Kisah Biksu Ananda - Dhammapada
Kisah Biksu Ananda
Diva tapati adicco,
rattimabhati candima,
sannaddho khattiyo tapati,
jhayi tapati brahmano,
atha sabbamoharattim,
buddho tapati tejasa.
Matahari bersinar di siang hari,
bulan bersinar di malam hari.
Zirah memancarkan kegagahan ksatria raja,
orang suci bersinar karena meditasi.
Setiap siang maupun malam,
Buddha bersinar penuh kemuliaan.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Ananda.
Di bulan purnama pada bulan ketujuh (assayuja) raja Pasenadi dari kerajaan Kosala datang menghadap Sang Buddha. Raja hadir dengan tanda-tanda kebesaran dari kerajaan yang berjaya.
Pada saat itu, biksu Kaludayi juga hadir di ruang yang sama dan duduk di ujung pinggir hadirin. Ia sedang memasuki pencerapan mental (jhana) sehingga tubuhnya cemerlang keemasan. Di langit, biksu Ananda melihat matahari mulai terbenam dan bulan sedang muncul, keduanya, matahari dan bulan, memancarkan sinar yang sangat terang.
Biksu Ananda melihat tanda-tanda kebesaran raja yang bersinar, melihat biksu Kaludayi, dan melihat matahari dan bulan. Akhirnya, biksu Anada melihat Sang Buddha dan segera menyadari bahwa sinar keagungan Sang Buddha jauh lebih terang dibandingkan semua sinar itu.
Melihat Sang Buddha di dalam kemuliaan dan kemegahan, biksu Ananda langsung mendekati Sang Buddha dan berkata, "Bhante! Cahaya yang terpancar dari tubuh suci-Mu jauh lebih terang daripada cahaya zirah raja, cahaya biksu Kaludayi, serta cahaya matahari dan bulan."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 387 bab Syair Brahmana