Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Kisah Murid Pertapa Non-Buddhis - Dhammapada

Dhammapada ayat 318 dan 319 bab Syair Neraka Kisah Murid Pertapa Non-Buddhis Avajje vajjamatino, vajje cavajjadassino. Micchaditthisamadana, satta gacchanti duggatim. Vajjanca vajjato natva, avajjanca avajjato. Sammaditthisamadana, satta gacchanti suggatim. Orang yang menganggap salah suatu yang benar, dan menganggap benar suatu yang salah. Karena pandangan salah ini, akan menuju alam yang menyedihkan. Orang yang tahu salah sebagai kesalahan, dan benar sebagai kebenaran. Karena pandangan benar ini, akan menuju alam yang membahagiakan. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Nigrodharama, di dekat kota Kapilavastu, sehubungan dengan beberapa orang pertapa Titthi yang non-buddhis. Para umat ajaran Titthi melarang anak-anak mereka untuk bergaul dengan anak-anak para umat Buddha. Mereka selalu mengingatkan anak-anak mereka, "Jangan pergi ke Jetavana." "Jangan bersujud kepada biksu-biksu suku Sakya." Pada suatu ketika, pad...

Kisah Pertapa Nigantha - Dhammapada

Dhammapada ayat 316 dan 317 bab Syair Neraka Kisah Pertapa Nigantha Alajjitaye lajjanti, lajjintaye na lajjare. Micchaditthisamadana, satta gacchanti duggatim. Abhaye bhayadassino, bhaye cabhayadassino. Micchadittisamadana, satta gacchanti duggatim. Orang yang malu terhadap yang tidak memalukan, dan tidak malu terhadap yang memalukan. Karena pandangan salah ini, akan menuju alam yang menyedihkan. Orang yang takut terhadap yang tidak menakutkan, dan tidak takut terhadap yang menakutkan. Karena pandangan salah ini, akan menuju alam yang menyedihkan. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan pertapa-pertapa nigantha yang hanya menutupi bagian depan tubuh mereka saja. Pada suatu hari, beberapa orang pertapa nigantha pergi berkeliling menerima dana makanan sambil membawa mangkuk yang ditutupi sepotong pakaian. Beberapa orang biksu yang melihat mereka, berkata, "Para pertapa nigantha itu men...

Kisah Sejumlah Biksu - Dhammapada

Dhammapada ayat 315 bab Syair Neraka Kisah Sejumlah Biksu Nagaram yatha paccantam, guttam santarabahiram, evam gopetha attanam, khano vo ma upaccaga, khanatita hi socanti, nirayamhi samappita. Bagaikan benteng perbatasan, dijaga ketat luar maupun dalam, jagalah diri anda sendiri*, jangan sampai dirimu lengah, karena ia yang tidak waspada, akan bersedih saat terlahir di alam neraka. Jaga diri sendiri artinya menjaga 6 organ indera internal (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran.) dan 6 objek eksternal (bentuk, suara, aroma, rasa, sentuhan dan pemikiran). Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan sekelompok biksu yang melewatkan masa vassa di kota perbatasan. Pada bulan pertama sekelompok biksu berdiam di kota perbatasan, mereka dilayani dan dijaga dengan baik oleh penduduk kota. Pada bulan berikutnya kota itu dikuras oleh beberapa kelompok perampok dan beberapa warga diculik untuk dijadika...

Kisah Seorang Wanita Pencemburu - Dhammapada

Dhammapada ayat 314 bab Syair Neraka Kisah Seorang Wanita Pencemburu Akatam dukkatam seyyo, paccha tappati dukkatam, katanca sukatam seyyo, yam katva nanutappati. Lebih baik tidak berbuat kejahatan, karena ia akan tersiksa oleh penyesalan. Lebih baik melakukan kebajikan, karena ia tidak akan terbakar oleh menyesal. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang wanita yang sifatnya pencemburu. Terdapat seorang wanita yang sangat pencemburu yang hidup bersama suaminya di Savatthi. Ia mengetahui kalau suaminya berselingkuh dengan pelayan wanitanya. Pada suatu hari, ia mengikat pelayannya itu dengan tali yang kuat, memotong kedua telinga dan hidungnya, lalu menguncinya di dalam sebuah kamar. Setelah melakukan hal itu, ia mengajak suaminya untuk menemaninya pergi ke vihara Jetavana. Sesaat setelah wanita itu dan suaminya berangkat, beberapa orang sanak saudara pelayannya tiba di rumahnya dan menemukan p...

