Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Kisah Dua Orang Brahmana - Dhammapada

Dhammapada ayat 398 bab Syair Brahmana Kisah Dua Orang Brahmana Chetva naddhim varattanca, sandanam sahanukkamam, ukkhittapaligham buddham, tamaham brumi brahmanam. Ia yang telah memotong kebencian, nafsu keinginan dan pandangan salah. Yang telah membuang ketidaktahuan dan tercerahkan, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan dua orang brahmana. Di Savatthi hiduplah 2 orang brahmana yang masing-masing memiliki seekor sapi jantan. Mereka berdua menyatakan bahwa sapi jantan miliknya yang paling baik dan kuat. Akhirnya, mereka setuju untuk menguji coba peliharaan mereka. Mereka pergi ke tepi sungai Aciravati dan memenuhi sebuah kereta dengan pasir. Secara bergiliran, sapi jantan mereka menarik kereta itu, namun sia-sia saja, karena kereta itu sama sekali tidak bergerak dan talinya yang terputus. Beberapa orang biksu yang melihat kejadian itu melaporkannya kepada Sang Buddha dan S...

Kisah Uggasena -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 397 bab Syair Brahmana Kisah Uggasena (2) Sabbasamyojanam chetva, yo ve na paritassati, sangatigam visamyuttam, tamahan brumi brahmanam. Ia yang telah memotong semua belenggu, yang tiada lagi rasa gentar, yang telah mengatasi semua keterikatan, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Uggasena, putra orang kaya, menjadi ahli akrobat Setelah menikahi seorang penari teater keliling, Uggasena dilatih ayah mertuanya yang seorang ahli akrobat, dan berhasil menjadi pemain akrobat yang sangat mahir. Pada suatu hari, pada saat Uggasena sedang mempertontonkan kemahirannya, Sang Buddha datang ke tempat ia berada. Setelah mendengar ajaran Sang Buddha, ia mencapai kesucian tingkat arahat pada saat sedang mempertunjukkan keseimbangan di atas sebilah tiang bambu. Setelah itu, ia turun dari tiang itu dan memohon kepada Sang Buddha untuk menerimanya menjadi seorang biksu dan akh...

Kisah Seorang Brahmana -5- Dhammapada

Dhammapada ayat 396 bab Syair Brahmana Kisah Seorang Brahmana (5) Na caham brahmanam brumi, yonijam mattisambhavam, bhovadi nama so hoti, sace hoti sakincano, akincanam anadanam, tamaham brumi brahmanam. Aku tidak menyebutnya orang suci, hanya berdasarkan keturunan atau keluarga. Jika ia penuh dengan keterikatan, ia hanyalah manusia congkak. Tetapi ia yang bebas dari rintangan dan keterikatan, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana. Pada suatu ketika, seorang brahmana berpikir bahwa karena Sang Buddha menyebut murid-muridnya dengan kata brahmana (orang suci), maka ia juga seharusnya dipanggil dengan seorang brahmana karena ia terlahir dari keluarga kasta brahmana. Pada saat brahmana itu memberi tahu Sang Buddha tentang pemikirannya, Sang Buddha berkata, "Brahmana! Aku tidak berkata seseorang adalah orang suci hanya karena ia terlahir dari kasta brahma...

Kisah Biksuni Kisagotami -3- Dhammapada

Dhammapada ayat 395 bab Syair Brahmana Kisah Biksuni Kisagotami (3) Pamsukuladharam jantum, kisam dhamanisanthatam, ekam vanasmim jhayantam, tamaham brumi brahmanam. Ia yang memakai jubah kain bekas, yang tubuhnya kurus kering, bermeditasi seorang diri di hutan, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di gunung Burung Hering, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan biksuni Kisagotami. Pada suatu ketika, dewa Sakka, raja para dewa, datang bersama pengikut-pengikutnya untuk bersujud kepada Sang Buddha. Pada saat yang bersamaan, biksuni Kisagotami, dengan kemampuan batinnya, terbang di atas langit untuk datang bersujud kepada Sang Buddha. Tetapi, pada saat biksuni Kisagotami melihat dewa Sakka dan rombongannya sedang bersujud kepada Sang Buddha, ia menunda perjalanannya. Dewa Sakka melihat biksuni Kisagotami, bertanya kepada Sang Buddha siapakah wanita itu, dan Sang Buddha menjawab, "Sakka! Ia adalah putri-Ku, Kisagotami." Sang...

