Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Kisah Biksuni Bahuputtika - Dhammapada

Dhammapada ayat 115 bab Syair Ribuan Kisah Biksuni Bahuputtika Yo ca vassasatam jive, apassam dhammamuttamam, ekaham jivitam seyyo, passato dhammamuttamam. Daripada hidup seratus tahun, sebagai orang yang tidak mengerti Dhamma Luhur, lebih baik hidup sehari, sebagai orang yang mengerti Dhamma Luhur. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksuni Bahuputtika, ibu yang banyak anak. Pada suatu waktu, di kota Savatthi hiduplah sepasang suami-istri bersama 7 orang putra dan 7 orang putri. Semua anak-anaknya menikah dan keluarga mereka hidup cukup baik. Lalu, suaminya meninggal dan ia menyimpan semua harta benda tanpa memberikan sesuatu pun kepada anak-anaknya. Semua putra dan putrinya menginginkan warisan, dan pura-pura berkata kepadanya, "Apa yang dapat kami dapat dari harta itu? Dapatkah kami menggandakannya? Dapatkah kami menjaga ibu kami?" Anak-anaknya selalu mengatakan hal itu secara berulang-ulang sehingga ia ...

Kisah Biksuni Kisagotami - Dhammapada

Dhammapada ayat 114 bab Syair Ribuan Kisah Biksuni Kisagotami Yo ca vassasatam jive, epassam amatam padam, ekaham jivitam seyyo, passato amatam padam. Daripada hidup seratus tahun, sebagai orang yang tidak menyadari Tanpa Kematian (Nibbana), lebih baik hidup sehari, sebagai orang yang menyadari Tanpa Kematian. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Kisagotami. Kisagotami adalah putri dari keluarga kaya-raya di Savatthi. Ia dikenal dengan nama Kisagotami karena tubuhnya yang amat langsing. Ia menikah dengan seorang pemuda yang kaya-raya, dan tak lama kemudian lahirlah seorang anak laki-laki. Putra Kisagotami meninggal pada saat masih balita, dan Kisagotami amat terpukul. Dengan menggendong mayat bayinya ia pergi ke sana dan ke mari, dan kepada semua orang yang dijumpainya ia meminta obat yang dapat menghidupkan kembali anaknya. Orang-orang mulai berpikir bahwa ia sudah gila. Terdapat seoran...

Kisah Biksuni Patacara - Dhammapada

Dhammapada ayat 113 bab Syair Ribuan Kisah Biksuni Patacara Yo ca vassasatam jive, Apassam udayabbayam**, Ekaham jivitam seyyo, Passato udayabbayam. Udayabbayam adalah muncul dan lenyapnya Lima Kelompok Kehidupan (Panca Khanda). Pengetahuan tentang ketidakkekalan Lima Kelompok Kehidupan ini dapat diperoleh lewat latihan meditasi perenungan. Daripada hidup seratus tahun, sebagai orang yang tidak menyadari muncul-lenyapnya Lima Kelompok Kehidupan, lebih baik hidup sehari, sebagai orang yang menyadari muncul-lenyapnya Lima Kelompok Kehidupan. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Patacara. Patacara adalah putri dari keluarga kaya-raya di Savatthi. Ia amat cantik dan orang tuanya amat protektif terhadapnya. Namun, suatu hari, ia kawin lari dengan salah seorang pelayan muda keluarganya dan tinggal di sebuah desa. Ia pun menjalani hidup sebagai istri seorang pemuda miskin. Pada suatu waktu, Pat...

Kisah Biksu Sappadasa - Dhammapada

Dhammapada ayat 112 bab Syair Ribuan Kisah Biksu Sappadasa Yo ca vassasatam jive, kusito hinaviriyo, ekaham jibitam seyyo, viriyamarabhato dalham. Daripada hidup seratus tahun sebagai manusia pasif**, lebih baik hidup sehari, sebagai orang yang melaksanakan sila dan bersamadhi. Manusia pasif adalah orang yang tidak menjalani kesucian dan selalu berbuat kejahatan. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Sappadasa. Suatu hari, seorang biksu merasa tidak senang pada kehidupannya sebagai biksu. Sementara itu, ia juga merasa sangat tidak pantas dan memalukan jika ia kembali pada kehidupan sebagai perumah tangga. Maka ia berpikir lebih baik mati. Setelah berpikir demikian, pada suatu kesempatan, ia memasukkan tangannya ke dalam sebuah guci yang berisi seekor ular, namun ular itu enggan menggigitnya. Itu dikarenakan pada kehidupan yang lampau ular itu adalah seorang pelayan dan biksu itu adalah majikannya. Karena kejadian...

