Kisah Dewa Ankura - Dhammapada
Kisah Dewa Ankura
Tinadosani khettani,
ragadosa ayam paja,
tasma hi vitaragesu,
dinnam hoti mahapphalam.
Tinadosani khettani,
dosadosa ayam paja,
tasma hi vitadosesu,
dinnam hoti mahapphalam.
Tinadosani khettani,
mohadosa ayam paja,
tasma hi vitamohesu,
dinnam hoti mahapphalam.
Tinadosani khettani,
icchadosa ayam paja,
tasma hi vigaticchesu,
dinnam hoti mahapphalam.
Rumput liar adalah racun bagi tanaman,
keserakahan adalah racun bagi manusia.
Persembahan kepada ia yang tiada keserakahan,
akan menghasilkan pahala berlimpah.
Rumput liar adalah racun bagi tanaman,
kebencian adalah racun bagi manusia.
Persembahan kepada ia yang tiada kebencian,
akan menghasilkan pahala berlimpah.
Rumput liar adalah racun bagi tanaman,
kebodohan adalah racun bagi manusia.
Persembahan kepada ia yang tiada kebodohan,
akan menghasilkan pahala berlimpah.
Rumput liar adalah racun bagi tanaman,
kedengkian adalah racun bagi manusia.
Persembahan kepada ia yang tiada iri hati,
akan menghasilkan pahala berlimpah.
Sang Buddha mengucapkan keempat ayat ini pada saat berada di alam surga Trayastimsa, sehubungan dengan seorang dewa yang bernama Ankura.
Sang Buddha mengunjungi alam surga Trayastimsa untuk membabarkan Abhidhamma kepada dewa Santusita, orang yang pernah menjadi ibu-Nya, mendiang ratu Maha Maya. Selama di sana, ada seorang dewa yang bernama Indaka. Pada kehidupan sebelumnya, Indaka adalah seorang pria yang mempersembahkan sedikit makanan untuk biksu Anuruddha. Karena benih karma baik yang ditanam pada masa seorang Buddha hidup itulah ia memperoleh berkah sebesar itu. Demikianlah, setelah kematiannya ia terlahir di alam Trayastimsa dan memperoleh kemewahan surgawi.
Pada saat itu, juga terdapat seorang dewa lainnya yang bernama Ankura yang pernah mempersembahkan banyak dana. Sebenarnya, berlipat kali lebih banyak ketimbang apa yang telah Indaka berikan. Akan tetapi, persembahan-persembahan itu dilakukan di luar masa seorang Buddha hidup. Sehingga, walaupun murah hati dan melakukan persembahan besar, kenikmatan surgawinya jauh lebih sedikit dibandingkan Indaka yang hanya berdana sedikit.
Karena Sang Buddha berada di Trayastimsa, Ankura bertanya kepada-Nya penyebab perbedaan berkah yang diperoleh. Sang Buddha berkata, "Dewa! Pada saat beramal dan berdana, kalian harus memilih kepada siapa kalian berikan persembahan itu, sebuah tindakan kebajikan bagaikan menanam benih. Benih yang ditanam di tanah yang subur akan tumbuh subur menjadi tanaman atau pohon yang kuat dan akan menghasilkan banyak buah. Akan tetapi, jika kalian akan menanam benih di tanah yang gersang, maka kalian akan memanen hasil yang tidak maksimal."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat-ayat itu.
Dhammapada ayat 356, 357, 358 dan 359 bab Syair Nafsu Keinginan