Kisah Biksu Yang Keras Kepala - Dhammapada

Dhammapada ayat 311, 312 dan 313 bab Syair Neraka Kisah Biksu Yang Keras Kepala Kuso yatha duggahito, hatthamevanukantati. Samannam dupparamattham, nirayayupakadhati. Yam kinci sithilam kammam, samkilitthanca yam vatam. Sankassaram brahmacariyam, na tam hoti mahapphalam. Kayira ce kayirathenam, dalhamenam parakkame. Sithilo hi paribbajo, bhiyyo akirate rajam. Bagaikan tangan yang terluka, akibat salah menggenggam daun kusa. Demikian juga seorang biksu yang jahat, akan terseret ke alam neraka. Sembrono mengerjakan sesuatu, tekad yang tidak tulus, melanggar kehidupan suci, semua itu tak akan membuahkan hasil. Jika ada yang harus dikerjakan, kerjakanlah dengan tekun dan benar, kehidupan lemah sebagai seorang biksu, hanya akan menambah tumpukan debu rintangan. Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang keras kepala. Terdapat seorang biksu yang merasa bersalah karena t...

Kisah Khemaka, Putra Orang Kaya - Dhammapada

Dhammapada ayat 309 dan 310 bab Syair Neraka Kisah Khemaka, Putra Orang Kaya Cattari thanani naro pamatto, apajjati paradarupasevi. Apunnalabham na nikamaseyyam, nindam tatiyam nirayam catuttham. Apunnalahho ca gati ca papika, bhitassa bhitaya rati ca thokika. Raja ca dandam garukam paneti, tasma naro paradaram na seve. Empat petaka akan menimpa orang ceroboh, yang melakukan perbuatan asusila. Menerima akibat buruk, tidur tidak nyenyak, difitnah, dan lahir di alam menyedihkan. Kesenangan sesaat pria dan wanita ketakutan itu, mengakibatkan hal buruk dan nasib buruk. Raja akan menjatuhkan hukuman berat, maka janganlah berbaring dengan pasangan orang lain. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Khemaka, putra orang kaya yang melakukan perbuatan asusila dengan istri orang lain. Khemaka, selain kaya raya, penampilannya juga menawan sehingga banyak sekali wanita yang sangat tertarik kepadanya....

Kisah Para Biksu Yang Tinggal Di Tepi Sungai Vaggumuda - Dhammapada

Dhammapada ayat 308 bab Syair Neraka Kisah Para Biksu Yang Tinggal Di Tepi Sungai Vaggumuda Seyyo ayogulo bhutto, tatto aggisikhupamo. Yance bhunjeyya dussilo, ratthapindamasannato. Lebih baik menelan sebutir bola besi panas, yang menyala bagaikan api. Daripada hidup tidak bermoral dan tak terkendali, dan makan dari dana masyarakat. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Kutagarasala, di Mahavana (hutan pohon sala), di dekat kota Vesali, sehubungan dengan beberapa orang biksu yang melewati masa vassa di dekat tepi sungai Vaggumuda. Pada suatu ketika, terjadi kelaparan di negeri suku Vajji. Oleh karenanya, agar bisa memperoleh cukup makanan, beberapa orang biksu berpura-pura berlagak sebagai biksu yang telah mencapai kesucian. Para warga pun percaya dan menghormati mereka, mempersembahkan makanan yang banyak untuk mereka dan menyisakan sedikit untuk diri mereka sendiri. Setelah masa vassa lewat, seperti biasanya, semua biksu dari seluruh penjuru datan...

