Kisah Lakundaka Bhaddiya -3- Dhammapada
Kisah Lakundaka Bhaddiya (3)
Mataram pitaram hantva,
rajano dye ca khattiye,
rattham sanucaram hantva,
anigho yati brahmano.
Mataram pitaram hantva,
rajano dve ca sotthiye,
veyagghapancamam hantva,
anigho yati brahmano.
Dengan membunuh ibu* dan ayah*,
dan kedua orang ksatria*,
menghancurkan negara*,
beserta pejabat-pejabatnya*,
tercapailah kesucian.
Ibu diartikan nafsu keinginan. Ayah diartikan kesombongan. Dua ksatria diartikan dua pandangan (pandangan adanya diri yang kekal dan pandangan hidup untuk bersenang-senang tanpa tujuan). Negara dan pejabat-pejabatnya diartikan panca indera dan objek-objek indera.
Dengan membunuh ibu dan ayah,
dan kedua orang ksatria,
membunuh seekor harimau*,
tercapailah kesucian.
Harimau diartikan sebagai 5 rintangan batin (Panca Nivarana); (1) Sensasi tubuh; (2) Keinginan jahat; (3) Kemalasan; (4) Kekhawatiran; dan (5) Keragu-raguan.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu arahat yang bertubuh kerdil.
Pada suatu ketika, sejumlah biksu datang berkunjung ke vihara Jetavana untuk bersujud kepada Sang Buddha. Pada saat mereka bersama Sang Buddha, biksu Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tak jauh dari mereka.
Sang Buddha mengalihkan perhatian mereka kepada biksu bertubuh kerdil itu dan berkata kepada mereka, "Para biksu, lihatlah biksu itu! Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh mereka ia hidup tanpa penderitaan lagi."
Para biksu yang berkunjung tidak paham dengan maksud Sang Buddha. Mereka meminta Sang Buddha menjelaskan kepada mereka, Sang Buddha pun menjelaskan maksudnya.
Perkataan Sang Buddha mempunyai makna menunjuk kepada kearahatan yang telah menghapus nafsu keinginan, keangkuhan, pandangan salah dan kemelekatan terhadap indera-indera dan objek-objeknya.
Setelah menerangkan artinya lebih lanjut, Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, para biksu yang berkunjung mencapai kesucian tingkat arahat.
Dhammapada ayat 294 dan 295 bab Syair Bunga Rampai