Kisah Seorang Brahmana Penipu - Dhammapada

Dhammapada ayat 394 bab Syair Brahmana Kisah Seorang Brahmana Penipu Kim te jatahi dummedha, kim te ajinasatiya, abbhantaram te gahanam, bahiram parimajjasi. Apa gunanya rambut kusut, orang dungu? Apa gunanya pakaian kulit kijangmu? Dalam batin penuh dengan kekotoran, dan kau tidak membersihkan nafsu-nafsumu. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Kutagara, di dekat kota Vesali, sehubungan dengan seorang brahmana penipu. Seorang brahmana palsu memanjat pohon di dekat pintu gerbang Vesali dan bergantungan terbalik seperti seekor kelelawar di atas cabang pohon. Dari posisi yang aneh ini, ia berseru, "Para warga! Para warga! Bawakan saya seratus ekor sapi, beberapa batangan perak dan sejumlah budak. Jika kalian tidak membawakan semua itu kepadaku, jika aku terjatuh dari pohon ini dan mati, maka kota kalian ini akan binasa." Masyarakat yang ada di kota takut kalau kota mereka akan hancur jika brahmana itu jatuh dan mati. Mereka membawakan semua...

Kisah Jatila, si Brahmana - Dhammapada

Dhammapada ayat 393 bab Syair Brahmana Kisah Jatila, si Brahmana Na jahati na gottena, na jacca hoti brahmano, yamhi saccanca dhammo ca, so suci so ca brahmano. Bukan dari jalinan rambut atau garis keturunan, bukan dari kelahiran seseorang menjadi orang suci. Ia yang memahami kesunyataan dan kejujuran, serta hidup suci, maka ialah orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Jatila, si pertapa brahmana yang berambut kusut. Pada suatu hari, seorang pertapa brahmana berpikir bahwa Sang Buddha memanggil murid-murid-Nya dengan sebutan brahmana dan karena ia lahir dari keturunan brahmana maka seharusnya ia juga disebut seorang brahmana . Dengan pikiran seperti itu, ia pergi menemui Sang Buddha dan mengungkapkan pikirannya. Sang Buddha menolak pandangannya dan berkata, "Brahmana, Aku tidak menyebut seseorang sebagai brahmana (orang suci) hanya karena jalinan rambutnya atau garis keturunannya. ...

Kisah Biksu Sariputra -5- Dhammapada

Dhammapada ayat 392 bab Syair Brahmana Kisah Biksu Sariputra (5) Yamha dhammam vijaneyya, sammasambuddhadesitam, sakkaccam tam namasseyya, aggihuttamva brahmano. Dari siapa pun seseorang memahami Dhamma, yang telah dibabarkan oleh Yang Tercerahkan. Seharusnya ia menghormati orang itu, bagaikan brahmana menghormati api suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Sariputra. Biksu Sariputra lahir dari keluarga kasta brahmana di desa Upatissa, dan itulah sebabnya ia dinamakan Upatissa. Ibunya bernama Sari, teman dekatnya adalah Kolita, brahmana muda putra dari Moggali. Mereka berdua sedang mencari-cari ajaran yang benar, yang mampu menuntun mereka kepada pembebasan dari perputaran roda lahir-mati, dan mereka berdua sangat berminat mengikuti kegiatan religius. Pada awalnya, Upatissa dan Kolita pergi ke Sancaya, akan tetapi mereka tidak puas dengan ajarannya. Mereka berkelana ke seluruh Jambudvipa ...

Kisah Biksuni Mahapajapati Gotami - Dhammapada

Dhammapada ayat 391 bab Syair Brahmana Kisah Biksuni Mahapajapati Gotami Yassa kayena vacaya, manasa natthi dukkatam, samvutam tihi thanehi, tamaham brumi brahmanam. Ia yang tidak lagi berbuat kejahatan, baik melalui perbuatan, ucapan maupun pikiran. Yang menahan tiga akar kejahatan itu, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Mahapajapati Gotami. Mahapajapati Gotami adalah ibu tiri Sang Buddha. Setelah kematian ratu Mahamaya, 7 hari setelah melahirkan pangeran Siddhattha, Mahapajapati Gotami menjadi ratu utama raja Suddhodana. Pada saat itu, anak kandungnya, Nanda, baru berusia 5 hari. Anak kandungnya disusui oleh seorang perawat sedangkan dirinya sendiri menyusui pangeran Siddhattha, calon Buddha. Demikianlah, Mahapajapati Gotami adalah penyokong terbesar kehidupan pangeran Siddhattha. Pada saat Sang Buddha kembali ke kota Kapilavatthu setelah mencapai penerangan semp...

