Dhammapada: Syair Berpasangan
01/001
Segala sesuatu dipelopori oleh pikiran,
dipimpin oleh pikiran, dan diciptakan oleh pikiran,
jika seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda mengikuti jejak sapi yang menarik pedati.
Baca kisah Cakkhupala, si biksu buta.
02/002
Semua bentuk mental dipelopori oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan diciptakan oleh pikiran.
Jika seseorang berbicara dan berbuat dengan pikiran suci, maka kebahagiaan akan mengikutinya,
bagaikan bayangan yang tak pernah meninggalkan seseorang.
Baca kisah Matthakundali, si brahmana muda.
03/003
"Ia menyakitiku, ia mengasariku, ia lebih dariku, ia merebut milikku."
Mereka yang menyimpan pikiran seperti itu, maka permusuhan tidak akan berakhir.
04/004
"Ia menyakitiku, ia mengasariku, ia lebih dariku, ia merebut milikku."
Mereka yang tidak menyimpan pikiran seperti itu, maka permusuhan akan berakhir.
Baca kisah Tissa, si biksu yang sombong.
05/005
Di dunia ini, kebencian tidak dapat dihilangkan dengan kebencian.
Kebencian hanya dapat dihilangkan dengan cinta kasih.
Inilah hukum abadi.
Baca kisah Kalayakkhini, si raksasa wanita serta saingannya.
06/006
Mereka yang tidak bijaksana tidak menyadari bahwa kita akan mati.
Mereka yang bijaksana menyadarinya dan akan segera menghentikan pertengkaran.
Baca kisah biksu-biksu dari Kosambi yang suka bertengkar.
07/007
Ia yang selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
yang nafsunya tidak terkendali,
tak terbatas makannya,
dan juga malas dan tidak bersemangat,
pasti akan dikuasai oleh Mara,
bagaikan badai yang menumbangkan pohon yang lapuk.
08/008
Ia yang selalu memperhatikan kekotoran jasmani,
yang nafsunya terkendali,
terbatas makannya,
penuh keyakinan dan bersemangat,
pasti tidak akan dikuasai oleh Mara,
bagaikan badai yang tidak dapat mengoyahkan gunung.
Baca kisah biksu Mahakala dan Cakupala.
09/009
Ia yang belum terbebas dari noda-noda batin,
yang tidak mampu mengendalikan nafsu,
dan ucapannya tidak benar,
tidaklah pantas menggenakan jubah kuning.
10/010
Ia yang telah terbebas dari noda-noda batin,
yang melaksanakan sila, nasfunya terkendali,
dan ucapannya benar,
maka, pantaslah ia mengenakan jubah kuning.
Baca kisah Devadatta (1).
11/011
Mereka yang menganggap ketidak-benaran sebagai kebenaran,
menganggap kebenaran sebagai ketidak-benaran,
maka orang seperti itu tak akan mencapai kebenaran,
karena mereka berpedoman pada pandangan salah.
12/012
Mereka yang menganggap kebenaran sebagai kebenaran,
menganggap ketidak-benaran sebagai ketidak-benaran,
maka orang seperti itu akan mencapai kebenaran,
karena mereka berpedoman pada pandangan benar.
Baca kisah Sariputra dan Maha Moggallana.
13/013
Bagaikan hujan menembusi rumah yang beratap tipis,
demikian jugalah,
keserakahan menembusi pikiran yang tidak dijaga dengan benar.
14/014
Bagaikan hujan yang tidak dapat menembusi rumah yang beratap tebal,
demikian jugalah,
keserakahan tidak dapat menembusi pikiran yang dijaga dengan benar.
Baca kisah Nanda, sepupu Sang Buddha.
15/015
Ia berduka di alam ini,
ia berduka di alam berikutnya,
pelaku kejahatan berduka di kedua alam itu,
ia berduka dan menderita pada saat ia melihat kejahatan yang ia perbuat.
Baca kisah Cundasukarika, si penjagal babi.
16/016
Ia bergembira di alam ini,
ia bergembira di alam berikutnya,
ia bergembira di kedua alam itu,
ia semakin bergembira pada saat ia melihat kemuliaan perbuatannya.
Baca kisah upasaka Dhammika.
17/017
Ia tersiksa di alam ini, ia tersiksa di alam berikutnya,
pembuat kejahatan tersiksa di kedua alam itu,
ia tersiksa dan menyesali kejahatan yang telah ia perbuat,
ia lebih tersiksa lagi pada saat terlahir di alam rendah.
Baca kisah Devadatta (2).
18/018
Ia berbahagia di alam ini,
ia berbahagia di alam berikutnya,
ia berbahagia di kedua alam itu,
ia berbahagia karena telah menanam benih kebajikan,
ia lebih berbahagia lagi pada saat terlahir di alam bahagia.
Baca kisah Sumanadevi, putri bungsu Anathapindika.
19/019
Walau ia membaca banyak kitab suci, namun lalai dan tidak berlatih sesuai Dhamma,
bagaikan seorang pengembala sapi yang menghitung ternak orang lain,
maka ia tak mendapatkan manfaat dari kehidupan sebagai biksu.
20/020
Walau ia membaca sedikit kitab suci, namun berlatih sesuai Dhamma, melenyapkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan,
memahami makna-makna Dhamma, dengan pikiran yang bebas dari keburukan moral,
dan tidak lagi melekat kepada dunia ini dan dunia berikutnya,
maka ia mendapatkan manfaat dari kehidupan sebagai biksu.
Baca kisah dua orang sahabat.