Kisah Biksu Khanu Kondanna - Dhammapada

Dhammapada ayat 111 bab Syair Ribuan Kisah Biksu Khanu Kondanna Yo ca vassasatam jive, duppanno asamahito, ekaham jivitam seyyo, pannavantassa jhayino. Daripada hidup seratus tahun sebagai orang bodoh, yang nafsunya tidak terkendali, lebih baik hidup sehari sebagai orang bijaksana, yang melaksanakan sila dan bersamadhi. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Khanu Kondanna. Biksu Kondanna, setelah mendapatkan petunjuk meditasi dari Sang Buddha, pergi ke dalam hutan untuk melatih meditasi, dan di sana ia mencapai kearahataan. Kemudian ia hendak menjumpai Sang Buddha untuk bersembah sujud. Di tengah perjalanan ia berhenti karena ia merasa amat kelelahan. Ia duduk pada sebuah lempengan bebatuan besar sambil memasuki konsentrasi jhana. Pada saat yang bersamaan, 500 orang perampok yang baru saja merampok sebuah desa besar mendatangi tempat di mana sang biksu berada. Mereka mengira tubuh biksu itu adalah tunggul pohon se...

Kisah Samanera Samkicca - Dhammapada

Dhammapada ayat 110 bab Syair Ribuan Kiah Samanera Samkicca Vo ca vassasatam jive, dussilo asamahito, ekaham jivitam seyyo, silavantassa jhayino. Daripada seribu tahun hidup sebagai orang yang tak bermoral, yang nafsunya tidak terkendali, lebih baik hidup sehari sebagai orang yang suci, yang melaksanakan sila dan bersamadhi. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan samanera Samkicca. Pada suatu waktu, 30 orang biksu masing-masing memperoleh petunjuk meditasi dari Sang Buddha dan pergi ke sebuah desa besar yang berjarak 120 yojana (1.800 km) dari Savatthi. Pada saat itu, 500 orang perampok sedang berada di dalam hutan lebat, dan mereka ingin mempersembahkan darah dan daging manusia kepada arwah penjaga hutan. Mereka mendatangi vihara desa dan menuntut agar salah seorang biksu diserahkan kepada mereka untuk dijadikan kurban kepada arwah penjaga. Dari yang tua hingga yang muda, semua biksu, dengan suka...

Kisah Ayuvaddhana Kumara - Dhammapada

Dhammapada ayat 109 bab Syair Ribuan Kisah Ayuvaddhanakumara Abhivadanasilissa, niccam vuddhapacayino, cattaro dhamma vaddhanti, ayu vanno sukham balam. Seseorang yang selalu menghormati, dan menghargai mereka yang lebih tua dan lebih suci, maka akan memperoleh empat manfaat, umur panjang, keanggunan, kebahagiaan dan kekuatan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara pedesaan di dekat Dighalanghika, sehubungan dengan Ayuvaddhanakumara. Pada suatu waktu, terdapat dua orang pertapa yang hidup bersama-sama dalam melatih pertapaan keras (tapacaranam) selama 48 tahun. Akhirnya, salah satu pertapa meninggalkan kehidupan petapa dan menikah. Setelah putranya lahir, mereka sekeluarga mengunjungi pertapa tua itu dan menghormatinya. Kepada mereka pertapa itu berkata, "Semoga kalian panjang umur." Namun ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Mereka heran dan bertanya kepada pertapa itu alasannya. Pertapa itu memberitahukan kepada mereka bahwa anak i...

