Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Kisah Biksu Lakundaka Bhaddiya -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 260 dan 261 bab Syair Orang Adil Kisah Biksu Lakundaka Bhaddiya (2) Na tena thero so hoti, yenassa palitam siro, paripakko vayo tassa, moghajinno ti vuccati. Yamhi saccanca dhammo ca, ahimsa samyamo damo, sa ve vantamalo dhiro, thero iti pavuccati. Walau rambutnya memutih, bukan berarti ia orang yang bijak, seseorang yang hanya bertambah usia, disebut tua dalam kesia-siaan . Ia yang memiliki kejujuran, kebajikan, tidak menyakiti, menjalankan sila, dan mengendalikan diri, bijaksana dan bersih dari kekotoran batin, ialah sesungguhnya sesepuh . Pada jaman Sang Buddha, tidak ada istilah Mahathera, yang ada adalah Thera, yaitu sesepuh dan biasa digunakan untuk menyebut siswa yang telah suci (mencapai minimum kesucian tingkat sotapanna). Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Bhaddiya, yang dikenal dengan sebutan Lakundaka Bhaddiya karena tubuhnya yang kerdil. Pada su...

Kisah Biksuni Patacara -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 288 dan 289 bab Syair Jalan Kisah Biksuni Patacara (2) Na santi putta tanaya, na pita napi bandhava, antakena dhipannassa, natthi natisu tanata. Etamatthavasam natva, pandito silasamvuto, nibbanagamanam maggam, khippameva visodhaye. Bukan anak-anak ataupun orang tua, juga bukan para sanak saudara, yang dapat melindungi seseorang dari kematian, tiada kerabat yang dapat menyelamatkannya. Menyadari kenyataan ini, orang bijak yang penuh moralitas, akan segera menapaki Jalan, hingga mencapai nibbana. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan Patacara, seorang putri orang kaya dari Savatthi. Setelah Patacara kehilangan suami dan 2 orang putranya, juga kedua orang tua dan 3 saudaranya pada waktu yang hampir bersamaan, ia hampir saja menjadi gila. Pada saat ia mendekati Sang Buddha, Ia menasihati kepadanya, "Patacara, putra dan putri tidak dapat menjagamu, walaupun mereka hidu...

Kisah Biksuni Kisagotami -2- Dhammapada

Dhammapada ayat 287 bab Syair Jalan Kisah Biksuni Kisagotami (2) Tam puttapasusammattam, byasattamanasam naram, suttam gamam mohaghova, maccu adaya gacchati. Manusia penuh kemelekatan, menyayangi anak-anak dan hewan ternaknya. Kematian merampas dan membawa pergi semua itu, bagaikan banjir besar menghanyutkan desa yang lelap. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksuni Kisagotami, putri orang kaya dari Savatthi. Kisagotami menemui Sang Buddha pada saat hatinya penuh dengan kesedihan akibat ditinggal mati oleh putra satu-satunya. Kepadanya Sang Buddha berkata, "Gotami, kau pikir bahwa hanya dirimu saja yang kehilangan anak? Seperti yang telah kau sadari, kematian menghampiri semua makhluk. Sebelum mereka puas dengan kesenangan, kematian sudah menjemput mereka." Sang Buddha lalu mengucapkan ayat itu. Setelah mendengar ucapan Sang Buddha itu, Kisagotami mencapai kesucian tingkat sotapanna. ...

