Kisah Putra Penebang Kayu - Dhammapada

Dhammapada ayat 296, 297, 298, 299, 300 dan 301 bab Syair Bunga Rampai
Kisah Putra Penebang Kayu

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
niccam buddhagata sati.

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
niccam dhammagata sati.

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
niccam samghagata sati.

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
niccam kayagata sati.

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
ahimsaya rato mano.

Suppabuddham pabujjhanti,
sada gotamasavaka,
yesam diva ca ratto ca,
bhavanaya rato mano.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
merenungkan sifat mulia Buddha.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
merenungkan sifat mulia Dhamma.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
merenungkan sifat mulia Sangha.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
merenungkan sifat alami tubuh.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
tidak melakukan kejahatan.

Murid-murid Sang Buddha,
selalu sadar dan waspada.
Siang maupun malam,
berbahagia di dalam meditasi.

Sang Buddha mengucapkan keenam ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan putra seorang penebang kayu.

Pada suatu hari di kota Rajagaha, dengan menaiki kereta lembu seorang penebang pohon pergi ke hutan bersama putranya untuk mencari kayu bakar. Malam harinya, dalam perjalanan pulang ke rumah, mereka berhenti di dekat pemakaman untuk memakan bekal yang mereka bawa. Belenggu kaki kedua ekor lembu penarik keretanya dilepas agar mereka dapat merumput, akan tetapi kedua ekor lembunya melarikan diri tanpa sepengetahuan mereka.

Begitu mereka menyadari kehilangan kedua ekor lembu itu, penebang kayu itu langsung mencari, meninggalkan putranya serta keretanya yang penuh kayu bakar. Penebang kayu itu memasuki kota, mencari lembunya. Pada saat ia ingin kembali mencari putranya gerbang kota sudah ditutup. Demikianlah, remaja itu harus melewati malam sendirian di bawah keretanya.

Putra penebang kayu itu, walaupun masih muda, selalu mawas diri dan terbiasa merenungkan keagungan Buddha. Malam itu, 2 orang siluman datang untuk menakut-nakuti dan mencelakainya. Pada saat salah satu siluman menerjang kaki remaja itu, ia berteriak, "Aku bersujud kepada Buddha (Namo Buddhassa)."

Mendengar kata-kata itu, kedua siluman itu ketakutan dan merasa kalau mereka seharusnya menjaganya. Akhirnya, seorang siluman tetap berada di dekat remaja itu, menjaganya dari segala bahaya, sementara seorang siluman lagi pergi ke istana raja dan mengambil makanan dan membawanya dengan menggunakan nampan makanan raja Bimbisara. Kedua siluman itu melayani remaja itu selayaknya anak mereka sendiri. Di istana, siluman itu meninggalkan sebuah pesan soal nampan makan kerajaan dan pesan itu hanya dapat dilihat oleh raja.

Pagi harinya, pelayan raja menyadari kalau makanan raja telah hilang dan mereka sangat kesal dan takut. Raja melihat pesan yang ditinggalkan siluman itu dan memerintahkan pengawalnya untuk mencarinya di suatu tempat sesuai petunjuk.

Mereka menemukan nampan makanan kerajaan di antara kayu bakar di dalam kereta. Mereka juga melihat remaja itu sedang tidur di bawah kereta.

Pada saat ditanyai, remaja itu menjawab bahwa kedua orang tuanya datang membawa makanan untuknya dan ia tidur dengan nyenyak tanpa takut setelah makan. Ia hanya tahu sejauh itu.

Raja memanggil orang tua remaja itu, kemudian membawa remaja itu beserta kedua orang tuanya menghadap Sang Buddha. Raja, saat itu, mengetahui bahwa remaja itu selalu merenungkan keagungan Buddha dan meneriakkan, "Namo Buddhassa," pada saat siluman menarik kakinya malam itu.

Raja bertanya kepada Sang Buddha, "Apakah merenungkan keagungan Buddha, adalah satu-satunya cara untuk melindungi diri dari makhluk gaib dan mara bahaya, atau merenungkan keagungan Dhamma, memiliki potensial dan kekuatan yang setara?"

Sang Buddha menjawab, "Raja, umat-Ku! Terdapat 6 macam perenungan yang dapat melindungi diri dari makhluk gaib dan mara bahaya."

Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, remaja dan kedua orang tuanya mencapai kesucian tingkat sotapanna. Tak lama kemudian, mereka bergabung menjadi anggota Sangha dan kemudian menjadi arahat.

Dhammapada ayat 296, 297, 298, 299, 300 dan 301 bab Syair Bunga Rampai



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.