Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Kisah Kelompok Enam Biksu - 3-Dhammapada

Dhammapada ayat 231, 232, 233 dan 234 bab Syair Kemarahan Kisah Kelompok Enam Biksu Kayappakopam rakkheyya, kayena samvuto siya, kayaduccaritam hitva, kayena sucaritam care. Vacipakopam rakkheyya, vacaya samvuto siya, vaciduccaritam hitva, vacaya sucaritam care. Manopakopam rakkheyya, manasa samvuto siya, manoduccaritam hitva, manasa sucaritam care. Kayena samvuta dhira, atho vacaya samvuta, manasa samvuta dhira, te ye suparisamvuta. Kendalikanlah perbuatan yang tidak benar, yang dilakukan oleh tubuh, hindari perilaku tidak benar, teruskan perbuatan-perbuatan benar. Kendalikanlah kata-kata yang tidak benar, yang dilakukan lewat ucapan, hindari ucapan yang salah, teruskan ucapan-ucapan benar. Kendalikanlah maksud-maksud yang tidak benar, yang dilakukan oleh pikiran, hindarilah pemikiran yang salah, teruskan pemikiran yang benar. Orang bijak mengendalikan perbuatannya, mengendalikan ucapannya, mengendalikan pikirannya, mereka akan menguasai diri dengan s...

Kisah Upasaka Atula - Dhammapada

Dhammapada ayat 227, 228, 229 dan 230 bab Syair Kemarahan Kisah Upasaka Atula Poranametam Atula, netam ajjatanamiva, nindanti tunhimasinam, nindanti bahubhaninam, mitabhanimpi nindanti, natthi loke anindito. Na cahu na ca bhavissati, na cetarahi vijjati, ekantam nindito poso, ekantam va pasamsito. Yam ce vinnu pasamsanti, anuvicca suve suve, acchiddavuttim medhavim, pannasilasamahitam. Nikkham jambonadasseva, ko tam ninditumarahati, devapi nam pasamsanti, brahmunapi pasamsito. Atula! Inilah kebiasaan lama, bukan hanya sekarang ini, mereka yang diam dikecam, mereka yang banyak bicara dikecam, mereka yang bicara seperlunya dikecam, tiada yang tidak dikecam di dunia ini. Tidak kini maupun nantinya, tidak akan pernah ada, seseorang yang selalu dikecam, maupun selalu dipuji. Namun, orang yang dipuji para bijak, setelah mengamatinya hari demi hari, adalah orang yang tanpa cela, bijaksana, dan mempunyai pengetahuan dan kebajikan. Orang yang berharga seperti ...

Kisah Punna, si Pelayan Wanita-Dhammapada

Dhammapada ayat 226 bab Syair Kemarahan Kisah Punna, si Pelayan Wanita Sada jagaramananam, ahorattanusikkhinam, nibbanam adhimuttanam, attham gacchanti asava. Mereka yang selalu waspada, disiplin siang dan malam, bertujuan mencapai nibbana, maka kekotoran batin mereka akan lenyap. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di gunung Gijjhakuta, di dekat kerajaan Magadha, sehubungan dengan seorang pelayan wanita di kota Rajagaha. Pada suatu malam, Punna, si pelayan wanita, sedang menumbuk beras untuk majikannya. Karena lelah ia pun beristirahat sejenak. Saat beristirahat, ia melihat biksu Dabba memimpin beberapa orang biksu kembali ke vihara setelah mendengarkan khotbah Dhamma. Punna yang melihat biksu-biksu itu masih terjaga, merenungkan, "Aku harus bangun sepagi ini karena aku begitu miskin dan harus bekerja keras. Namun, mengapa orang-oang baik itu juga bangun sepagi ini? Mungkinkah ada biksu yang sedang sakit, ataukah mereka sedang diganggu oleh seekor ula...