Kisah Teman Sariputra - Dhammapada

Dhammapada ayat 108 bab Syair Ribuan Kisah Teman Biksu Sariputra Yamkinci yittham va hutam va loke, samvaccharam yajetha punnapekkho, sabbampi tam na catubhagameti, abhivadana ujjugatesu seyyo. Di dunia ini, seseorang mengadakan persembahan kurban, banyak dan sedikit, selama setahun, agar mencapai kesucian, semua persembahan itu tidak seharga seperempat dari kesucian yang diperoleh, dengan menghormati para Arya yang berjalan di Jalan yang benar. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan teman biksu Sariputra. Pada suatu saat, biksu Sariputra bertanya kepada temannya yang seorang brahmana mengenai apa yang ia tanam sebagai kebajikan. Sang brahmana menjawab bahwa persembahan kurban secara besar-besaran, dengan harapan dapat dilahirkan di alam Brahma pada kehidupan mendatang. Biksu Sariputra lalu menjelaskan kepadanya bahwa guru-gurunya telah memberikan harapan palsu kepadanya, dan mereka sendiri tidak ta...

Kisah Keponakan Sariputra - Dhammapada

Dhammapada ayat 107 bab Syair Ribuan Kisah Keponakan Biksu Sariputra Yo ca vassasatam jantu, aggim paricare vane, ekanca bhavitattanam, muhuttamapi pujaye, sa yeva pujana seyyo, yance vassasatam hutam. Selama setahun, seseorang menyalakan api suci di dalam hutan, bila seseorang dalam waktu sekejap bersujud kepada biksu yang melatih kemajuan batin, maka itu lebih baik daripada seratus tahun memberikan kurban. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan keponakan biksu Sariputra. Pada suatu saat, biksu Sariputra bertanya kepada keponakannya yang seorang brahmana muda mengenai apa yang ia tanam sebagai kebajikan. Keponakannya menjawab bahwa ia selalu mengurbankan seekor kambing setiap bulan dalam pemujaan api, dengan harapan dapat dilahirkan di alam Brahma pada kehidupan mendatang. Biksu Sariputra lalu menjelaskan kepadanya bahwa guru-gurunya telah memberikan harapan palsu kepadanya, dan mereka sendiri ti...

Kisah Paman Sariputra - Dhammapada

Dhammapada ayat 106 bab Syair Ribuan Kisah Paman Biksu Sariputra Mase mase sahassena, yo vajetha satam samam, ekanca bhivatattanam, muhuttamapi pujaye, sa yeva pujana seyyo, yance vassasatam hutam. Setiap bulan dalam setahun, seseorang mempersembahkan sesuatu seharga seribu kahapana, Bila seseorang dalam waktu sejenak bersujud kepada biksu yang melatih kemajuan batin, maka itu lebih baik daripada seratus tahun mengadakan persembahan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan seorang brahmana, paman biksu Sariputra. Pada suatu saat, biksu Sariputra bertanya kepada pamannya yang seorang brahmana mengenai apa yang ia tanam sebagai kebajikan. Sang brahmana menjawab bahwa ia selalu memberikan persembahan senilai 1.000 kahapana (mata uang pada zaman itu) setiap bulannya kepada pertapa nigantha, dengan harapan dapat dilahirkan di alam Brahma pada kehidupan mendatang. Biksu Sariputra lalu menjelaskan kepadan...

Kisah Brahmana Anatthapucchaka - Dhammapada

Dhammapada ayat 104 dan 105 bab Syair Ribuan Kisah Brahmana Anatthapucchaka Atta have jitam seyyo, ya cayam itara paja, attadantassa posassa, niccam sannatacarino. Neva devo na gandhabbo, na maro saha brahmuna, jitam apajitam katira, tatharupassa jantuno. Lebih baik menaklukkan diri sendiri, daripada menaklukkan orang lain, ia yang telah menguasaikan dirinya, akan mahir mengendalikan diri. Tiada dewa, gandhabba, mara maupun brahma, yang mampu mengubah kemenangan seseorang, yang hidupnya terkendali. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan brahmana Anatthapucchaka. Pada suatu saat, seorang brahmana bernama Anatthapucchaka mendatangi Sang Buddha dan berkata kepada-Nya, "Bhante, aku rasa Kau hanya mengetahui perilaku yang membawa manfaat, dan bukan perilaku yang tidak membawa bermanfaat." Sang Buddha memberitahukan kepadanya bahwa Ia juga tahu perilaku yang tidak membawa manfaat dan membahayakan. Kemudian...