Kisah Mahadhana, si Pedagang - Dhammapada

Dhammapada ayat 286 bab Syair Jalan Kisah Mahadhana, si Pedagang Idha vassam vasissami, idha hemantagimhisu, iti balo vicinteti, antarayam na bujjhati. "Di sini aku tinggal selama musim hujan, di situ selama musim dingin dan musim panas." Demikianlah pikiran orang bodoh, yang tidak menyadari bahaya*. bahaya = kematian. Jadi yang dimaksud adalah tidak menyadari kematian adalah hal yang pasti dan dapat menghampiri kapan saja. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang pedagang dari kota Baranasi yang bernama Mahadhana. Mahadhana, pedagang dari kota Baranasi, datang ke sebuah perayaan di Savatthi dengan 500 kereta penuh dengan tekstil dan barang-barang dagangan lainnya. Pada saat ia tiba di tepi sungai dekat Savatthi, air sungai mengalir deras sehingga ia tidak dapat menyeberanginya. Ia tertahan di sana selama 7 hari sementara hujan turun deras dan air sungai tidak menyurut. Saat itu, ia ...

Kisah Biksu Mantan Pandai Emas - Dhammapada

Dhammapada ayat 285 bab Syair Jalan Kisah Seorang Biksu Mantan Pandai Emas Ucchinda sinehamattano, kumudam saradikamva panina, santimaggameva bruhaya, nibbanam sugatena desitam. Potonglah rasa sayang terhadap diri sendiri, seperti memetik bunga teratai di musim gugur. Tapakilah jalan menuju kedamaian nibbana, seperti yang telah diuraikan Sang Buddha. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu murid biksu Sariputra. Seorang pemuda tampan, putra seorang pandai emas, ditahbiskan sebagai biksu oleh biksu Sariputra. Biksu muda itu diberikan jasad yang menjijikkan sebagai objek meditasi. Setelah memperoleh petunjuk-petunjuk meditasi dari biksu Sariputra, ia pergi ke hutan dan melatih meditasi di sana. Namun, kemajuan meditasinya hanya sedikit. Akhirnya biksu muda itu kembali menemui biksu Sariputra untuk memperoleh petunjuk-petunjuk selanjutnya. Akan tetapi, kemajuan yang ia peroleh masih secuil...

Kisah 5 Orang Biksu Tua - Dhammapada

Dhammapada ayat 283 dan 284 bab Syair Jalan Kisah Lima Orang Biksu Tua Vanam chindatha ma rukkham, vanato jayate bhayam, chetva vananca vanathanca, nibbana hotha bhikkhavo. Yava hi vanatho na chijjati, anumattopi narassa narisu, patibaddhamanova tava so, vaccho khirapakova matari. Tebanglah hutan nafsu keinginan, dari hutan itu muncul bahaya dan ketakutan, setelah hutan dan semak belukar dilenyapkan, para biksu, bebaslah dari nafsu keinginan. Selama noda terkecil masih tersisa, keinginan pria terhadap wanita tidak dimusnahkan, pikirannya masih terbelenggu, bagai anak sapi terikat kepada susu ibunya. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan lima orang biksu yang sudah tua. Di Savatthi, terdapat lima orang sahabat yang menjadi biksu karena sudah lanjut usia. Kelima biksu tua ini mempunyai kebiasaan mengunjungi bekas kediamannya untuk menerima dana makanan. Salah satu biksu itu dulunya mempuny...

Kisah Biksu Potthila - Dhammapada

Dhammapada ayat 282 bab Syair Jalan Kisah Biksu Potthila Yoga ve jayati bhuri, ayoga bhurisankhayo, etam dvedhapatham natva, bhavaya vibhavaya ca, tathattanam niveseyya, yatha bhuri pavaddhati. Dengan meditasi kebijaksanaan bertambah, tanpa meditasi kebijaksanaan berkurang Dengan mengetahui kedua hal itu, keuntungan dan kerugian yang diperoleh, seseorang hendaknya giat berlatih, sehingga kebijaksanaannya dapat meningkat. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Potthila. Potthila adalah seorang biksu yang pintar Pitaka dan mengajarkan Dhamma kepada 500 orang biksu. Karena pengetahuannya tentang Pitaka, ia amat tinggi hati. Sang Buddha mengetahui kelemahannya itu dan ingin mengubah tingkahnya agar menapaki jalan yang benar. Maka, kapan pun biksu Potthila datang bersujud, Sang Buddha akan memanggilnya 'Potthila yang Tak Berguna'. Pada saat biksu Potthila berulang-ulang mendengar sebu...