Brahmana Ayah Sang Buddha - Dhammapada

Dhammapada ayat 225 bab Syair Kemarahan Kisah Brahmana 'Ayah' Sang Buddha Ahimsaka ye munayo, niccam kayena samvuta, te yanti accutam thanam, yattha gantva na socare. Arahat yang tidak lagi menyakiti makhluk hidup, dan selalu mengendalikan tindakannya, ia akan menuju nibbana yang tiada kematian, tempat tiada kesedihan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di taman Anjana, di dekat kota Saketa, sehubungan dengan seorang brahmana yang memanggil Sang Buddha dengan kata 'anakku'. Pada suatu ketika, Sang Buddha beserta beberapa orang biksu memasuki Saketa untuk menerima dana makanan. Seorang brahmana tua yang melihat kedatangan Sang Buddha, mendekatinya lalu berkata, "Putraku, mengapa Kau tidak terlihat begitu lama? Mari ikut aku, biar ibu-Mu bertemu dengan-Mu." Brahmana itu mengundang Sang Buddha ke rumahnya. Saat sampai di rumahnya, istri brahmana itu mengatakan hal yang sama kepada Sang Buddha dan memperkenalkan-Nya sebagai 'abang...

Kisah Pertanyaan Biksu Maha Moggallana-Dhammapada

Dhammapada ayat 224 bab Syair Kemarahan Kisah Pertanyaan Biksu Maha Moggallana Saccam bhane na kujjheyya, dajja appampi yacito, etehi tihi thanehi, gavvhe devana santike. Seharusnya seseorang bicara jujur, tidak terhanyut di dalam kemarahan, memberi walaupun sedikit saat diminta, ketiga perbuatan itu akan membawa seseorang ke surga. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan pertanyaan biksu Maha Moggallana. Pada suatu ketika, biksu Maha Moggallana mengunjungi alam surga dan melihat banyak sekali dewa-dewi yang hidup di bangunan-bangunan mewah. Sang biksu bertanya kepada mereka bajikan apa yang telah mereka tanam sehingga terlahir di alam dewa. Para dewa itu memberikan jawaban-jawaban yang berbeda. Salah satu dewa terlahir di alam surga bukan karena banyak berdana, bukan juga karena mendengarkan Dhamma, namun hanya karena ia selalu berkata jujur. Yang kedua menjawab adalah dewi yang terlahir di alam surga karena ia tidak mar...

Kisah Upasika Uttara - Dhammapada

Dhammapada ayat 223 bab Syair Kemarahan Kisah Upasika Uttara Akkodhena jine kodham, asadhum sadhuna jine, jine kadariyam danena, saccena'likavidinam. Atasi kemarahan dengan cinta kasih, atasi kejahatan dengan kebajikan, atasi kekikiran dengan kemurahan hati, dan atasi kebohongan dengan kejujuran. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan seorang upasika yang bernama Uttara. Uttara adalah putri dari seorang buruh tani yang bernama Punna. Punna bekerja untuk seorang kaya yang bernama Sumana di Rajagaha. Pada suatu hari, Punna dan istrinya mempersembahkan dana makanan kepada biksu Sariputra sesaat setelah ia bangkit dari meditasi pencerapan mental yang mendalam (nirodha sampatti), dan benih kebajikan itu dengan seketika membuahkan hasil bagi mereka. Suatu hari, Punna menemukan emas di ladang pada saat ia sedang membajak ladang dan raja mengangkatnya menjadi bankir kerajaan. Pada suatu ketika, kelu...

Kisah Seorang Biksu (3)- Dhammapada

Dhammapada ayat 222 bab Syair Kemarahan Kisah Seorang Biksu (3) Yo ve uppatitam kodham, ratham bhantamva varaye, tamaham sarathim brumi, rasmiggaho itaro jano. Orang yang dapat menahan kemarahan, seperti menahan kereta yang sedang melaju kencang, ialah seorang kusir sejati, sedangkan kusir lainnya hanya pemegang kendali belaka. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di stupa Aggalava, di dekat kota Alavi, sehubungan dengan seorang biksu. Pada suatu ketika, seorang biksu dari Alavi ingin membangun sebuah gubuk dan ia pun mulai menebang sebatang pohon. Dewi yang tinggal di pohon (Dewa Penunggu Pohon/Rukkha Devata) itu mencoba menghentikannya dengan berkata bahwa ia dan bayinya tidak punya tempat untuk tinggal. Gagal menghentikan biksu itu, dewi itu meletakkan bayinya pada sebatang dahan dengan harapan tindakan itu akan menghentikan biksu itu dari menebang pohonnya. Namun terlambat, biksu itu yang telah berancang-ancang, telah mengayunkan kapaknya. Ia tidak mampu...