Kisah Biksuni Kundalakesi - Dhammapada

Dhammapada ayat 102 dan 103 bab Syair Ribuan Kisah Biksuni Kundalakesi Yo ca gatha satam bhase, anatthapadasamhita, ekam dhammapadam seyyo, yam sutva upasammati. Ya sahssam sahassena, sangame manuse jine, ekanca jeyyamattanam, sa ve sangmajuttamo. Daripada seribu syair yang tak bermakna, dan tidak berhubungan dengan pencapaian nibbana, lebih baik sebait syair Dhamma, yang dapat menenangkan orang yang mendengarnya. Seseorang bisa saja menaklukkan seribu orang, dalam satu pertempuran, namun ia yang menaklukkan dirinya sendiri, ialah penakluk terhebat. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Kundalakesi. Kundalakesi adalah putri seorang kaya-raya dari Rajagaha. Ia menjalani kehidupan yang amat sederhana. Suatu hari, ia secara kebetulan melihat seorang pencuri yang dibawa ke depan umum untuk dihukum mati, dan seketika itu juga ia jatuh cinta kepada pencuri itu. Orang tuanya harus memba...

Kisah Bahiyadaruciriya - Dhammapada

Dhammapada ayat 101 bab Syair Ribuan Kisah Bahiyadaruciriya Sahassamapi ce gatha, anatthapadasamhita, ekam gathapadam seyyo, yam sutva upasammati. Daripada seribu syair yang tak bermakna, dan tidak berhubungan dengan pencapaian nibbana, lebih baik sebait syair yang bermakna, yang dapat menenangkan orang yang mendengarnya. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Bahiyadaruciriya. Sekelompok pedagang pergi berlayar dengan sebuah kapal. Kapal yang mereka tumpangi tenggelam dan hanya seorang yang selamat. Orang satu-satunya yang selamat itu memegangi sebuah papan dan akhirnya terhanyut hingga ke pesisir pantai di pelabuhan Supparaka. Tanpa pakaian, ia mengikatkan papan itu ke tubuhnya, membawa sebuah mangkuk, dan duduk di sebuah tempat di mana masyarakat dapat melihatnya. Orang yang lewat memberikannya nasi dan bubur. Beberapa orang menganggapnya seorang arahat dan memuji-muji dirinya. Beberapa orang l...

Kisah Tambadathika - Dhammapada

Dhammapada ayat 100 bab Syair Ribuan Kisah Tambadathika Sahassamapi ce vaca, anatthapadasamhita, ekam atthapadam seyyo, yam stva upasammati. Daripada seribu kata-kata yang tak bermakna, dan tidak berhubungan dengan pencapaian nibbana, lebih baik sepatah kata yang bermakna, yang dapat menenangkan orang yang mendengarnya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan Tambadathika, si penjagal maling. Tambahdathika mengabdi kepada raja sebagai seorang penjagal pencuri selama 55 tahun. Kini ia sudah pensiun dari jabatannya. Pada suatu hari, setelah memasak bubur di rumahnya, ia pergi ke sungai untuk mandi. Selesai mandi, ia kembali ke rumah dan ingin mengambil bubur yang secara spesial dipersiapkannya. Pada saat akan mengambil buburnya, biksu Sariputra, yang baru saja bangkit dari meditasi pencerapan (jhana samaptti), berdiri di depan pintu rumahnya untuk menerima dana makanan. Melihat sang biksu, Tambadathika berpikir di dalam hat...