Kisah Orang Yang Menderita Akibat Perbuatan Jahat - Dhammapada

Dhammapada ayat 307 bab Syair Neraka Kisah Orang Yang Menderita Akibat Perbuatan Jahat Kasavakantha bahavo, papadhamma asannata. Papa papehi kammehi, nirayam te upapajjare. Banyak mereka yang memakai jubah kuning, mempunyai sifat jahat dan tak terkendali. Karena kejahatan mereka sendiri, mereka terlahir di alam neraka. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan beberapa makhluk preta. Pada saat biksu Maha Moggallana dan biksu Lakkhana turun dari gunung Hering (Gijjhakuta) ia melihat beberapa makhluk preta. Pada saat mereka kembali ke vihara, di hadapan Sang Buddha biksu Maha Moggallana berkata kepada biksu Lakkhana, bahwa tadi ia melihat sesosok makhluk preta yang hanya berbentuk kerangka tulang. Ia juga melihat 5 orang biksu yang tubuhnya terbakar oleh api. Mendengar perkataan mengenai biksu-biksu itu, Sang Buddha berkata, "Pada masa Kassapa Buddha, biksu-biksu itu banyak sekali berbuat kejahatan....

Kisah Sundari, Petapa Kelana Wanita - Dhammapada

Dhammapada ayat 306 bab Syair Neraka Kisah Sundari, Petapa Kelana Wanita Abhutavadi nirayam upeti, yo vapi katva na karomi caha, ubhopi te pecca sama bhavanti, nihinakamma manuja parattha. Pembohong akan menuju ke alam neraka, juga ia yang setelah berbuat berkata, "bukan aku". Kedua orang yang menanam benih buruk itu, akan menderita pada kehidupan selanjutnya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang petapa kelana wanita yang bernama Sundari. Seiring dengan bertambahnya jumlah pengikut Sang Buddha, para pertapa aliran lain menyadari bahwa pengikut mereka semakin berkurang. Karena itu, mereka merasa iri hati kepada Sang Buddha. Selain itu, mereka juga khawatir keadaan akan semakin memburuk jika mereka tidak melakukan sesuatu agar dapat menghancurkan nama baik Sang Buddha. Para pertapa memanggil Sundari dan berkata kepadanya, "Sundari, kau adalah wanita yang cantik dan pandai. Kam...

Kisah Seorang Biksu Penyendiri - Dhammapada

Dhammapada ayat 305 bab Syair Bunga Rampai Kisah Seorang Biksu Penyendiri Ekasanam ekaseyyam, eko caramatandito. Eko damayamattanam, vanante ramito siya. Duduk sendiri, berbaring sendiri, berjalan sendiri tanpa bosan. Dengan menundukkan diri sendiri, tercapailah kebahagiaan hidup di hutan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang tinggal sendirian karena ia terbiasa menyendiri. Biksu Ekavihari tidak banyak bergaul bersama biksu-biksu lainnya, namun selalu menyendiri. Semuanya sendirian, saat ia tidur atau berbaring, atau berjalan, atau berdiri. Biksu-biksu lain berprasangka buruk terhadap biksu Ekavihari dan menceritakan masalah ini kepada Sang Buddha. Akan tetapi Sang Buddha tidak menyalahkannya, malahan Ia berkata, "Benar, oleh karena itu, putra-Ku telah berbuat benar. Bagi seorang biksu, seharusnya ia menetap di dalam kesunyian dan kesendirian." Sang Buddha lalu mengu...