Kisah Preta Babi - Dhammapada

Dhammapada ayat 281 bab Syair Jalan Kisah Preta Babi Vacanurakkhi manasa susamvuto, kayena ca nakusalam kayira, ete tayo kammapathe visodhaye, aradhaye maggamisippaveditam. Waspadai ucapan dan kendalikan pikiran, jangan berlaku jahat dengan tubuh. Orang yang telah suci dalam tiga hal itu, akan merealisasikan Jalan yang diajarkan para bijak. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan preta berkepala seekor babi. Pada suatu ketika, biksu Maha Moggallana turun dari bukit Burung Nazar bersama biksu Lakkhana dan ia melihat makhluk yang menyedihkan, hantu preta berkepala babi dan bertubuh manusia. Melihat preta itu, biksu Maha Moggallana tersenyum namun tidak berkata apa pun. Pada saat kembali ke vihara, biksu Maha Moggallana, di hadapan Sang Buddha, menceritakan tentang preta babi yang mulutnya dipenuhi belatung. Sang Buddha berkata bahwa Ia juga pernah melihat preta itu beberapa saat setelah Ia mencapai Pen...

Kisah Tissa, si Biksu Yang Malas-Dhammapada

Dhammapada ayat 280 bab Syair Jalan Kisah Tissa, si Biksu Yang Malas Utthana kalamhi anutthahano, yuva bali alasiyam upeto, samsanna sankappamano kusito, pannaya maggam alaso na vindati. Tidak berlatih di saat seharusnya berusaha, walau muda dan kuat namun malas, pikiran penuh dengan khayalan, orang itu tidak akan mendapatkan kebijaksanaan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang malas yang bernama Tissa. Pada suatu ketika, Sang Buddha menahbiskan 500 pemuda untuk memasuki keanggotaan Sangha di Savatthi. Setelah menerima petunjuk meditasi dari Sang Buddha, semua biksu baru itu, kecuali seorang biksu, pergi ke hutan untuk melatih meditasi. Di hutan itu, para biksu baru itu berlatih dengan serius dan giat sehingga akhirnya semuanya mencapai kesucian tingkat arahat. Pada saat mereka kembali ke vihara untuk bersujud kepada Sang Buddha, Sang Buddha amat terkesan dan puas dengan pencapai...

Kisah Anicca, Dukkha dan Anatta-Dhammapada

Dhammapada ayat 277, 278 dan 279 bab Syair Jalan Kisah Tentang Anicca, Dukkha dan Anatta Sabbe sankhara anicca ti, yada pannaya passati, atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiya. Sabbe sankhara dukkha ti, yada pannaya passati, atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiya. Sabbe sankhara anatta ti, yada pannaya passati, atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiya. Segala sesuatu tidak kekal , jika bisa melihat kebenaran ini, maka ia akan menjauhi penderitaan, inilah jalan menuju kesucian. Segala sesuatu menderita , jika bisa melihat kebenaran ini, maka ia akan menjauhi penderitaan, inilah jalan menuju kesucian. Segala sesuatu tanpa inti , jika bisa melihat kebenaran ini, maka ia akan menjauhi penderitaan, inilah jalan menuju kesucian. Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan 3 kelompok 500 orang biksu. Kisah Ketidakkekalan (Anicca) Lima ratus orang biksu, setelah menerima petunjuk-petunjuk medit...