Kisah Seorang Wanita - Dhammapada

Dhammapada ayat 099 bab Syair Arahat Kisah Seorang Wanita Ramaniyani arannani, yaittha na ramati jano, vitaraga ramissanti, na te kamagavesino. Hutan tidak nyaman bagi orang yang terikat keduniawian, hanya mereka yang bebas dari keinginan, dan yang tidak mencari kesenangan indria, akan merasakan kenyamanan di sana. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang wanita yang tak dikenal. Seorang biksu, setelah memperoleh petunjuk meditasi dari Sang Buddha, melatih meditasi di sebuah kebun tua. Seorang wanita yang tak dikenal mendatangi kebun itu dan melihat biksu itu. Ia mencoba menarik perhatian biksu itu dan merayunya. Biksu itu ketakutan, dan di saat yang bersamaan tubuhnya merasakan kepuasan yang menyenangkan. Sang Buddha, di vihara, melihat biksu itu lewat kekuatan batin-Nya, lalu memancarkan sinar agung-Nya kepada biksu itu dan memesan biksu itu, "Putra-Ku, tempat di mana orang-orang duniawi mencari kesenangan b...

Kisah Biksu Revata - Dhammapada

Dhammapada ayat 098 bab Syair Arahat Kisah Biksu Revata Game va yadi varanne, ninne va yadi va thale, yattha arahato viharanti, tam bhumiramaneyyakam. Di pedesaan ataupun di hutan, di lembah ataupun di bukit, di mana pun arahat berdiam, tempat itu akan penuh dengan kedamaian. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Revata, si biksu dari hutan akasia. Revata adalah adik terkecil dari murid utama Sang Buddha, biksu Sariputra. Ialah satu-satunya dari semua saudara-saudari biksu Sariputra yang belum meninggalkan rumah untuk menjalankan hidup tanpa berumah tangga. Orang tuanya sangat ingin menikahkannya. Revata berusia 7 tahun pada saat orang tuanya menikahkannya dengan seorang gadis kecil. Di upacara pernikahannya, ia melihat seorang wanita tua yang berusia 120 tahun, dan ia menyadari bahwa semua makhluk hidup akan menua dan mati. Makanya, ia melarikan diri dari rumah menuju sebuah vihara yang dihuni o...

Kisah Sariputra (3) - Dhammapada

Dhammapada ayat 097 bab Syair Arahat Kisah Biksu Sariputra Assaddho akatannu ca, sandhicchedo ca yo naro, hatavakaso vantaso, sa ve uttamaporiso. Orang yang jujur, memahami Tanpa Kondisi (nibbana), menghentikan perputaran kelahiran, melenyapkan akibat karma, menghilangkan semua keinginan, ialah yang termulia di antara semua manusia. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Sariputra. 30 orang biksu dari sebuah desa tiba di vihara Jetavana untuk bersujud kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengetahui bahwa sudah tiba saatnya bagi biksu-biksu itu untuk mencapai kearahatan. Sang Buddha pun memanggil biksu Sariputra dan di hadapan para biksu itu Ia bertanya, "Putra-Ku, Sariputra. Apakah kau percaya bahwa dengan bermeditasi pada indera-indera akan mencapai nibbana?" Biksu Sariputra menjawab, "Bhante, dalam masalah mencapai nibbana dengan bermeditasi pada indera-indera, aku mempercayainya bukanlah karena aku yak...

Kisah Samanera Dari Kosambi - Dhammapada

Dhammapada ayat 096 bab Syair Arahat Kisah Samanera Dari Kosambi Santam tassa manam hoti, santa vaca ca kamma ca, sammadanna vimuttassa, upasantassa tadino. Seorang arahat yang memahami Dhamma, amat tenang dalam pikiran, ucapan dan tindakannya, arahat seperti itulah yang terbebas dari kekotoran batin, dan tidak terpengaruh oleh keadaan hidupnya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang samanera dari Kosambi, murid biksu Tissa. Pada suatu ketika, seorang anak berusia 7 tahun ditahbiskan menjadi seorang samanera atas permohonan ayahnya. Sebelum rambutnya dicukur, ia diberikan sebuah petunjuk meditasi. Pada saat rambutnya sedang dicukur, pikirannya menetap teguh pada objek meditasinya, dan hasilnya, begitu rambutnya selesai dicukur, ia mencapai kesucian tingkat arahat. Setelah selang beberapa waktu, biksu Tissa dengan ditemani oleh samanera itu pergi ke Savatthi untuk bersujud kepada Sang Buddha....

