Kisah Citta -2- Dhammapada
Kisah Citta, si Perumah Tangga
Saddho silena sampano,
yaso bhogasamppito.
Yam yam padesam bhajati,
tattha tattheva pujito.
Ia yang penuh keyakinan dan kebajikan,
akan memiliki ketenaran dan kekayaan.
Ke mana pun ia pergi,
akan selalu dihormati.
Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang umat berumah tangga di kota Macchikasanda yang bernama Citta.
Citta, setelah mendengar Dhamma yang dikotbahkan biksu Sariputra, mencapai kesucian tingkat anagami. Pada suatu hari, dengan diikuti 3.000 orang, ia pergi ke Savatthi dengan membawa 500 kereta yang berisi makanan dan berbagai benda-benda yang akan dipersembahkan kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya. Ia menempuh jarak rata-rata 1 yojana (15 km) sehari dan sampai tujuan dalam waktu 1 bulan.
Citta dan 500 temannya memasuki vihara Jetavana. Pada saat ia bersujud kepada Sang Buddha, banyak sekali bunga-bunga yang secara ajaib berjatuhan dari langit bagaikan hujan. Citta tinggal di vihara selama sebulan, mempersembahkan makanan kepada Sang Buddha dan para biksu serta menghidupi 3.000 orang pengikutnya. Selama itu, para dewa membantu Citta dengan mengisi ulang persediaan makanan dan benda-benda persembahan lainnya.
Pada malam keberangkatan pulangnya, Citta meninggalkan semua yang ia bawa di dalam kamar-kamar vihara sebagai persembahan kepada Sang Buddha. Para dewa memenuhi kereta-keretanya yang kosong dengan berbagai benda-benda berharga.
Biksu Ananda yang melihat bagaimana kekayaan Citta dipenuhi kembali, bertanya kepada Sang Buddha, "Bhante, apakah Citta hanya akan dianugerahi kekayaan saat bertemu dengan-Mu? Apakah ia juga akan diberkahi ke mana pun ia pergi?"
Sang Buddha menjawab, "Ananda, umat yang satu ini memiliki keyakinan dan kemurahan hati. Ia juga hidup suci dan namanya akan tersebar harum dan luas. Orang seperti itu pasti akan dipuji dan dianugerahi kemakmuran ke mana pun ia pergi."
Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu.
Dhammapada ayat 303 bab Syair Bunga Rampai