Kisah Culasubhadda - Dhammapada

Dhammapada ayat 304 bab Syair Bunga Rampai Kisah Culasubhadda Dure santo pakasenti, himavantova pabbato. Asantettha na dissanti, rattim khitta yatha sara. Orang baik bisa terlihat walau jauh, bagaikan pegunungan Himalaya bersalju. Orang jahat tidak terlihat walau dekat, bagaikan anak panah yang melesat di malam hari. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan putri Anathapindika yang bernama Culasubhadda. Anathapindika dan orang kaya dari kota Ugga yang bernama Ugga, belajar dari guru yang sama pada saat mereka masih kecil. Kini, Ugga memiliki seorang putra sedangkan Anathapindika memiliki seorang putri. Pada saat anak-anak mereka cukup umur, Ugga meminta izin dari Anathapindika untuk menikahkan mereka. Maka pernikahan pun dilakukan, dan Culasubhadda, putri Anathapindika, harus tinggal di rumah mertuanya. Ugga dan keluarganya adalah pengikut pertapa non-buddhis. Kadang-kadang, mereka mengundang para per...

Kisah Citta -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 303 bab Syair Bunga Rampai Kisah Citta, si Perumah Tangga Saddho silena sampano, yaso bhogasamppito. Yam yam padesam bhajati, tattha tattheva pujito. Ia yang penuh keyakinan dan kebajikan, akan memiliki ketenaran dan kekayaan. Ke mana pun ia pergi, akan selalu dihormati. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang umat berumah tangga di kota Macchikasanda yang bernama Citta. Citta, setelah mendengar Dhamma yang dikotbahkan biksu Sariputra, mencapai kesucian tingkat anagami. Pada suatu hari, dengan diikuti 3.000 orang, ia pergi ke Savatthi dengan membawa 500 kereta yang berisi makanan dan berbagai benda-benda yang akan dipersembahkan kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya. Ia menempuh jarak rata-rata 1 yojana (15 km) sehari dan sampai tujuan dalam waktu 1 bulan. Citta dan 500 temannya memasuki vihara Jetavana. Pada saat ia bersujud kepada Sang Buddha, banyak sekali bunga-bunga yang...

Kisah Biksu Dari Kota Suku Vajji - Dhammapada

Dhammapada ayat 302 bab Syair Bunga Rampai Kisah Biksu Dari Kota Suku Vajji Duppabbajjam durabhiramam, duravasa ghara dukha. Dukkhosamanasamvaso, dukkhanupatitaddhagu. Tasma na caddhagu siya, na ca dukkhanupatito siya. Sulit hidup bahagia sebagai biksu, sulit hidup berumah tangga. Menderita berhubungan dengan orang yang tidak serasi, mengembara dalam samsara membawa derita. Karena itu, janganlah menjadi pengembara, janganlah mengejar penderitaan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan seorang biksu dari kota Vesali, sebuah kota suku Vajji. Pada malam purnama di bulan Kattika (Oktober-November), masyarakat Vesali merayakan secara besar-besaran festival perbintangan (Nakkhatta). Seluruh kota terang benderang, dan banyak sekali penghibur yang bernyanyi, menari dan lainnya. Seorang biksu dari viharanya memandang ke arah kota, ia merasa sangat kesepian dan tidak puas dengan nasibnya. Dengan lembut ia...

Kisah Putra Penebang Kayu - Dhammapada

Dhammapada ayat 296, 297, 298, 299, 300 dan 301 bab Syair Bunga Rampai Kisah Putra Penebang Kayu Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, niccam buddhagata sati. Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, niccam dhammagata sati. Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, niccam samghagata sati. Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, niccam kayagata sati. Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, ahimsaya rato mano. Suppabuddham pabujjhanti, sada gotamasavaka, yesam diva ca ratto ca, bhavanaya rato mano. Murid-murid Sang Buddha, selalu sadar dan waspada. Siang maupun malam, merenungkan sifat mulia Buddha. Murid-murid Sang Buddha, selalu sadar dan waspada. Siang maupun malam, merenungkan sifat mulia Dhamma. Murid-murid Sang Buddha, selalu sadar dan waspada. Siang maupun malam, merenungkan sifat mulia Sangha. Murid-...