Kisah Biksu Sariputra -4- Dhammapada

Dhammapada ayat 389 dan 390 bab Syair Brahmana Kisah Biksu Sariputra (4) Na brahmanassa pahareyya, nassa muncetha brahmano, dhi brahmanassa hantaram, tato dhi yassa muncati. Na brahmanassetadakinci seyyo, yada nisedho manaso piyehi, yato yato himsamano nivattati, tato tato sammatimeva dukkham. Janganlah menyerang seorang brahmana, seorang brahmana juga jangan menyerah pada amarah. Tahu malulah ia yang menyerang seorang brahmana, terlebih-lebih ia yang terhanyut oleh amarah. Tiada yang lebih baik dari seorang brahmana, yang menahan pikiran dari suatu yang menarik. Kapan pun niat untuk menyakiti berhenti, maka penderitaan pun akan mereda. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Sariputra. Biksu Sariputra sering dipuji oleh banyak orang karena kesabaran dan pengendalian dirinya. Murid-muridnya selalu berkata demikian, "Guru kami adalah orang yang paling sabar dan paling tabah. Jika...

Kisah Seorang Pertapa Brahmana - Dhammapada

Dhammapada ayat 388 bab Syair Brahmana Kisah Seorang Pertapa Brahmana Bahitapapoti brahmano, samacariya samano ti vuccati, pabbajayamattano malam, tasma pabbajito ti vuccati. Ia disebut brahmana karena telah menjauhi kejahatan, ia disebut pertapa karena hidup damai. Karena telah menyingkirkan kekotoran batinnya, maka ia disebut seorang pabbajita* . Pabbajita adalah sebutan kepada mereka yang pergi meninggalkan rumah dan berusaha meninggalkan ikatan keduniawian dengan menjadi seorang biksu. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pertapa brahmana. Pada suatu ketika terdapat seorang pertapa brahmana di Savatthi. Suatu hari, terpikir olehnya bahwa Sang Buddha menyebut murid-murid-Nya sebagai biksu pabbajita dan karena ia seorang pertapa, ia seharusnya disebut juga sebagai pabbajita. Maka ia mendatangi Sang Buddha dan mengajukan pertanyaan mengapa ia tidak disebut sebagai pabbajita. Sang Bud...

Kisah Biksu Ananda - Dhammapada

Dhammapada ayat 387 bab Syair Brahmana Kisah Biksu Ananda Diva tapati adicco, rattimabhati candima, sannaddho khattiyo tapati, jhayi tapati brahmano, atha sabbamoharattim, buddho tapati tejasa. Matahari bersinar di siang hari, bulan bersinar di malam hari. Zirah memancarkan kegagahan ksatria raja, orang suci bersinar karena meditasi. Setiap siang maupun malam, Buddha bersinar penuh kemuliaan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Ananda. Di bulan purnama pada bulan ketujuh (assayuja) raja Pasenadi dari kerajaan Kosala datang menghadap Sang Buddha. Raja hadir dengan tanda-tanda kebesaran dari kerajaan yang berjaya. Pada saat itu, biksu Kaludayi juga hadir di ruang yang sama dan duduk di ujung pinggir hadirin. Ia sedang memasuki pencerapan mental (jhana) sehingga tubuhnya cemerlang keemasan. Di langit, biksu Ananda melihat matahari mulai terbenam dan bulan sedang muncul, keduanya, matahari...

Kisah Seorang Brahmana -4- Dhammapada

Dhammapada ayat 386 bab Syair Brahmana Kisah Seorang Brahmana (4) Jhayim virajamasinam, katakiccam anasavam, uttamattham anuppatim, tamaham brumi brahmanam. Ia yang bermeditasi, jujur, hidup di tempat sunyi, menyelesaikan tugasnya dan bebas dari kemelekatan, telah mencapai tujuan tertinggi, ia Kusebut orang suci. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana. Pada suatu ketika, seorang brahmana berpikir di dalam hatinya, "Gotama Buddha memanggil murid-murid-Nya dengan kata brahmana . Aku juga keturunan brahmana. Bukankah seharusnya aku juga dipanggil sebagai brahmana?" Dengan pikiran demikian brahmana itu pergi menemui Sang Buddha dan melontarkan pertanyaan. Sang Buddha menjawab, "Aku tidak memanggil seseorang dengan kata brahmana hanya karena garis keturunan. Aku hanya memanggil 'brahmana' kepada ia yang telah mencapai kesucian arahat." Sang Buddha lalu mengu...

Kisah Mara -4- Dhammapada

Dhammapada ayat 385 bab Syair Brahmana Kisah Mara (4) Yassa param aparam va, paraparam na vijjati, vitaddaram visamyuttam, tamaham brumi brahmanam. Ia yang berada di sini ataupun di sana*, dan yang tidak berada di sini maupun di sana*. Yang telah tidak terikat oleh belenggu, ia Kusebut orang suci. Di sini dan di sana pada bait pertama dimaksudkan 6 indera dan 6 objek indera. Di sini dan di sana bait pada kedua dimaksudkan tidak menilai sesuatu sebagai AKU dan MILIKKU . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Mara. Pada suatu ketika, Mara mendatangi Sang Buddha dengan menjelma menjadi seorang pria dan bertanya, "Bhante, kau sering berkata param . Apa arti kata itu?" Sang Buddha tahu bahwa pria yang mengajukan pertanyaan itu adalah Mara, lalu berkata, "Mara! Kata-kata param dan aparam tidak ada hubungannya dengan kau. Param yang berarti Pantai Seberang hanya dapat dicapai oleh pa...