Kisah Lima Ratus Orang Biksu -5-Dhammapada

Dhammapada ayat 273, 274, 275 dan 276 bab Syair Jalan Kisah Lima Ratus Orang Biksu (5) Magganatthangiko settho, saccanam caturo pada, virago settho dhammanam, dvipadananca cakkhuma. Eseva maggo natthanno, dassanassa visuddhiya, etanhi tumhe patipajjatha, marassetam pamohanam. Etanhi tumhe Patipanna, dukkhassantam karissatha, akkhato vo rnaya maggo, annaya sallakantanam. Tumhehi kiccamatappam, akkhataro tathagata, patipanna pamokkhanti, jhayino marabandhana. Jalan Berunsur Delapan* adalah jalan terbaik, Empat Kebenaran Mulia** adalah kebenaran terbaik, Tanpa keinginan adalah dhamma terbaik, Buddha adalah makhluk terbaik. Ariya Atthangika Magga atau Jalan Utama Berunsur Delapan adalah Jalan yang diajarkan Sang Buddha untuk terbebas dari perputaran roda lahir-mati. Kedelapan unsur itu adalah; Pengertian Benar dan Pikiran Benar (kelompok kebijaksanaan), Ucapan Benar, Perbuatan Benar dan Mata Pencaharian Benar (kelompok sila/moral), Usaha Benar, Perhatian Benar dan Ko...

Kisah Beberapa Orang Biksu (3) - Dhammapada

Dhammapada ayat 271 dan 272 bab Syair Orang Adil Kisah Beberapa Orang Biksu (3) Na silabbatamattena, bahusaccena va pena, atha va samadhilabhena, vivittasayanena va. Phusami nekkhammasukham, aputhujjanasevitam, bhikkhu vissasamapadi, appatto asavakkhayam. Bukan dengan sila dan kedisiplinan, bukan juga karena banyak belajar, atau mencapai konsentrasi, atau hidup di tempat sunyi. Berpikir bahwa ia telah menikmati, kebahagiaan pembebasan yang tidak dirasakan umat biasa. Biksu, berusahalah terus, hingga lenyapnya semua kekotoran batin. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan beberapa orang biksu. Pada suatu ketika, terdapat beberapa orang biksu yang memiliki kemuliaan. Beberapa dari mereka menjalankan hidup sangat sederhana (dhutanga), ada beberapa biksu yang memahami Dhamma secara mendalam, ada yang sudah mencapai pencerapan mental (jhana), ada yang sudah mencapai kesucian tingkat anagami, d...

Kisah Ariya, si Nelayan - Dhammapada

Dhammapada ayat 270 bab Syair Orang Adil Kisah Ariya, si Nelayan Na tena ariyo hoti, yena panani himsati, ahimsa sabbapapnam, ariyo ti pavuccati. Seseorang tidaklah mulia, karena menyakiti makhluk lain. Dengan memberikan manfaat bagi semua makhluk, maka ia disebut dengan orang mulia . Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang nelayan yang bernama Ariya. Pada suatu ketika, terdapat seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang utara Savatthi. Pada suatu hari, lewat kekuatan batin-Nya, Sang Buddha mengetahui bahwa kesempatan telah tiba bagi nelayan itu untuk mencapai kesucian tingkat sotapanna. Maka pada saat kembali dari menerima dana makanan, Sang Buddha dan beberapa orang murid-Nya berhenti dekat area nelayan itu menangkap ikan. Pada saat nelayan itu melihat Sang Buddha, ia meletakkan jaringnya dan mendekati Sang Buddha. Di depannya, Sang Buddha mulai menanyai biksu-biksu yang mengikuti-Nya n...

Kisah Umat Non Buddhis - Dhammapada

Dhammapada ayat 268 dan 269 bab Syair Orang Adil Kisah Umat Non Buddhis Na monena muni hoti, mulharupo aviddasu, yo ca tulamva paggayha, varama daya pandito. Papani parivajjeti, sa muni tena so muni, yo munati ubho loke, muni tena pavuccati. Bukan dengan diam maka seseorang disebut bijak, jika ia masih dungu dan bodoh. Orang bijak ibarat memegang sebuah neraca, menjalankan segala kebajikan. Dengan menolak kejahatan, dengan bijak orang menjadi bijaksana, ia memahami kedua dunia*, itulah yang disebut orang bijak . dua dunia yang dimaksudkan adalah dunia dari dalam diri sendiri dan dunia yang berada di luar diri. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan beberapa orang pertapa yang bukan penganut Buddha. Kepada orang-orang yang telah memberikan makanan atau barang-barang lainnya, para pertapa selalu mendoakan, "Semoga kau bebas dari bahaya," "Semoga kau makmur dan kaya raya,...