Kisah Tuan Putri Rohini - Dhammapada

Dhammapada ayat 221 bab Syair Kemarahan Kisah Tuan Putri Rohini Kodham jahe vippajaheyya manam, samyojanam sabbamatikkameyya, tam namarupasmimasajjanamam, akincanam nanupatanti dukkha. Tinggalkan kemarahan dan kesombongan, hilangkan kemelekatan, mereka yang tidak melekat pada pikiran dan tubuh, serta yang terbebas dari kekotoran batin, tiada penderitaan lagi dalam hidupnya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Nigrodharama, di dekat kota Kapilavastu, sehubungan dengan adik perempuan biksu Anuruddha yang bernama Rohini. Pada suatu ketika, biksu Anuruddha berkunjung ke Kapilavastu. Pada saat ia tinggal di vihara di sana, semua sanak keluarganya datang menemuinya kecuali adik perempuannya, tuan putri Rohini. Biksu Anuruddha kemudian diberi tahu bahwa Rohini tidak datang karena menderita sakit kusta. Biksu Anuruddha pun mengundang Rohini. Dengan menutupi kepalanya karena malu, Rohini datang saat menerima undangan itu. Biksu Anuruddha menyaran kepada Ro...

Kisah Nandiya - Dhammapada

Dhammapada ayat 219 dan 220 bab Syair Kecintaan Kisah Nandiya Cirappavsim purisam, durato sotthimagatam, natimitta suhajja ca, abhinandanti agatam. Tatheva katapunnampi, asma loka param gatam, punnani patiganhanti, piyam nativa agatam. Seseorang yang telah lama pergi, dan kembali dengan selamat dari perjalanan jauhnya. Kerabat, sahabat dan temannya akan bergembira, dan menyambut kepulangannya dengan simpati. Demikianlah, benih kebajikan yang diperbuat, pergi dari dunia ini ke dunia yang lain. Sama seperti para kerabat, menyambut kembalinya orang yang mereka sayangi. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di hutan Isipatana, 13 kilometer sebelah timur laut kota Baranasi, sehubungan dengan Nandiya. Nandiya adalah orang kaya dari Baranasi. Setelah mendengar khotbah Dhamma dari Sang Buddha tentang pahala dari membangun vihara dan mempersembahkannya kepada para biksu, Nandiya membangun vihara Mahavihara di Isipatana. Vihara yang dibangun Nandiya menju...

Kisah Seorang Biksu Anagami - Dhammapada

Dhammapada ayat 218 bab Syair Kecintaan Kisah Seorang Biksu Anagami Chandajato anakkhate, manasa ca phuto siya, kamesu ca appatibaddhacitto, uddhamsoto ti vuccati. Mereka yang ingin mencapai nibbana, yang memiliki pikiran yang benar, dan batinnya tidak terikat lagi oleh kesenangan, ialah yang disebut Yang Telah Mencapai Hulu Sungai . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu anagami. Pada suatu ketika, terdapat seorang biksu yang telah mencapai kesucian tingkat ketiga, anagami, walaupun demikian, ia tidak pernah mengatakan pencapaiannya kepada murid-muridnya, meskipun murid-muridnya menanyakan hal itu kepadanya. Biksu itu bertekad untuk tidak mengungkapkan pencapaiannya hingga saat ia sudah mencapai kearahatan. Namun, akhirnya biksu itu meninggal dunia sebelum menjadi arahat, dan juga tidak mengatakan tentang pencapaian keanagamiannya. Murid-muridnya mengira bahwa gurunya telah meningg...

Kisah 500 Orang Remaja - Dhammapada

Dhammapada ayat 217 bab Syair Kecintaan Kisah 500 Orang Remaja Siladassanasampannam, dhammattham saccavedinam, attano kamma kubbanam, tam jano kurute piyam. Orang yang memiliki sila dan pandangan benar, dengan Dhamma memperoleh pandangan terang, dan melaksanakan semua kewajibannya, akan disayangi oleh semua orang. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan 500 orang remaja. Pada suatu hari raya, Sang Buddha memasuki kota Rajagaha untuk menerima dana makanan dengan diikuti oleh serombongan biksu. Dalam perjalanan mereka, mereka melihat 500 orang remaja sedang pergi menuju sebuah taman yang indah. Remaja-remaja itu membawa beberapa keranjang kue namun mereka tidak mempersembahkan apapun kepada Sang Buddha dan murid-murid-Nya. Sang Buddha berkata kepada para biksu, "Para biksu, hari ini kalian akan makan kue-kue itu. Pemilik kue itu sedang berada tak jauh di belakang kita. Kita akan melanjutkan perjal...

