Kisah Culadhanuggaha, si Ahli Memanah - Dhammapada
Kisah Culadhanuggaha, si Ahli Memanah
Vitakkamathitassa jantuno,
tibbaragassa subhanupassino,
bhiyyo tanha pavaddhati,
esa kho dalham karoti bandhanam.
Vitakkupasame ca yo rato,
asubham bhavayate sada sato,
esa kho byanti kahiti,
esa checchati marabandhanam.
Mereka yang terhanyut oleh pikiran jahat,
yang sangat bernafsu, yang memikirkan kesenangan.
Keinginannya akan semakin meningkat,
dan memperkuat ikatan belenggunya.
Mereka yang gemar menundukkan pikiran jahat,
yang selalu sadar dan merenungkan pelapukan tubuh.
Nafsu keinginannya akan berakhir,
dan belenggu Mara akan terputus.
Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang kehidupan lampaunya adalah ahli memanah.
Seorang biksu muda membawa hasil dana makanannya ke dalam salah satu tempat peristirahatan khusus biksu di dalam kota. Setelah menghabiskan makanannya ia merasa kehausan, maka ia mendatangi sebuah rumah dan meminta air minum, dan seorang gadis keluar memberikan air minum. Gadis yang melihat biksu muda itu merasa jatuh cinta kepadanya. Karena ingin menarik hatinya, ia mengundang biksu muda itu untuk datang setiap kali ia merasa haus.
Setelah beberapa waktu, gadis itu mengundang biksu muda itu untuk menerima dana makanan di rumahnya. Pada hari itu, ia memberi tahu biksu muda itu bahwa ia memiliki segalanya di dalam rumahnya, akan tetapi tidak ada pria yang menjaganya, dan lainnya. Mendengar kata-kata itu, biksu muda itu menangkap isyarat gadis itu dan ia merasa semakin tertarik kepada gadis muda yang menawan itu. Ia menjadi sangat tidak puas dengan kehidupan sebagai biksu dan tubuhnya semakin kurus. Biksu-biksu lain melaporkan hal itu kepada Sang Buddha.
Sang Buddha memanggil biksu muda itu dan berkata kepadanya, "Putra-Ku, dengarlah. Gadis itu akan menjadi penghancur hidupmu seperti yang telah ia lakukan kepadamu pada kehidupan lampaumu."
Sang Buddha mengisahkan, "Pada salah satu kehidupan lampaumu, kau adalah seorang ahli memanah dan gadis itu adalah istrimu. Pada suatu ketika, pada saat kalian berdua sedang bepergian, kalian tiba di daerah para penjahat. Istrimu jatuh cinta kepada pemimpin penjahat. Pada saat kau dan pemimpin penjahat itu terlibat pertarungan dan kau memintanya memberikan pedangmu, ia malah memberikan pedangmu kepada penjahat itu yang lalu membunuhmu."
Sang Buddha melanjutkan, "Demikianlah, ia telah menyebabkan kematianmu. Kini, lagi-lagi, ia akan menyebabkan kehancuran dirimu bila kau pergi menemuinya dan meninggalkan Sangha demi dia."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu. Setelah mendengar ucapan itu, biksu muda itu mencapai kesucian tingkat sotapanna.
Dhammapada ayat 349 dan 350 bab Syair Nafsu Keinginan