Kisah 30 Orang Biksu -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 384 bab Syair Brahmana Kisah 30 Orang Biksu (2) Yada dvayesu dhammesu, paragu hoti brahmano, athassa sabbe samyoga, attham gacchanti janato. Saat orang suci mencapai, puncak dua jalur*. Ia akan mengetahui kebenaran, dan semua belenggunya akan lenyap. 2 jalur yang dimaksudkan adalah dengan meditasi ketenangan batin (samatha) dan meditasi pandangan terang (vipassana) untuk mencapai samadhi (kesadaran yang terbebas dari kebodohan, keserakahan, dan kebencian) . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan 30 orang biksu. Pada suatu ketika, tiga puluh orang biksu datang untuk bersujud kepada Sang Buddha. Biksu Sariputra, yang tahu bahwa waktunya telah tiba dan sangat cocok untuk biksu-biksu itu mencapai kearahatan, mendatangi Sang Buddha dan bertanya sebuah pertanyaan yang bermanfaat bagi para biksu itu. Biksu Sariputra bertanya, "Apakah kedua dhamma itu?" Sang Buddha menjawab, ...

Kisah Brahmana Yang Penuh Keyakinan - Dhammapada

Dhammapada ayat 383 bab Syair Brahmana Kisah Brahmana Yang Penuh Keyakinan Chinda sotam parakkamma, kame panuda brahmana, sankharanam khayam natva, akatannusi brahmana. Berusahalah memotong arus keinginan, Brahmana, singkirkan semua kesenangan indria. Setelah memahami penghancuran segala sesuatu yang berkondisi, Brahmana, kau akan merealisasikan arti Nibbana. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana yang sangat berbakti kepada sejumlah biksu. Pada suatu hari, di Savatthi, hiduplah seorang brahmana yang menjadi sangat berbakti kepada Sang Buddha dan ajaran-Nya setelah mendengar kotbah Sang Buddha. Setiap hari ia mengundang sejumlah biksu untuk menerima dana makanan di rumahnya. Pada saat biksu-biksu tiba di rumahnya, ia menyapa mereka dengan kata, "arahat" dan dengan penuh hormat mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah. Karena dipanggil dengan kata itu, para biksu yang bel...

Kisah Samanera Sumana - Dhammapada

Dhammapada ayat 382 bab Syair Biksu Kisah Samanera Sumana Yo have daharo bhikkhu, yunjati buddhasasane, somam lokam pabhaseti, abbha muttova candima. Biksu yang walaupun masih muda, mencurahkan perhatian pada ajaran Sang Buddha, akan menerangi dunia ini, bagaikan bulan yang terbebas dari awan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Pubbarama, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan samanera Sumana. Samanera Sumana adalah murid biksu Anuruddha. Walaupun usianya masih 7 tahun ia sudah mencapai kearahatan dan diberkahi dengan kekuatan batin. Pada suatu ketika, gurunya, biksu Anuruddha, sakit saat berada di sebuah vihara hutan di pegunungan Himalaya. Ia mengambil air dari danau Anotatta yang berjarak 500 yojana (7.500 km) dari vihara itu. Perjalanan mengambil air itu tidak ditempuh lewat jalur darat tetapi dari angkasa dengan kesaktiannya. Belakangan, biksu Anuruddha membawa samanera Sumana menghadap Sang Buddha yang sedang berada di vihara Pubbarama, ...

Kisah Biksu Vakkali - Dhammapada

Dhammapada ayat 381 bab Syair Biksu Kisah Biksu Vakkali Pamojjabahulo bhikkhu, pasanno buddhasasane, adhigacche padam santam, sankharupasamam sukham. Biksu yang penuh kegembiraan, dan yakin terhadap ajaran Sang Buddha, akan mencapai Negeri Damai, berhentinya semua keterikatan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan biksu Vakkali. Vakkali adalah seorang brahmana yang tinggal di kota Savatthi. Pada suatu hari, pada saat ia melihat Sang Buddha sedang berkeliling menerima dana makanan di dalam kota, ia sangat terkesan dengan penampilan Sang Buddha yang amat agung. Pada saat yang bersamaan, ia merasa sangat tertarik dan hormat kepada Sang Buddha dan memohon izin untuk memasuki keanggotaan Sangha agar dapat dekat dengan-Nya. Sebagai seorang biksu, Vakkali selalu dekat dengat Sang Buddha, ia tidak terlalu mementingkan kewajiban-kewajiban seorang biksu dan sering tidak ikut berlatih meditasi. Sang Buddha ...