Kisah Brahmana Annatara - Dhammapada

Dhammapada ayat 216 bab Syair Kecintaan Kisah Brahmana Annatara Tanhaya jayati soko, tanhaya jayati bhayam, tanhaya vippamuttassa, natthi soko kuto bhayam. Dari keinginan timbul kesedihan, dari keinginan timbul kecemasan, mereka yang bebas dari keinginan, tiada lagi kesedihan maupun kecemasan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana yang menjadi petani. Seorang brahmana hidup di Savatthi, ia lahir sebagai umat non-buddhis, akan tetapi, Sang Buddha mengetahui bahwa dalam waktu dekat brahmana itu mempunyai kesempatan untuk mencapai kesucian sotapanna. Maka Sang Buddha pergi mengunjungi tempat di mana sang brahmana sedang membajak ladangnya dan berbincang dengannya. Brahmana itu merasa sangat akrab dan berterima kasih kepada Sang Buddha karena telah memerhatikan dirinya dan pekerjaannya. Pada suatu hari, brahmana itu berkata kepada Sang Buddha, "Petapa Gotama, pada saat aku memanen...

Kisah Kumara Anitthigandha - Dhammapada

Dhammapada ayat 215 bab Syair Kecintaan Kisah Kumara Anitthigandha Kamato jayati soko, kamato jayati bhayam, kamato vippamuttassa, natthi soko kuto bhayam. Dari nafsu timbul kesedihan, dari nafsu timbul kecemasan, mereka yang bebas dari nafsu, tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pemuda yang bernama Anitthigandha. Anatthigandha tinggal di Savatthi. Ia akan menikah dengan seorang gadis cantik dari kota Sagala yang berada di negeri kaum Madda. Pada saat pengantin wanita datang dari rumahnya ke Savatthi, ia terserang penyakit dan meninggal dunia di tengah perjalanan. Saat pengantin pria mengetahui tentang kematian tragis calon istrinya ia sangat patah hati. Pada saat itu, Sang Buddha mengetahui bahwa sudah waktunya bagi Anatthigandha untuk mencapai kesotapannaan, maka Ia pergi ke rumah pemuda itu. Orang tua pemuda itu mempersembahkan makanan kepada Sang...

Kisah Pangeran-Pangeran Licchavi - Dhammapada

Dhammapada ayat 214 bab Syair Kecintaan Kisah Pangeran-Pangeran Licchavi Ratiya jayati soko, riyati jayati bhayam, ratiya vippamuttassa, natthi soko kuto bhayam. Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul kecemasan, mereka yang bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Kutagara, di dekat kota Vesali, sehubungan dengan para pangeran suku Licchavi. Pada suatu perayaan, Sang Buddha memasuki kota Vesali dengan diikuti oleh serombongan biksu. Dalam perjalanan itu mereka bertemu dengan beberapa orang pangeran suku Licchavi yang berpakaian dengan rapi dan mewah. Sang Buddha yang melihat mereka tampil dengan penuh kegagahan, berkata kepada para biksu, "Para biksu, mereka yang belum pernah pergi ke surga Trayastrimsa seharusnya melihat pangeran-pangeran suku Licchavi itu." Para pangeran suku Licchavi kemudian pergi ke sebuah taman yang indah. Di sana, akibat seorang pelac...

Kisah Cucu Visakha - Dhammapada

Dhammapada ayat 213 bab Syair Kecintaan Kisah Cucu Visakha Pemato jayati soko, pemato jayati bhayam, pemato vippamuttassa, natthi soko kuto bhayam. Dari yang disayangi timbul kesedihan, dari yang disayangi timbul kecemasan, mereka yang bebas dari rasa sayang, tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Visakha, pendana vihara Pubbarama yang tersohor. Pada suatu hari, salah seorang cucu perempuan Visakha yang bernama Sudatta meninggal dunia dan Visakha merasa sangat kehilangan serta berduka atas kematiannya. Visakha pun pergi menemui Sang Buddha. Pada saat Sang Buddha melihatnya, Ia berkata, "Visakha, tidakkah kau menyadari bahwa kematian terjadi setiap hari di Savatthi?" Sang Buddha melanjutkan, "Jika kau memandang semua kematian itu seperti kau merasakan kematian cucumu sendiri, maka kau akan menanggis dan berduka tiada henti-hentinya. Kematian se...

