Kisah Uggasena - 1 - Dhammapada
Kisah Uggasena (1)
Muncapure munca pacchato,
majjhe munca bhavassa paragu,
sabbattha vimuttamanaso,
na punam jatijaram upehisi.
Lepaskan masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan*,
menyeberanglah ke seberang sungai kehidupan*.
Dengan pikiran yang bebas dari segalanya,
tiada lagi kelahiran dan kematian.
Mengacu kepada keterikatan terhadap Lima Kelompok Kehidupan yang timbul pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Pantai Seberang adalah kiasan dari Nibbana.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan putra seorang kaya yang bernama Uggasena yang jatuh cinta kepada seorang wanita penari.
Serombongan pemain teater keliling yang terdiri dari 500 penari dan beberapa pemain akrobat tiba di Rajagaha dan melakukan pertunjukan di sekitar istana raja Bimbisara selama 7 hari. Di antara para penari terdapat seorang penari muda putri dari seorang pemain akrobat yang bernyanyi dan menari di atas sebilah tiang bambu panjang.
Uggasena, putra orang kaya, jatuh cinta kepada penari itu dan orang tuanya tidak mampu membendung niatnya untuk menikah dengannya. Ia menikahi penari muda itu dan ikut dengan rombongannya. Karena ia bukan penari maupun pemain akrobat, ia pun termasuk orang yang tidak berguna bagi rombongan. Oleh karena itu, pada saat rombongan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ia harus membantu membawakan barang-barang, mengendarai kereta, dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, Uggasena dan istrinya memperoleh seorang putra. Penari itu sering bernyanyi untuk putranya, "Kau, putra seorang penjaga kereta, seorang pembawa barang-barang dan bungkusan. Kau, putra orang bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa."
Uggasena yang mendengar nyanyian itu, tahu bahwa istrinya sedang menunjuk dirinya dan ia merasa sangat sakit hati dan galau. Ia pun menjumpai ayah mertuanya, pemain akrobat, dan memohon kepadanya untuk mengajarkan kepadanya gerakan-gerakan akrobat. Setelah berlatih selama setahun, Uggasena menjadi seorang pemain akrobat yang sangat mahir.
Lalu, Uggasena kembali ke Rajagaha, dan diumumkanlah bahwa ia akan menampilkan kemahirannya selama 7 hari. Pada hari ketujuh, Uggasena berdiri di atas sebatang kayu panjang. Pada saat aba-aba diberikan ia berjungkil-balik tujuh kali di atas tiang itu.
Pada saat yang bersamaan itu, Sang Buddha melihat Uggasena di dalam bayangan-Nya dan tahu bahwa sudah tiba saatnya baginya untuk mencapai kesucian arahat. Maka, Sang Buddha memasuki Rajagaha dan kehadiran-Nya membuat semua penonton memalingkan perhatian mereka kepada Sang Buddha ketimbang bertepuk tangan untuk Uggasena atas prestasi akrobatiknya.
Pada saat Uggasena melihat dirinya diacuhkan dan diabaikan, ia terduduk di atas tiang, merasa sangat tidak puas dan galau. Sang Buddha berkata kepadanya, "Uggasena, orang bijaksana akan melepaskan semua kemelekatan terhadap Kelompok Kehidupan dan berusaha dengan tekun mencapai kebebasan dari lingkaran hidup-mati."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha, Uggasena mencapai kesucian tingkat arahat. Ia mendekati Sang Buddha dan kemudian ditahbiskan menjadi seorang biksu.
Dhammapada ayat 348 bab Syair Nafsu Keinginan