Kisah Lima Orang Upasaka -2-Dhammapada
Kisah Lima Orang Upasaka -2
Natthi ragasamo aggi,
natthi dosasamo gaho,
natthi mohasamam jalam,
natthi tanhaisama nadi.
Tiada api yang menyamai ketamakan,
tiada cengkeraman yang menyamai kebencian,
tiada jerat yang menyamai khayalan,
tiada sungai* yang menyamai keinginan.
Sungai terkadang airnya bisa penuh dan meluap, sedangkan keinginan tidak akan pernah terpuaskan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan lima orang upasaka.
Pada suatu ketika, lima orang upasaka hadir di saat Sang Buddha menguraikan Dhamma di Jetevana. Salah satu dari mereka duduk hingga tertidur, orang kedua mencorat-coret tanah dengan jari-jarinya, orang ketiga mengguncang-guncang sebatang pohon, orang keempat menengadah melihat langit, Sedangkan orang kelima adalah satu-satunya dari kelima orang itu yang menghormati dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Biksu Ananda yang berada di dekat Sang Buddha sambil mengipasi-Nya melihat tingkah laku yang berbeda dari kelima murid itu, ia berkata kepada Sang Buddha, "Bhante, pada saat Kau membabarkan Dhamma bagaikan tetesan air hujan, hanya satu dari kelima orang itu yang mendengarkan dengan saksama."
Biksu Ananda menggambarkan tingkah laku mereka kepada Sang Buddha dan bertanya mengapa mereka bersikap demikian.
Sang Buddha kemudian menjelaskan kepada biksu Ananda, "Ananda, orang-orang itu tidak mampu menghilangkan kebiasaan lama mereka. Pada kehidupan masa lampau mereka, orang pertama adalah seekor ular. Karena ular selalu melilit tubuhnya dan tidur, maka, orang itu tertidur saat mendengarkan Dhamma."
"Orang yang menggaruk-garuk tanah dengan tangannya dulunya adalah seekor cacing tanah. Orang yang mengguncang-guncangkan pohon dulunya adalah seekor kera. Orang yang menatap langit dulunya adalah seorang astronom, sedangkan orang yang mendengar dengan penuh perhatian dulunya adalah seorang ahli astrologi."
"Berhubung dengan ini, Ananda, kau harus selalu ingat bahwa seseorang harus memperhatikan agar dapat memahami Dhamma dan banyak orang yang tidak mampu mengikuti apa yang ia katakan."
Biksu Ananda kemudian bertanya kepada Sang Buddha, "Bhante, apa yang menghalangi seseorang untuk dapat memperoleh Dhamma?"
Sang Buddha menjawab, "Ananda, keserakahan, kebencian dan kebodohan adalah tiga hal yang menghalangi seseorang memperoleh Dhamma."
"Keserakahan membakar seseorang, tiada api yang menyamai keserakahan. Dunia mungkin akan terbakar oleh tujuh matahari, namun itu adalah kejadian yang sangat langka. Keserakahan membakar terus menerus dan tanpa henti."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, orang yang mendengarkan khotbah dengan penuh perhatian itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 251 bab Syair Noda-Noda