Kisah Seorang Kaya - Dhammapada

Dhammapada ayat 212 bab Syair Kecintaan Kisah Seorang Kaya Piyato jayati soko, piyato jayati bhayam, piyato vippamuttassa, natthi soko kuto bhayam. Dari yang dicintai timbul kesedihan, dari yang dicintai timbul kecemasan, mereka yang bebas dari rasa cinta, tiada lagi kesedihan maupun rasa cemas. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang kaya yang kehilangan putranya. Pada suatu ketika, seorang umat berumah tangga merasa sangat tertekan akibat kematian putranya. Ia sering kali mengunjungi makam anaknya dan menangis di sana. Pada pagi-pagi sekali, Sang Buddha melihat orang kaya itu lewat kekuatan batin-Nya. Lantas, Ia mengajak seorang biksu mengikuti-Nya pergi ke rumah orang kaya itu. Di rumah orang kaya itu, Sang Buddha bertanya kepadanya mengapa ia begitu tidak bahagia. Orang itu pun menceritakan kepada Sang Buddha tentang kematian anaknya, penderitaan dan kepahitan yang ia rasakan. Sang Buddha berkata kepadanya, ...

Kisah Tiga Orang Pertapa - Dhammapada

Dhammapada ayat 209, 210 dan 211 bab Syair Kecintaan Kisah Tiga Orang Pertapa Ayoge yunja'mattanam, yogasminca ayojayam, attham hit va piyaggahi, piheta'ttanuyoginam. Ma piyehi samaganchi, appiyehi kudacanam, piyanam adassanam dukkham, appiyananca dessanam. Tasma piyam na kayiratha, piyapayo hi papako, gantha tesam na vijjanti, yesam natthi piyappiyam. Orang yang melakukan apa yang dilarang, dan tidak mengerjakan apa yang harus dilakukan, tidak mencari pembebasan dan mengejar kesenangan duniawi, menginginkan pencapaian seperti mereka yang giat berlatih. Tidak berkumpul dengan orang yang kamu sayangi, dan menjauhi mereka yang tidak menyayangimu, melihat mereka yang kau sayangi amat menyakitkan, berkumpul bersama mereka yang tidak menyayangimu juga menyakitkan. Oleh karena itu, jangan berharap kepada mereka yang menyayangimu, jauh dari mereka amat menyakitkan. Tiada keterikatan lagi bagi mereka, yang tiada lagi mencintai maupun membenci. Sang Buddha men...

Kisah Stupa Emas Kassapa Buddha - Dhammapada

Dhammapada ayat 195 dan 196 bab Syair Buddha Kisah Stupa Emas Kassapa Buddha Pujarahe pujayato, buddhe yadi va savake, papancasamatikkante, tinnasokapariddave. Te tadise pujayato, nibbute akutobhaye, na sakka punnam sahkhatum, imettamapi kenaci. Ia yang bersujud kepada yang layak dihormati, Buddha maupun murid-murid-Nya, yang telah mengatasi rintangan**, dan melepaskan diri dari penderitaan. yang telah menyingkirkan 'nafsu keinginan, kesombongan dan pandangan salah'. Kebajikan akan diperoleh, oleh ia yang bersujud, kepada mereka yang bebas dari kekotoran batin maupun ketakutan, tidak dapat dihasut siapa pun. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada dalam perjalanan dari kota Savatthi ke kota Baranasi, sehubungan dengan seorang brahmana dan stupa emas Kassapa Buddha. Pada suatu ketika, pada saat Sang Buddha beserta murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju Baranasi, mereka tiba di sebuah ladang yang terdapat sebuah stupa suci. Tak jauh ...