Kisah Seorang Brahmana (3) - Dhammapada

Dhammapada ayat 266 dan 267 bab Syair Orang Adil Kisah Seorang Brahmana (3) Na tena bhikkhu so hoti, yavata bhikkhate pare, vissam dhammam samadaya, bhikkhu hoti na tavata. Yo'dha punnanca papanca, bahetva brahmacariyava, sankhaya loke carati, sa ve bhikkhu ti vuccati. Seseorang bukanlah biksu, hanya kerena menerima dana dari orang lain. Dengan bertindak di luar Dhamma, seseorang tidak disebut biksu. Ia yang telah mengatasi kebaikan dan kejahatan, yang hidup dalam kesucian, dengan penuh kesadaran, maka ia disebut biksu . Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana. Pada suatu ketika, terdapat seorang brahmana yang hidup dengan berkeliling menerima makanan. Pada suatu hari, ia berpikir, "Pertapa Gotama menyatakan bahwa seseorang yang hidup dengan berkeliling menerima makanan adalah seorang biksu. Karena itu, aku juga dapat disebut dengan biksu." Dengan pikiran...

Kisah Biksu Hatthaka - Dhammapada

Dhammapada ayat 264 dan 265 bab Syair Orang Adil Kisah Biksu Hatthaka Na mundakena samano, abbato alikam bhanam, icchalobhasamapanno, samano kim bhavissati. Yo ca sameti papani, anumthulani sabbaso, samitatta hi papanam, samano ti pavuccati. Kepala gundul belum tentu biksu, jika ia masih tidak disiplin dan berbohong. Dengan penuh keinginan dan keserakahan, mana mungkin seseorang menjadi biksu? Ia harus menundukkan kejahatan, yang besar maupun yang kecil. Karena telah melenyapkan segala kejahatan, maka ia disebut seorang biksu. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu yang bernama Hatthaka. Biksu Hatthaka mempunyai kebiasaan menantang para pertapa non-Buddhis untuk berdebat masalah kepercayaan di tempat-tempat tertentu. Ia biasanya ke tempat itu sendirian. Pada saat biksu Hatthaka sampai di tempat tujuan dan tidak ada pertapa yang hadir di sana, ia akan berbangga, "Liha...

Kisah Beberapa Orang Biksu (2) - Dhammapada

Dhammapada ayat 262 dan 263 bab Syair Orang Adil Kisah Beberapa Orang Biksu (2) Na vakkaranamattena, vannapokkharataya va, sadhurupo naro hoti, issuki macchari satho. Yassa cetam samucchinnam, mulaghaccam samuhatam, sa vantadoso medhavi, sadhurupo ti vuccati. Bukan hanya dengan ucapan yang ramah, atau tampilan yang menawan, seseorang disebut baik hati , jika ia masih iri hati, egois, dan pendusta. Ia yang mematahkan hal-hal itu, mencabut, dan membinasakannya, dan telah menyingkirkan kebencian, maka orang itu disebut baik hati . Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan beberapa orang biksu yang mengiri terhadap biksu lain. Di vihara, para biksu muda dan para samanera mempunyai kebiasaan mengurusi keperluan para biksu tua guru mereka. Mereka mencuci dan mewarnai jubah-jubah, terkadang melakukan pelayan kecil kepada guru-guru mereka. Beberapa orang biksu merasa iri hati terhadap layanan kepa...