Kisah Lakundaka Bhaddiya -3- Dhammapada

Dhammapada ayat 294 dan 295 bab Syair Bunga Rampai Kisah Lakundaka Bhaddiya (3) Mataram pitaram hantva, rajano dye ca khattiye, rattham sanucaram hantva, anigho yati brahmano. Mataram pitaram hantva, rajano dve ca sotthiye, veyagghapancamam hantva, anigho yati brahmano. Dengan membunuh ibu* dan ayah*, dan kedua orang ksatria*, menghancurkan negara*, beserta pejabat-pejabatnya*, tercapailah kesucian. Ibu diartikan nafsu keinginan. Ayah diartikan kesombongan. Dua ksatria diartikan dua pandangan (pandangan adanya diri yang kekal dan pandangan hidup untuk bersenang-senang tanpa tujuan). Negara dan pejabat-pejabatnya diartikan panca indera dan objek-objek indera. Dengan membunuh ibu dan ayah, dan kedua orang ksatria, membunuh seekor harimau*, tercapailah kesucian. Harimau diartikan sebagai 5 rintangan batin (Panca Nivarana); (1) Sensasi tubuh; (2) Keinginan jahat; (3) Kemalasan; (4) Kekhawatiran; dan (5) Keragu-raguan. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada...

Kisah Para Biksu Dari Baddiya - Dhammapada

Dhammapada ayat 292 dan 293 bab Syair Bunga Rampai Kisah Para Biksu Dari Baddiya Yam hi kiccam tapaviddham, akiccam pana kayirati, unnalanam pamattanam, tesam vaddhanti asava. Yasanca susamaraddha, niccam kayagata sati, akiccam te na sevanti, kicce sataccakarino, satanam sampajananam, attham gacchanti asava. Ia yang melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, dan meninggalkan yang seharusnya dilakukan, maka orang yang angkuh dan malas itu, noda batinnya akan bertambah. Noda batin akan berkurang, pada orang yang selalu waspada, dan mempunyai pandangan terang, yang menyadari jasmaninya setiap saat, yang meninggalkan yang tidak harus dilakukan, dan melakukan yang harus dilakukan. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di dekat kota Baddiya, sehubungan dengan beberapa orang biksu. Pada suatu ketika, beberapa orang biksu yang tinggal dekat Baddiya membuat sejumlah sandal dan menghiasinya dengan alang-alang dan rerumputan. Pada saat Sang Buddha diber...

Kisah Seorang Wanita Pemakan Telur Ayam - Dhammapada

Dhammapada ayat 291 bab Syair Bunga Rampai Kisah Seorang Wanita Pemakan Telur Ayam Paradukkhupadhanena, attano sukhamicchati, verasamsaggasamsattho, vera so na parimuccati. Ia yang memperoleh kebahagiaan, dengan menyebabkan derita bagi orang lain, tidak akan bebas dari perselisihan, karena ia terikat oleh kebencian. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan perseteruan antara seorang wanita dengan seekor induk ayam. Terdapat seorang wanita yang tinggal di sebuah desa dekat Savatthi. Ia memelihara seekor induk ayam di dalam rumahnya. Setiap kali induk ayam itu bertelur, ia akan memakan telur itu. Induk ayam itu sangat sedih dan marah dan kemudian bersumpah akan membalas dendam terhadap wanita itu. Induk ayam itu berharap dapat terlahir kembali menjadi makhluk apapun yang mempunyai kesempatan membunuh keturunan wanita itu. Harapan induk ayam itu terpenuhi, ia terlahir sebagai seekor kucing dan wanita itu...

Kisah Perbuatan Masa Lampau Sang Buddha - Dhammapada

Dhammapada ayat 290 bab Syair Bunga Rampai Kisah Perbuatan Masa Lampau Sang Buddha Matta sukhapariccaga, passe ce vipulam sukham, caje mattasukham dhiro, sampassam vipulam sukham. Jika meninggalkan kebahagiaan yang kecil, seseorang dapat memperoleh kebahagiaan yang besar, maka orang bijak akan melepaskan kebahagiaan yang sedikit, untuk memperoleh kebahagiaan tak terbatas. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan kekuatan dan keagungan Sang Buddha yang disaksikan banyak orang ketika berada di kota Vesali.



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.