Kisah Culasubhadda - Dhammapada
Kisah Culasubhadda
Dure santo pakasenti,
himavantova pabbato.
Asantettha na dissanti,
rattim khitta yatha sara.
Orang baik bisa terlihat walau jauh,
bagaikan pegunungan Himalaya bersalju.
Orang jahat tidak terlihat walau dekat,
bagaikan anak panah yang melesat di malam hari.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan putri Anathapindika yang bernama Culasubhadda.
Anathapindika dan orang kaya dari kota Ugga yang bernama Ugga, belajar dari guru yang sama pada saat mereka masih kecil. Kini, Ugga memiliki seorang putra sedangkan Anathapindika memiliki seorang putri. Pada saat anak-anak mereka cukup umur, Ugga meminta izin dari Anathapindika untuk menikahkan mereka. Maka pernikahan pun dilakukan, dan Culasubhadda, putri Anathapindika, harus tinggal di rumah mertuanya.
Ugga dan keluarganya adalah pengikut pertapa non-buddhis. Kadang-kadang, mereka mengundang para pertapa non-buddhis itu datang ke rumah. Pada suatu ketika, kedua mertuanya menyuruh Culasubhadda bersujud kepada beberapa orang pertapa telanjang, namun ia selalu menolaknya. Malahan, ia memberitahukan kepada ibu mertuanya tentang Sang Buddha dan keagungan-Nya.
Ibu mertua Culasubhadda merasa penasaran dan ingin sekali bertemu dengan Sang Buddha saat Culasubhadda membahas-Nya. Ibu mertuanya bahkan mengizinkannya mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan di rumah mereka. Maka ia pun mempersiapkan makanan dan mengumpulkan persembahan-persembahan lainnya kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya.
Kemudian Culasubhadda naik ke lantai atas rumahnya dan menatap ke arah vihara Jetavana, ia mengadakan persembahan bunga-bungaan dan dupa wangi lalu merenungkan keagungan dan kemuliaan Sang Buddha.
Culasubhadda lalu mengucapkan keinginannya, "Bhante. Sudikah kiranya Kau datang bersama murid-murid-Mu ke rumahku besok hari. Aku, murid-Mu, dengan penuh hormat mengundang-Mu. Semoga undanganku ini akan diketahui oleh-Mu lewat simbol dan sikap ini."
Kemudian Culasubhadda mengambil 8 genggam bunga melati dan menaburkannya ke langit. Bunga-bunga itu mengambang di udara dan melayang menuju vihara Jetavana dan terletak bergelantungan di langit-langit aula pertemuan di mana Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma.
Setelah selesai kotbah, Anathapindika, mendatangi Sang Buddha untuk mengundang-Nya ke rumah untuk menerima dana makanan esok hari, tetapi Sang Buddha menjawab bahwa Ia telah menerima undangan dari Culasubhadda.
Anathapindika kebingungan atas jawaban Sang Buddha dan berkata, "Tetapi, Bhante, Culasubhadda tidak tinggal di Savatthi lagi, ia tinggal di Ugga yang berjarak 120 yojana (1.800 km) dari sini."
Sang Buddha berkata kepadanya, "Benar, umat berumah tangga, tetapi kebajikan dapat terlihat dengan jelas seperti berada di depan seseorang walaupun sebenarnya berada di tempat yang jauh."
Lalu Sang Buddha mengucapkan ayat itu.
Keesokan harinya, Sang Buddha datang ke rumah mertua Culasubhadda yang ada di Ugga. Ia ditemani oleh 500 orang biksu dalam perjalanan itu. Mereka semua berangkat lewat langit yang telah dihiasi oleh dewa Sakka, raja para dewa. Melihat keagungan dan kemegahan Sang Buddha, mertua Culasubhadda sangat terkesan dan mereka bersujud kepada-Nya. Lalu, selama 7 hari berikutnya, Ugga dan keluarganya mendanakan makanan dan persembahan lainnya kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya.
Dhammapada ayat 304 bab Syair Bunga Rampai