Kisah Beberapa Orang Biksu - Dhammapada

Dhammapada ayat 194 bab Syair Buddha Kisah Beberapa Orang Biksu Sukho buddhanamuppado, sukha saddhammadesana, sukha sanghassa samaggi, samagganam tapo sukho. Berbahagialah dengan munculnya seorang Buddha, berbahagialah bila dapat mendengarkan Dhamma, berbahagialah pada harmonisnya Sangha, dapat melatih diri juga hal yang membahagiakan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan 500 orang biksu. Pada suatu ketika, 500 orang biksu sedang membahas tentang apa yang dimaksud dengan kebahagiaan. Para biksu itu menemukan bahwa kebahagiaan memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap orang dan setiap hal. Demikianlah, para biksu itu berkata, "Untuk beberapa orang kebahagiaan adalah memiliki harta dan makmur seperti raja. Untuk sebagian orang, kebahagiaan ditemukan dalam nafsu keinginan. Sebagian lain menganggap kebahagiaan adalah saat memiliki beras terbaik yang dimasak bersama dengan daging." Saat para biksu itu sedang ber...

Kisah Pertanyaan Biksu Ananda (2)-Dhammapada

Dhammapada ayat 193 bab Syair Buddha Kisah Pertanyaan Biksu Ananda (2) Dullabho purisajanno, na so sabbattha jayati, yattha so jayati dhiro, tam kulam sukhamedhati. Sulit mencari orang mulia, ia tidak muncul di sembarang tempat, di suku mana pun ia terlahirkan, maka mereka akan makmur. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan pertanyaan dari biksu Ananda. Pada suatu hari, biksu Ananda merenung, "Guru memberitahukan kepada kami bahwa gajah-gajah yang unggul hanya lahir di hari-hari chaddanta dan uposatha, kuda-kuda yang unggul hanya lahir di hari-hari sindh, dan ternak-ternak yang unggul hanya lahir di hari-hari usabha. Demikianlah, Ia hanya membahas tentang gajah, kuda, dan ternak, namun tidak membahas orang yang mulia." Setelah merenungkan hal-hal itu, biksu Ananda menemui Sang Buddha dan menanyakan masalah tentang orang mulia. Sang Buddha berkata kepadanya, "Ananda, orang-orang mulia tidak lahir di sembarang...

Kisah Brahmana Aggidatta - Dhammapada

Dhammapada ayat 188, 189, 190, 191 dan 192 bab Syair Buddha Kisah Brahmana Aggidatta Bahum ve saranam yanti, pabbatani vanani ca, aramarukkhacetyani, manussa bhayatajjita. Netam kho saranam khemam, netam saranamuttamam, netam saranamagamma, sabbadukkha pamuccati. Yo ca buddhanca dhammanca, samghanca saranam gato, cattari ariyasaccani, sammappannaya passati. Dukkham dukkhasamuppadam, dukkhassa ca atikkamam, ariyam catthangikam maggam, dukkhupasamagaminam. Etam kho saranam khemam, etam saranamuttamam, etam saranamagamma, sabbadukkha pamuccati. Di saat terancam, orang-orang mencari perlindungan, ke gunung dan hutan, serta ke pohon keramat. Perlindungan semacam itu tidaklah aman, bukan tempat berlindung yang baik, orang yang belum bebas dari sebab kejahatan, akan mencari perlindungan seperti itu. Hanya berlindung kepada, Buddha, Dhamma, dan Sangha, seseorang dapat mengerti Empat Kesunyataan Mulia, memperoleh kebijaksanaan. Penderitaan, penyebab penderita...

Kisah Seorang Biksu Muda Yang Tidak Puas-Dhammapada

Dhammapada ayat 186 dan 187 bab Syair Buddha Kisah Seorang Biksu Muda Yang Tidak Puas Na kahapana vassena, titti kamesu vijjati, appassada dukha kama, iti vinaya pandito. Api dibbesu kamesu, ratim so nadhigacchati, tanhakkhayarato hoti, sammasambuddhasavako. Walaupun hujan emas, nafsu tidak dapat dipuaskan, nafsu hanya mendatangkan sedikit kesenangan, namun memuat banyak penderitaan. Para umat Buddha, orang bijaksana yang mengetahui hal itu, tidak tertarik dengan kesenangan dewa sekalipun, namun berbahagia di dalam pelenyapan kekotoran batin. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang biksu muda yang tidak puas dengan kehidupan kebikhuannya. Pada sutu ketika, di vihara Jetavana terdapat seorang biksu muda. Pada suatu hari, gurunya mengirimnya ke vihara lain untuk belajar. Ayahnya sendiri telah menitipkan uang sebesar 100 kahapana (mata uang zaman itu) kepada paman biksu muda itu. Saat biksu muda itu kembali, pa...

