Namun kini, Tissa sudah terlahir kembali ke alam surga Tusita, dan itulah sebabnya Aku mengizinkan kalian untuk mengambil jubah-jubahnya."
"Demikianlah, para biksu, kemelekatan sangatlah berbahaya, seperti karat yang menggerogoti besi tempat ia muncul, demikian jugalah, kemelekatan menghancurkan seseorang dan mengirimnya ke neraka. Seorang biksu seharusnya tidak memiliki banyak 4 kebutuhan biksu (tempat tinggal, jubah, makanan dan obat-obatan) ataupun melekat kepada keperluan-keperluan itu."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 240 bab Syair Noda-Noda