Kisah Sariputra (2) - Dhammapada

Dhammapada ayat 095 bab Syair Arahat Kisah Biksu Sariputra Pathavisamo no virujjhati, indakhilupamo tadi subbato, rahadova apetakaddamo, samsara na bhavanti tadino. Seorang arahat sangat sabar dan tidak terpancing oleh amarah, bagaikan bumi, ia tidak terpengaruh oleh situasi kehidupan, bagaikan benteng, ia tenang dan suci bagaikan danau tak berlumpur, tidak akan ada kelahiran lagi bagi arahat yang seperti itu. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Sariputra dan seorang biksu muda. Pada saat akhir musim vassa (retreat musim hujan), biksu Sariputra bersiap-siap memulai perjalanan bersama beberapa muridnya. Seorang biksu muda yang dendam kepada biksu Sariputra mendatangi Sang Buddha dan menceritakan laporan palsu bahwa biksu Sariputra telah berlaku kasar dan memukulinya. Sang Buddha lalu memanggil biksu Sariputra dan bertanya kepadanya. Biksu Sariputra menjawab, "Bhante, bagaimana mungkin seorang biksu yang mengen...

Kisah Biksu Maha Kaccayana - Dhammapada

Dhammapada ayat 094 bab Syair Arahat Kisah Biksu Maha Kaccayana Yassinriyani samathangatani, assa yatha sarathina sudanta, pahinamassa anasavassa, devapi tassa pihayanti tadino. Seorang arahat yang inderanya tenang, bagaikan kuda-kuda yang terkendali dengan baik oleh kusir, yang bebas dari kesombongan dan kekotoran batin, maka dewa pun mencintainya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Maha Kaccayana. Pada saat bulan purnama yang juga merupakan akhir musim vassa, dewa Sakka beserta serombongan besar dewa datang dan bersujud kepada Sang Buddha yang saat itu berdiam di vihara Pubbarama, vihara yang dipersembahkan oleh upasika Visakha. Pada saat itu, Sang Buddha ditemani oleh dua murid utama-Nya dan semua biksu senior. Sementara itu, biksu Maha Kaccayana yang melewati musim vassa di Avanti belum tiba, namun sebuah tempat duduk kosong telah menunggunya di Pubbarama. Sakka mempersembahkan bung...

Kisah Biksu Anuruddha - Dhammapada

Dhammapada ayat 093 bab Syair Arahat Kisah Biksu Anuruddha Yassasa va parikkhina, ahare ca anissito, sunnato animitto ca, vimokkho yassa gocaro, akaseva sakuntanam, padam tassa durannayam. Seorang arahat bebas dari kekotoran batin, ia tidak terikat kepada makanan, dan terbebas dari kemelekatan, tanpa keinginan, niat jahat dan kelalaian, tujuan mereka bagaikan burung terbang di langit, yang jejaknya tak terlacak. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Anuruddha. Pada suatu hari biksu Anuruddha mencari potongan-potongan kain bekas di tumpukan sampah untuk dijadikan jubah karena jubah lamanya telah kotor dan compang-camping. Jalini, istrinya pada suatu kehidupan lampaunya, yang kini hidup di alam dewa, melihatnya. Tahu apa yang ia cari, Jalini mengambil 3 potong kain surgawi yang bermutu tinggi dan meletakkannya di tumpukan sampah di tempat yang mudah terlihat. Biksu Anuruddha menemukan potongan-potongan kain surg...

Kisah Biksu Belatthasisa - Dhammapada

Dhammapada ayat 092 bab Syair Arahat Kisah Biksu Belatthasisa Yesam sannicayo natthi, ye parinnatabhojana, sunnato animitto ca, vimokkho yesam gocaro, akaseva sakuntnam, gati tesam durannaya. Para arahat tidak lagi menimbun**, mereka makan dengan penuh perhatian**, mereka telah terbebas dari kemelekatan, tanpa keinginan, niat jahat dan kelalaian, tujuan mereka bagaikan burung terbang di langit, yang jejaknya tak terlacak. tidak lagi menimbun karma makan sesuai dengan 3 parinna; (1) mengetahui sifat makanan yang dimakan, (2) menyadari jenis makanan, dan (3) melepaskan semua ikatan pada makanan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Belatthasisa. Biksu Belatthasisa, setelah berkeliling menerima dana makanan di dalam sebuah desa, berhenti dan memakan makanannya. Setelah makan, ia kembali berkeliling untuk menerima dana makanan lagi. Setelah menerima cukup makanan ia pun kembali ke vihara, menjemur kering makanan...