Kisah Pertanyaan Biksu Ananda (1)-Dhammapada

Dhammapada ayat 183, 184 dan 185 bab Syair Buddha Kisah Pertanyaan Biksu Ananda (1) Sabbapapassa akaranam, ku salassa upasampada, sacittapariyodapanam, etam buddhana sasanam. Khanti paramam tapo titikkha, nibbanam paramam vadanti buddha, na hi pabbajito parupaghati, na samano hoti param vihethayanto. Anupavado anupaghato, patimokkha ca samvaro, mattannuta ca bhattasmin, pantanca sayanasanam, adhicitte ca ayogo, etam buddhana sasanam. Jangan berbuat kejahatan, berbuatlah kebajikan, sucikan pikiran, inilah ajaran para Buddha. Kesabaran adalah latihan tertinggi, para Buddha berkata nibbana-lah yang teragung, seseorang yang masih menyakiti makhluk lain, tidak dapat disebut sebagai seorang biksu. Tidak menghina, tidak menyakiti, menjalankan peraturan kebiksuan, tidak rakus terhadap makanan, berdiam di tempat yang sunyi, melatih meditasi tertinggi, inilah ajaran para Buddha. Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubunga...

Kisah Erakapatta, Si Raja Naga - Dhammapada

Dhammapada ayat 182 bab Syair Buddha Kisah Erakapatta, Si Raja Naga Kiccho manussapatilabho, kiccham maccana jivitam, kiccham saddhammassavanam, kiccho buddhanamuppado. Sulit dapat terlahir sebagai manusia, sulit dapat hidup dengan suci, sulit memperoleh kesempatan mendengarkan Dhamma, sulit dapat bertemu dengan seorang Buddha. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di kota Baranasi, sehubungan dengan Erakapatta, si raja naga. Pada suatu ketika, terdapat seorang raja naga yang bernama Erakapatta. Pada salah satu kehidupan lampaunya pada masa Kassapa Buddha, ia adalah seorang biksu. Saat itu, ia amat mengkhawatirkan sebuah pelanggaran kecil yang ia lakukan, karena itu, ia pun terlahir kembali sebagai naga. Ia, dalam bentuk naga, menunggu kelahiran seorang Buddha. Ia mempunyai seorang putri yang sangat cantik, dan ia menjadikan putrinya itu sebagai alat untuk mengetahui keberadaan seorang Buddha. Ia mengumumkan bahwa kepada siapa pun yang dapat menjawab pertany...

Kisah Kembalinya Sang Buddha Dari Surga Trayastimsa-Dhammapada

Dhammapada ayat 181 bab Syair Buddha Kisah Kembalinya Sang Buddha Dari Surga Trayastimsa Ye jhanapasuta dhira, nekkhammupasame rata, devapi tesam pihayanti, sambuddhanam satimatam. Orang bijak yang berlatih meditasi pandangan terang, bergembira dalam kedamaian pelepasan nafsu dan kejahatan. Ia yang bijaksana dan waspada, memahami Empat Kesunyataan Mulia, bahkan para dewa juga akan memuliakannya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di Sankassanagara, saat Ia kembali dari alam dewa Trayastrimsa, sebagai jawaban terhadap kata-kata sambutan dari biksu Sariputra. Pada suatu ketika, saat berada di kota Savatthi, Sang Buddha menunjukan Keajaiban Ganda sebagai jawaban dari tantangan para pertapa dari berbagai sekte. Setelah itu, Sang Buddha pergi ke alam surga Trayastrimsa. Mendiang ibu kandung Sang Buddha, ratu Mahamaya, yang terlahir kembali di alam surga Tusita sebagai dewa yang bernama Santusita, juga datang ke surga Trayastrimsa. Di sana, Sang Buddha menjel...

