Kisah Hukuman Penjara - Dhammapada
Kisah Hukuman Penjara
Na tam dalham bandhanamahu dhira,
yadayasam darujapabbajanca,
sarattaratta manikundalesu,
puttesu daresu ca ya apekkha.
Etam dalham badhanamahu dhira,
oharinam sithilam duppamuncam,
etampi chetvana paribbajanti,
anapekkhino kamasukham pahaya.
Menurut orang bijak,
apa saja yang terbuat dari besi, kayu atau jerami,
bukanlah belenggu yang kuat.
Menurut orang bijak,
yang berupa permata, anak-anak dan istri,
adalah belenggu yang paling kuat.
Menurut orang bijak,
belenggu yang kuat akan menghambat,
sifatnya lentur dan sulit dihilangkan.
Setelah belenggu itu dipotong terbebaslah keterikatan,
dan orang bijak meninggalkan kesenangan duniawi.
Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan beberapa orang pencuri yang diikat dengan rantai.
Pada suatu hari, 30 orang biksu memasuki Savatthi untuk menerima dana makanan. Pada saat mereka sedang berkeliling menerima dana makanan, mereka melihat beberapa orang tahanan yang digiring dengan tangan dan kaki mereka yang terantai.
Pada saat kembali ke vihara, setelah menceritakan tentang apa yang telah mereka lihat pagi itu, mereka bertanya kepada Sang Buddha apakah ada ikatan yang lebih kuat daripada rantai.
Sang Buddha mengatakan kepada mereka, "Para biksu! Ikatan itu tidak bisa dibandingkan dengan nafsu keinginan terhadap makanan dan pakaian, kekayaan dan keluarga. Nafsu keinginan itu seribu kali, seratus ribu kali lebih kuat daripada rantai, borgol dan kurungan."
Sang Buddha melanjutkan, "Itulah sebabnya, orang-orang bijaksana memotong habis semua nafsu keinginan mereka, meninggalkan keduniawian dan memasuki keanggotaan Sangha."
Sang Buddha lalu mengucapkan kedua ayat itu.
Dhammapada ayat 345 dan 346 bab Syair Nafsu Keinginan