Kisah Maha Kassapa (3) - Dhammapada

Dhammapada ayat 091 bab Syair Arahat Kisah Biksu Maha Kassapa Uyyunjanti satimanto, na nikete ramanti te, hamsava pallalam hitva, okamokam jahanti he. Orang yang sadar berlatih dengan tekun, mereka tidak bahagia di dalam rumah, dan meninggalkan seluruh kehidupan duniawi, bagaikan angsa meninggalkan kolam berlumpur. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan biksu Maha Kassapa. Pada suatu saat, Sang Buddha melewati masa vassa di Rajagaha bersama sejumlah biksu. Dua minggu sebelum masa vassa berakhir, Sang Buddha mengumumkan kepada para biksu bahwa sebentar lagi mereka akan meninggalkan Rajagaha dan bersiap-siap untuk berangkat. Beberapa orang biksu menjahit dan mencelup jubah-jubah baru, beberapa biksu mencuci jubah lama mereka. Pada saat beberapa biksu melihat biksu Maha Kassapa mencuci jubahnya, mereka berspekkulasi, "Terdapat banyak penduduk dari luar maupun dalam Rajagaha yang mencintai dan meng...

Kisah Pertanyaan Jivaka - Dhammapada

Dhammapada ayat 090 bab Syair Arahat Kisah Pertanyaan Jivaka Gataddhino visokassa, vippamuttassa sabbadhi, sabbaganthappahinassa, parilaho na vijjati. Ia yang perjalanannya** telah berakhir, yang bebas dari derita dan semua hal**, yang telah melenyapkan semua belenggu**, maka tiada lagi kesukaran baginya. perjalanan; kelahiran berulang-ulang (samsara). misalnya keterikatan pada Lima Kelompok Kehidupan (Panca Khandha). belenggu; keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, milik Jivaka, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan pertanyaan Jivaka kepada Sang Buddha. Pada suatu ketika, Devadatta mencoba membunuh Sang Buddha dengan menggelindingkan sebuah batu besar dari puncak gunung Nazar (Gijjhakuta). Batu itu membentur sebuah tebing di sisi gunung dan pecahannya menghantam jari jempol kaki Sang Buddha. Sang Buddha dibawa ke vihara Veluvana yang terletak di luar Rajagaha. Di sana Jivaka yang adalah tabib ...

Kisah 500 Biksu Yang Berkunjung - Dhammapada

Dhammapada ayat 087, 088 dan 089 bab Syair Orang Bijaksana Kisah Lima Ratus Biksu Yang Berkunjung Kanham dhammam vippahaya, sukkam bhaventha pandito, oka anokamagamma, viveke yattha duramam. Tatrabhiratimiccheyya, hitva kame akincano, pariyodapeyya attanam, cittaklesehi pandito. Yesam sambodhiyangesu, samma cittam subhavitam, adanapatinissagge, anupadaya ye rata, khinasava jutimanto, te loke parinibbuta. Orang bijaksana, yang meninggalkan rumah untuk mencapai nibbana, haruslah meninggalkan kegelapan dan kejahatan, serta mengumpulkan berkah yang baik. Ia haruslah bergembira di dalam kesendirian, tak terikat dan nibbana, yang oleh orang awam tidak merasa gembira, ia harus melepaskan kesenangan indria, dan tidak melekat kepada apa pun, membersihkan kekotoran batin dalam dirinya. Mereka yang pikirannya terjaga dalam Tujuh Faktor Pencerahan, melepaskan diri dari semua kemelekatan, bergembira di dalam pelepasan keterikatan, orang seperti itu, dengan menghilangkan ...