Kisah Biksu Nangalakula - Dhammapada

Dhammapada ayat 379 dan 380 bab Syair Biksu Kisah Biksu Nangalakula Attana codayattanam, patimamsetha attana, so attagutto satima, sukham bhikkhu vihahisi. Atta hi attano natho, atta hi attano gati, tasma samyamamattanam, assam bradramva vanijo. Perbaiki diri sendiri, perhatikan diri sendiri. Biksu yang menjaga diri sendiri dan selalu sadar, akan hidup bahagia. Andalkanlah diri sendiri, diri sendiri adalah tempat berlindung. Oleh karenanya, kendalikan diri sendiri, bagaikan pedagang mengendalikan kuda terbaiknya. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Nangala. Nangala adalah seorang buruh tani miskin yang bekerja untuk seorang pengusaha agribisnis. Pada suatu hari, seorang biksu, melihatnya mengenakan pakaian kusam membajak sawah, bertanya kepadanya apakah ia ingin menjadi biksu. Nangala dengan tegas menyetujui tawaran itu, biksu itu pun membawanya ke vihara dan mentahbiskannya men...

Kisah Biksu Santakaya - Dhammapada

Dhammapada ayat 378 bab Syair Biksu Kisah Biksu Santakaya Santakayo santavaco, santava susamahito, vantalokamiso bhikkhu, upasanto ti vuccati. Tenang tindakannya, tenang ucapannya, tenang pikirannya, terpusat dengan baik. Biksu yang telah melenyapkan kemelekatan dunia ini, disebut dengan orang yang damai . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Santakaya. Terdapat seorang biksu yang bernama Santakaya yang terlahir sebagai seekor singa pada kehidupan sebelumnya. Dikisahkan bahwa beberapa ekor singa selalu pergi mencari makan seharian dan beristirahat di sebuah gua selama 7 hari tanpa bergerak. Biksu Santakaya, karena pernah terlahir sebagai singa, bertingkah laku mirip singa. Ia hanya sedikit bergerak, gerakannya juga lamban dan mantap, serta terbiasa tenang dan terarah. Beberapa orang biksu menganggap kebiasaan biksu Santakaya itu sangat aneh dan melaporkan hal itu kepada Sang Buddha. Setel...

Kisah Lima Ratus Orang Biksu -6- Dhammapada

Dhammapada ayat 377 bab Syair Biksu Kisah Lima Ratus Orang Biksu (6) Vassika viya pupphani, maddavani pamucati, evam raganca dosanca, vippamuncetha bhikkhavo. Bagaikan tanaman bunga melati, menggugurkan sendiri bunga-bunganya yang layu. Begitulah terhadap nafsu dan kebencian, para biksu, seharusnya membuang semua hal itu. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan lima ratus orang biksu. Lima ratus orang biksu dari Savatthi, setelah menerima petunjuk meditasi dari Sang Buddha, pergi ke sebuah hutan untuk latihan meditasi. Di sana, mereka menemukan bahwa bunga-bunga melati yang mekar di pagi hari akan berguguran pada malam hari. Para biksu memutuskan bahwa mereka harus berjuang dengan keras untuk membebaskan diri mereka dari semua kekotoran batin sebelum bunga-bunga berguguran. Sang Buddha, lewat kekuatan batin-Nya, melihat mereka dari Aula Keharuman. Ia kemudian memancarkan sinar agung-Nya kepada mere...

Kisah Sekumpulan Besar Biksu - Dhammapada

Dhammapada ayat 368 sampai 376 bab Syair Biksu Kisah Sekumpulan Besar Biksu Mettavihari yo bhikkhu, pasanno buddhasasane, adhigacche padam santam, sankharupasamam sukham. Sinca bhikkhu imam navam, sitta te lahumessati, chetva raganca dosanca, tato nibbanamehisi. Panca chinde panca jahe, panca cuttari bhavaye, panca sangatigo bhikkhu, oghatinno ti vuccati. Jhaya bhikkhu ma pamado, ma te kamagune ramessu cittam, ma lohagulam gili pamatto, ma kandi dukkhamidan ti dayhamano. Natthi jhanam apannassa, panna natthi ajhayato, yamhi jhananca panna ca, sa ve nibbanasantike. Sunnagaram pavitthassa, santacittassa bhikkhuno, amanusi rati hoti, samma dhammam vipassato . Yato yato sammasati, khandhanam udayabbayam, labhati pitipamojjam, amatam tam vijanatam. Tatrayamadi bhavati, idha pannassa bhikkhuno, indriyagutti santutthi, patimokkhe ca samvaro. Mitte bhajassu kalyane, suddhajive atandite, patisantharavutyassa, acarakusalo siya, tato pamojjabahulo, dukkh...