Kisah Tiga Putri Mara - Dhammapada

Dhammapada ayat 179 dan 180 bab Syair Buddha Kisah Tiga Putri Mara Yassa jitam navajiyati, jitam yassa no'yati koci loke, tam buddhamanantagocaram, apadam kena padena nessatha. Yassa jalini visattika, tanha natthi kuhinci netave, tam buddhamanantagocaram, apadam kena padena nassetha. Buddha ialah yang telah menyingkirkan keburukan moral, yang tidak akan lagi muncul kekotoran batinnya, yang kebijaksanaannya tiada batas, yang tidak dapat diketahui ke mana ia pergi. Buddha ialah yang tidak lagi memiliki nafsu, bagaikan jaring yang membelenggu, yang kebijaksanaannya tiada batas, yang tidak dapat diketahui ke mana ia pergi. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di pohon bodhi, sehubungan dengan tiga putri Mara. Sang Buddha mengulangi ayat-ayat ini kepada brahmana Magandiya pada saat melintasi negeri Kuru. Brahmana Magandiya dan istrinya tinggal di kerajaan suku Kuru bersama dengan putri mereka yang amat cantik. Karena terlampau cantik, Magandiya de...

Kisah Putra Anathapindika - Dhammapada

Dhammapada ayat 178 bab Syair Dunia Kisah Putra Anathapindika Pathabya ekarajjena, saggassa gamanena va, sabbalokadhipacce na, sotapattiphalam varam. Yang melebihi raja dunia, atau terlahir di alam dewa, atau pengatur alam semesta, adalah mencapai kesucian sotapanna. Sang Buddha mengucapkan ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Kala, putra Anathapindika. Seorang kaya raya di kota Savatthi, Anathapindika, mempunyai seorang putra yang bernama Kala. Kala selalu menjauh saat Sang Buddha dan murid-murid-Nya datang ke rumah mereka. Anathapindika khawatir jika Kala tidak mengubah sikapnya maka ia akan terlahir kembali ke alam yang lebih rendah. Anathapindika mencoba memikat Kala dengan uang. Ia berjanji kepada Kala uang sebesar 100 jika Kala mau pergi ke vihara dan menjalankan sabbath sehari. Kala pun pergi ke vihara dan pulang ke rumah secepatnya pada keesokan harinya tanpa mendengarkan khotbah apapun. Di rumah, Anathapindika m...

Dana Yang Tak Tertandingi - Dhammapada

Dhammapada ayat 177 bab Syair Dunia Dana Yang Tak Tertandingi Na ve kadariya devalokam vajanti, bela have nappasamsanti danam, dhiro ca danam anumodamano, teneva so hoti sukhi parattha. Mereka yang kikir tidak akan sampai ke alam dewa, mereka yang bodoh tidak menghargai kemurahhatian. Orang bijaksana bergembira dalam kemurahhatian, dan memperoleh kebahagiaan di kehidupan mendatang. Sang Buddha mengucapakan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan dana yang tiada tandingan dari raja Pasenadi dari kerajaan Kosala. Pada suatu ketika, raja Pasenadi mempersembahkan dana kepada Sang Buddha dan para biksu dalam skala besar. Sementara itu, beberapa umat lainnya yang ingin bersaing dengan raja Pasenadi mengadakan acara pemberian dana yang berskala lebih besar ketimbang yang didanakan oleh raja. Selanjutnya, raja dan para saingannya saling berlomba-lomba memberikan dana. Pada akhirnya, ratu Mallika menyusun sebuah rencana. Untuk melak...

Kisah Cincamanavika - Dhammapada

Dhammapada ayat 176 bab Syair Dunia Kisah Cincamanavika Ekam dhammam atitassa, musavadissa jantuno, vitinnaparalokassa, natthi papam akariyam. Orang yang mengabaikan Kebenaran, sering berkata tidak jujur, dan yang tidak mempersiapkan kehidupan mendatang, maka tiada kejahatan yang tidak berani mereka perbuat. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang gadis bernama Cincamanavika. Bila Sang Buddha mengkhotbahkan Dhamma, banyak sekali orang yang datang mendengarkannya. Hal itu sangat mempergaruhi para pemuka ajaran lain yang merasakan pengikut mereka semakin lama semakin berkurang. Beberapa orang pemuka ajaran lain akhirnya memutuskan untuk berbuat sesuatu untuk mencoreng nama baik Sang Buddha. Mereka pun memanggil seorang gadis cantik yang bernama Cincamanavika, pengikut setia mereka. Mereka berkata kepada Cinca, "Jika kau memiliki keyakinan kepada kami, bantulah kami untuk berbuat sesuatu ...



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.