Kisah Pendengar Dhamma - Dhammapada

Dhammapada ayat 085 dan 086 bab Syair Orang Bijaksana Kisah Pendengar Dhamma Appaka te manussesu, ye jana paragamino, athayam itara paja, tiramevanudhavati. Ya ce kho sammadakkhate, dhamme dhammanuvattino, te jana paramessanti, maccudheyyam suduttaram. Hanya sedikit orang, yang mencapai Pantai Seberang, kebanyakan orang, hilir mudik di tepian. Namun mereka yang melatih sesuai Dhamma, yang telah dibabarkan dengan baik, akan mencapai Pantai Seberang, melampaui kehidupan dan kematian yang sulit dilalui. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan sekumpulan orang yang datang mendengarkan kotbah Dhamma. Pada suatu ketika, sekelompok orang dari Savatthi bersama-sama mengadakan persembahan khusus kepada para biksu, dan mereka mengundang beberapa biksu untuk membabarkan Dhamma hingga larut malam di lingkungan mereka. Banyak pendengar tidak dapat duduk hingga malam hari dan mereka kembali ke rumah m...

Kisah Biksu Dhammika - Dhammapada

Dhammapada ayat 084 bab Syair Orang Bijaksana Kisah Biksu Dhammika Na atthahetu na parassa hetu, na puttamicche na dhanam na rattham, na iccheyya adhammena samiddhimattano, sa silava pannava dhammiko siya. Demi kepentingan bersama, ia tidak berbuat kejahatan, juga tidak menginginkan keturunan, kekayaan dan keyajaan dari hasil kejahatan, ia tidak ingin berhasil dengan ketidakadilan, orang seperti inilah yang disebut orang mulia, bijaksana dan adil. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Dhammika. Dhammika tinggal di kota Savatthi. Pada suatu hari, ia memberitahukan kepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia ingin menjadi biksu. Istrinya memintanya untuk menunda keinginannya hingga anak mereka lahir. Saat anak mereka lahir, ia kembali meminta izin kepada istrinya untuk pergi. Lagi-lagi, istrinya memintanya untuk menunggu hingga anak mereka bisa berjalan. Dhammika berpikir, "Tiada gunanya aku meminta izin dari is...

Kisah 500 Biksu (3) - Dhammapada

Dhammapada ayat 083 bab Syair Orang Bijaksana Kisah Lima Ratus Biksu Sabbattha ye sappurisa cajanti, na kamakama lapayanti santo, sukhena phuttha atha va dukhena, na uccavacam pandita dassayanti. Sesungguhnya, orang suci melepaskan segalanya, tidak membahas kesenangan indria, saat berhadapan dengan suka maupun duka, orang bikajsana tidak bersuka maupun berduka. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan 500 orang biksu. Karena permohonan seorang bhamana dari kota Veranja, Sang Buddha berdiam di kota itu bersama dengan 500 orang biksu. Selama tinggal di sana, brahmana itu kesulitan memenuhi kebutuhan para biksu. Penduduk Veranja yang sedang menghadapi bencana kelaparan, hanya mampu mempersembahkan dalam jumlah yang sangat sedikit saat para biksu sedang berkeliling menerima dana makanan. Walau hidup di dalam kesulitan, para biksu tidak berkecil hati. Mereka tetap puas dengan sedikit kacang-kacangan yang...

Kisah Kanamata - Dhammapada

Dhammapada ayat 082 bab Syair Orang Bijaksana Kisah Ibu Kana Yathapi rahado gambhiro, vippasanno anavilo, evam dhammani sutvana, vippasidanti pandita. Bagaikan danau yang dalam, jernih dan tenang, orang bijaksana akan tenteram, setelah mendengarkan Dhamma. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan ibu Kana. Ibu Kana adalah seorang upasika yang berbakti kepada Sang Buddha. Putrinya, Kana, menikah dengan seorang pria dari desa lain. Kana mengunjungi ibunya selama beberapa hari, suaminya mengirimkan pesan agar ia segera pulang. Ibu Kana memintanya menunggu sehari karena ia ingin menitipkan sejumlah daging manis kepada menantunya. Keesokan harinya, ibu Kana membuat daging manis, namun saat 4 orang biksu berdiri di depan pintunya untuk menerima dana, ia mempersembahkan beberapa daging manis itu. Keempat biksu itu memberitahukan kepada biksu-biksu lain tentang daging manis dari rumah ibu Kana dan biksu-bik...



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.