Kisah Pendana Buah Pertama - Dhammapada

Dhammapada ayat 367 bab Syair Biksu Kisah Pendana Buah Pertama Sabbaso namarupasmim, yassa natthi mamayitam, asata ca na socati, sa ve bhikkhu ti vuccati. Ia yang tidak memikirkan aku dan milikku , apapun yang berhubungan dengan pikiran dan tubuh. Ia yang tidak bersedih dengan apa yang tidak ia miliki, maka ia pantas disebut seorang biksu . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana yang mempunyai kebiasaan mendanakan 5 buah pertamanya*. Buah Pertama yang dimaksud adalah hasil tani, di sini mengacu pada tanaman padi. 5 Buah Pertama adalah padi pertama yang dipanen, padi pertama yang dipecah kulitnya menjadi beras, beras pertama yang disimpan, beras pertama yang dimasak menjadi nasi, dan nasi pertama yang ditaruh di tempat nasi. Pada suatu hari, di dalam renungan Sang Buddha, Ia melihat seorang brahmana dan istrinya. Sang Buddha mengetahui bahwa waktunya sudah matang bagi pasangan itu ...

Kisah Biksu Yang Berteman Dengan Murid Devadatta - Dhammapada

Dhammapada ayat 365 dan 366 bab Syair Biksu Kisah Biksu Yang Berteman Dengan Murid Devadatta Salabham natimanneyya, nannesam pihayam care, annesam pihayam bhikkhu, samadhim nadhigacchati. Appalabhopi ce bhikkhu, salabham natimannati, tam ve deva pasamsanti, suddhajivim atanditam. Jangan meremehkan apa yang telah didapat, juga jangan iri terhadap milik orang lain. Biksu yang iri hati terhadap orang lain, tidak akan mampu mencapai samadhi. Biksu yang puas dengan apa yang didapat, walaupun hanya memperoleh sedikit. Bahkan dewa pun akan memuji, orang yang hidup suci dan tidak malas itu. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang bersahabat dengan seorang pengikut Devadatta. Terdapat seorang biksu murid Sang Buddha yang bersahabat dengan pengikut Devadatta. Ia berkunjung ke vihara Devadatta dan menetap di sana selama beberapa hari. Beberapa biksu lain melaporkan kepada Sang Budd...

Kisah Biksu Dhammarama - Dhammapada

Dhammapada ayat 364 bab Syair Biksu Kisah Biksu Dhammarama Dhammaramo dhammarato, dhammam anuvicintayam, dhammam anussaram bhikkhu, saddhamma na parihayati. Berdiam dan bergembira di dalam Dhamma, merenungkan dan mengingat Dhamma. Ialah seorang biksu, yang tidak akan jauh dari Dhamma sejati. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Dhammarama. Setelah mengumumkan kepada umat-Nya bahwa Sang Buddha akan memasuki Parinibbana empat bulan mendatang, kebanyakan biksu-biksu yang berstatus puthujjana (biksu yang belum mencapai kesucian) merasa sangat tertekan dan merasa kehilangan serta tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya bisa selalu berada di dekat Sang Buddha, sukar sekali bagi mereka untuk jauh dari hadapan-Nya. Akan tetapi, terdapat seorang biksu yang bernama Dhammarama yang malahan menyendiri dan tidak selalu berada di dekat Sang Buddha. Ia berjuang dengan gigih dalam melatih meditasi pandan...

Kisah Biksu Kokalika - Dhammapada

Dhammapada ayat 363 bab Syair Biksu Kisah Biksu Kokalika Yo mukhasamyato bhikkhu, mantabhani anuddhato, attham dhammanca dipeti, madhuram tassa bhasitam. Biksu yang menguasai ucapannya, yang berbicara dengan bijak dan tidak sombong, yang mampu menjelaskan arti Dhamma, apapun yang ia ucapkan akan membawa kebahagiaan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Kokalika. Biksu Kokalika bertindak kasar terhadap kedua Murid Utama, biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana. Karena perbuatan jahat itu ia ditelan bumi dan menderita di neraka Paduma. Mempelajari nasib biksu Kokalika, beberapa orang biksu mengatakan bahwa biksu Kokalika menderita kepedihan karena ia tidak mengendalikan ucapannya. Sang Buddha berkata kepada biksu-biksu itu, "Para biksu! Seorang biksu seharusnya mengendalikan ucapannya. Perbuatannya haruslah bajik. Pikirannya haruslah tenang, lembut dan tidak terhayut oleh keinginan....

