Kisah Brahmana Kasar Bersaudara - Dhammapada
Kisah Brahmana Kasar Bersaudara
Akkosam vadhabandhanca,
aduttho yo titikkhati,
khantibalam balanikam,
tamaham brumi brahmanam.
Ia yang tidak marah,
mampu menahan celaan, pukulan dan hukuman.
Ia yang bersenjatakan kesabaran,
ia Kusebut orang suci.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan abang-adik Bharadvaja yang bertabiat kasar.
Terdapat seorang brahmana yang istrinya mempunyai kebiasaan latah setiap kali ia bersin atau ketika sesuatu atau seseorang tanpa sengaja menyentuhnya.
Pada suatu hari, brahmana itu mengundang beberapa orang temannya untuk makan-makan dan istrinya tiba-tiba mengeluarkan kata-kata latah. Karena sudah mencapai kesucian tingkat sotapanna, kata-kata "Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa" pasti menjadi ucapan latahnya. Namun kata-kata penghormatan kepada Sang Buddha itu amat tidak disukai oleh brahmana itu, suaminya. Dengan marah brahmana itu mendatangi Sang Buddha dengan niat berdebat dengan-Nya.
Pertama-tama ia bertanya kepada Sang Buddha, "Apa yang harus kita bunuh agar dapat hidup senang dan damai?" Pertanyaan keduanya, "Dhamma apa yang kau setuju untuk dibunuh?"
Sang Buddha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, "Brahmana, agar dapat hidup bahagia dan damai, seseorang harus membunuh kebencian. Membunuh kebencian adalah sesuatu yang disenangi dan dipuji oleh para Buddha dan para arahat."
Setelah mendengar jawaban dari Sang Buddha, brahmana itu sangat terkesan dan puas dan ia memohon ditahbiskan menjadi biksu. Ia pun menjadi anggota Sangha dan akhirnya mencapai kesucian tingkat arahat.
Brahmana itu mempunyai seorang saudara yang terkenal dengan kata-kata kasarnya dan dikenal dengan julukan Akkosaka Bharadvaja, si Bharadvaja yang Kasar. Pada saat Bharadvaja mendengar bahwa saudaranya telah bergabung dalam keanggotaan Sangha, ia amat marah. Ia langsung mendatangi vihara dan mencaci-maki Sang Buddha.
Sang Buddha balik bertanya, "Brahmana, seandainya kau menawarkan makanan kepada beberapa orang tamu dan mereka meninggalkan rumahmu tanpa memakan makanan itu. Karena para tamu tidak menerima makananmu, siapakah pemilik makanan itu?"
Bharadvaja menjawab bahwa makanan itu tetap menjadi miliknya.
Setelah mendengar jawabannya, Sang Buddha berkata, "Begitu jugalah, brahmana, karena Aku tidak menerima kata-kata kasarmu, maka kata-kata kasar itu berbalik kepada anda sendiri."
Bharadvaja seketika itu juga menyadari makna ucapan Sang Buddha itu dan timbul rasa hormat yang amat mendalam kepada Sang Buddha. Ia juga memasuki keanggotaan Sangha dan akhirnya menjadi seorang arahat.
Setelah Bharadvaja menjadi biksu, 2 orang adik laki-lakinya datang mengunjungi Sang Buddha dengan tujuan yang sama yaitu untuk mencaci-maki Sang Buddha. Mereka berdua juga diberi pencerahan oleh Sang Buddha dan mereka juga menjadi biksu. Seiring berjalannya waktu, mereka juga mencapai kearahatan.
Pada suatu senja, pada persamuhan para biksu, ada biksu yang berkata kepada Sang Buddha, "Betapa indah dan agungnya kemuliaan Sang Buddha! Keempat brahmana bersaudara datang untuk memaki Sang Buddha, bukannya berdebat dengan mereka, Sang Buddha membuat mereka mencapai pencerahan, dan hasilnya, Sang Buddha menjadi pelindung mereka."
Sang Buddha berkata kepada para biksu itu, "Para biksu! Karena Aku penuh kesabaran dan penuh pengendalian diri, serta tidak menyalahkan mereka yang berbuat salah terhadap-Ku, Aku telah menjadi pelindung bagi banyak orang."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 399 bab Syair Brahmana