Kisah Biksu Membunuh Angsa - Dhammapada

Dhammapada ayat 362 bab Syair Biksu Kisah Seorang Biksu Membunuh Seekor Angsa Hatthasamyato padasamyato, vacasamyato samyatuttamo, ajjhattarato samahito, eko santusito tamahu bhikkhum. Ia yang mengendalikan tangan, kaki dan mulutnya, yang berbahagia di dalam meditasi dan ketenangan, yang merasa puas dan hidup menyendiri, ialah yang disebut dengan biksu. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang membunuh seekor burung bangau. Terdapat seorang biksu muda yang mahir melempar batu. Ia mampu mengenai sasaran yang bergerak cepat dengan tingkat kegagalan yang kecil. Pada suatu hari, saat berbincang-bincang dengan biksu lain setelah mereka selesai mandi di sungai Aciravati, ia melihat dua ekor angsa terbang tak jauh dari mereka. Biksu itu berkata kepada rekan biksunya bahwa ia mampu menjatuhkan salah seekor dari angsa-angsa itu dengan satu lemparan batu. Selesai berkata demikian, bangau itu,...

Kisah Lima Orang Biksu - Dhammapada

Dhammapada ayat 360 dan 361 bab Syair Biksu Kisah Lima Orang Biksu Cakkhuna samvaro sadhu, sadhu sotena samvaro, ghanena samvaro sadhu, sadhu jivhaya sarmvaro. Kayena samvaro sadhu, sadhu vacaya samvaro, manasa samvaro sadhu, sadhu sabbattha samvaro, sabattha sambuto bhikkhu, sabbadukkha pamuccati. Sungguh baik mengendalikan mata, sungguh baik mengendalikan telinga, sungguh baik mengendalikan hidung, sungguh baik mengendalikan lidah. Sungguh baik mengendalikan perbuatan, sungguh baik mengendalikan ucapan, sungguh baik mengendalikan pikiran, mengendalikan segalanya adalah baik. Biksu yang mengendalikan semua itu, akan terbebaskan dari penderitaan. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat itu pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan lima orang biksu. Pada suatu ketika, terdapat 5 orang biksu di Savatthi. Masing-masing dari mereka hanya berlatih mengendalikan satu dari lima indera dan mereka mengaku bahwa apa yang mereka latih lebih...

Kisah Dewa Ankura - Dhammapada

Dhammapada ayat 356, 357, 358 dan 359 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Dewa Ankura Tinadosani khettani, ragadosa ayam paja, tasma hi vitaragesu, dinnam hoti mahapphalam. Tinadosani khettani, dosadosa ayam paja, tasma hi vitadosesu, dinnam hoti mahapphalam. Tinadosani khettani, mohadosa ayam paja, tasma hi vitamohesu, dinnam hoti mahapphalam. Tinadosani khettani, icchadosa ayam paja, tasma hi vigaticchesu, dinnam hoti mahapphalam. Rumput liar adalah racun bagi tanaman, keserakahan adalah racun bagi manusia. Persembahan kepada ia yang tiada keserakahan, akan menghasilkan pahala berlimpah. Rumput liar adalah racun bagi tanaman, kebencian adalah racun bagi manusia. Persembahan kepada ia yang tiada kebencian, akan menghasilkan pahala berlimpah. Rumput liar adalah racun bagi tanaman, kebodohan adalah racun bagi manusia. Persembahan kepada ia yang tiada kebodohan, akan menghasilkan pahala berlimpah. Rumput liar adalah racun bagi tanaman, kedengkian adalah racun ...

Kisah Orang Kaya Yang Tidak Memiliki Anak - Dhammapada

Dhammapada ayat 355 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Orang Kaya Yang Tidak Memiliki Anak Hananti bhoga dummedham, no ca paragavesino, bhogatanhaya dummedho, hanti anneva attanam. Kekayaan menghancurkan si bodoh, bukan mereka yang mencari pembebasan. Si bodoh yang mendambakan kekayaan, akan menghancurkan dirinya sendiri dan orang lain. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan orang kaya yang tidak memiliki anak. Pada suatu ketika, raja Pasenadi dari kerajaan Kosala datang untuk bersujud kepada Sang Buddha. Raja menjelaskan perihal keterlambatannya dikarenakan dini hari itu seorang kaya di Savatthi meninggal dunia tanpa meninggalkan ahli waris, sehingga raja harus membekukan semua harta kekayaan orang itu. Raja kemudian mulai menceritakan tentang orang kaya itu, yang, walaupun sangat kaya raya, akan tetapi sangat pelit. Semasa hidupnya, ia tidak pernah mendanakan apapun. Ia bahkan tidak ingin menggunakan...

Kisah Pertanyaan Dewa Sakka - Dhammapada

Dhammapada ayat 354 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Pertanyaan Dewa Sakka Sabbadanam dhammadanam jinati, sabbarasam dhammaraso jinati, sabbaratim dhammarati jinati, tanhakkhayo sabbadukkham jinati. Pemberian Dhamma melebihi segala pemberian, rasa Dhamma melebihi segala rasa, kebahagiaan dalam Dhamma melebihi segala kebahagiaan, dengan menghancurkan keinginan maka lenyaplah semua penderitaan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan pertanyaan dewa Sakka, raja para dewa. Pada suatu ketika, di saat berlangsungnya pertemuan para dewa di surga Trayastimsa, muncul 4 pertanyaan di kalangan para dewa, namun mereka sendiri juga tidak mampu menjawab dengan benar. Akhirnya, dewa Sakka membawa para dewa menghadap Sang Buddha di vihara Jetavana. Setelah memberitahukan masalah mereka, dewa Sakka mengajukan keempat pertanyaan itu; 1. Dari semua persembahan, apa yang terbaik? 2. Dari semua rasa, apa yang terbaik? ...

Kisah Upaka - Dhammapada

Dhammapada ayat 353 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Upaka Sabbabhibhu sabbaviduhamasmi, sabbesu dhammesu anupalitto, sabbanjaho tanhakkhaye vimutto, sayam abhinnaya kamuddiseyyam. Segalanya telah Aku atasi, semua telah Aku ketahui, Segalanya telah Aku lepaskan dan Aku tinggalkan, Aku telah menghancurkan segala keinginan, dengan memahaminya sendiri, siapakah yang harus Aku panggil Guru ? Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di tengah perjalan menuju Taman Rusa (Magadaya), sehubungan dengan pertanyaan seorang pertapa non-buddhis yang bertanya tentang guru Sang Buddha. Pada saat Sang Buddha dalam perjalanan menuju taman Rusa untuk membabarkan Dhamma yang pertama yang berjudul Cakkappavattana Sutta kepada lima orang pertapa; Kondanna, Bhaddiya, Vappa, Assaji dan Mahanama, seorang pertapa yang bernama Upaka melihat-Nya. Upaka sangat terkesan dengan pancaran keagungan Sang Buddha dan berkata, "Kawan, kau terlihat sangat tenang dan agung. Bolehkah aku tahu sia...

Kisah Mara - 3 - Dhammapada

Dhammapada ayat 351 dan 352 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Mara (3) Nitthangato asantasi, vitatanho anangano, acchindi bhavasallani, antimoyam samussayo. Vitatanho anadano, niruttipadakovido, akkharanam sannipatam, janna pubbaparani ca, sa ve antimasariro mahapanno mahapuriso ti vuccati. Ia yang telah mencapai tujuan, tiada lagi kecemasan dan nafsu keinginan. Ia telah mencabut duri kehidupan, baginya inilah tubuh terakhir. Ia yang bebas dari keinginan dan kemelekatan, sempurna dalam memahami kebenaran dan ajaran, mengetahui kombinasi suara dan urutannya, ia disebut manusia agung yang bijaksana pembawa tubuh terakhir . Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Mara yang mencoba menakut-nakuti samanera Rahula, putra Sang Buddha. Pada suatu ketika, sejumlah besar biksu tiba di vihara Jetavana. Untuk menjamu para biksu pendatang itu, samanera Rahula harus tidur di dekat pintu yang bertepatan de...

Kisah Culadhanuggaha, si Ahli Memanah - Dhammapada

Dhammapada ayat 349 dan 350 bab Syair Nafsu Keinginan Kisah Culadhanuggaha, si Ahli Memanah Vitakkamathitassa jantuno, tibbaragassa subhanupassino, bhiyyo tanha pavaddhati, esa kho dalham karoti bandhanam. Vitakkupasame ca yo rato, asubham bhavayate sada sato, esa kho byanti kahiti, esa checchati marabandhanam. Mereka yang terhanyut oleh pikiran jahat, yang sangat bernafsu, yang memikirkan kesenangan. Keinginannya akan semakin meningkat, dan memperkuat ikatan belenggunya. Mereka yang gemar menundukkan pikiran jahat, yang selalu sadar dan merenungkan pelapukan tubuh. Nafsu keinginannya akan berakhir, dan belenggu Mara akan terputus. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang kehidupan lampaunya adalah ahli memanah. Seorang biksu muda membawa hasil dana makanannya ke dalam salah satu tempat peristirahatan khusus biksu di dalam kota. Setelah menghabiskan makanannya ia merasa ...



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.