Kisah Ekudana, si Arahat - Dhammapada

Dhammapada ayat 259 bab Syair Orang Adil Kisah Ekudana, si Arahat Na tavata dhammadharo, yavata bahu bhasati, yo ca appampi sutvana, dhammam kayena passati, sa ve dhammadharo hoti, yo dhammam nappamajjati. Seseorang tidak disebut pendukung Dhamma, hanya kerena ia banyak bicara. Seseorang yang mendengar sedikit Dhamma, memahami dan tidak mengabaikan Dhamma, ialah seorang pendukung Dhamma. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu arahat. Terdapat seorang biksu yang tinggal di sebuah hutan dekat Savatthi. Karena ia hanya mengetahui sebuah syair tentang nafsu makan (udana) maka ia dikenal dengan sebutan Ekudana, namun ia sangat memahami arti dari Dhamma yang terkandung di dalam syair itu. Pada setiap hari uposatha, biksu Ekudana akan menganjurkan orang-orang untuk pergi mendengarkan khotbah Dhamma, sementara dia sendiri hanya mengulang-ulangi sebuah syair yang ia hafal itu. Setiap kali ia...

Kisah Kelompok 6 Biksu (4) - Dhammapada

Dhammapada ayat 258 bab Syair Orang Adil Kisah Kelompok 6 Biksu (4) Na tena pandito hoti, yavata bahu bhasati, khemi averi abhayo, pandito ti pavuccati. Seseorang yang banyak bicara, belum tentu orang bijaksana, orang yang damai, tiada perselisihan dan tanpa takut, ialah yang disebut dengan orang bijaksana. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan sekelompok enam orang biksu. Pada suatu ketika, terdapat sekelompok biksu yang terdiri dari 6 orang biksu. Mereka sering membuat masalah di tempat makan baik di dalam vihara maupun di pemukiman penduduk. Pada suatu hari, ketika beberapa orang samanera sedang memakan makanannya, kelompok 6 biksu itu menghampiri dan berkata dengan sombong kepada para samanera, "Lihatlah! Kamilah orang bijaksana." Kemudian mereka mulai melemparkan segala sesuatu dan meninggalkan ruang makan dalam kekacauan. Pada saat Sang Buddha diberi tahu tentang hal itu, Ia ber...

Kisah Penegak Hukum - Dhammapada

Dhammapada ayat 256 dan 257 bab Syair Orang Adil Kisah Penegak Hukum Na tena hoti dhammattho, yenattham sahasa naye, yo ca attham anatthanca, ubbo niccheyya pandito. Asahasena dhammena, samena nayati pare, dhammassa gutto medhavi, dhammattho ti pavuccati. Ia tidak disebut dengan adil , bila ia memutuskan kasus dengan semena-mena, orang bijaksana akan mengusut, kebenaran dan kesalahan. Ia yang menghakimi seseorang, tanpa memihak dan menurut hukum, yang menjunjung tinggi kebenaran, ialah penjaga kebenaran yang adil. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan beberapa orang hakim yang menyelewengkan hukum. Pada suatu hari, hujan turun pada saat beberapa orang biksu pulang dari menerima dana makanan dan mereka masuk ke sebuah gedung pengadilan untuk berteduh. Pada saat mereka berada di sana, mereka melihat beberapa orang hakim sedang merundingkan sebuah kasus secara sepihak setelah mereka meneri...

Subhadda, si Pertapa Pengembara - Dhammapada

Dhammapada ayat 254 dan 255 bab Syair Noda-Noda Subhadda, si Pertapa Pengembara Akaseva padam natthi, samano natthi bahire, papancabhirata paja, nippapanca tathagata. Akaseva padam natthi, samano natthi bahire, sankhara sassatta natthi, natthi buddhanaminjitam. Tiada jejak di atas langit, tiada orang suci di luar Dhamma, manusia mengemari kemelekatan, Para Tathagata bebas dari kemelekatan. Tiada jejak di atas langit, tiada orang suci di luar Dhamma, segala yang terkondisi tidak abadi, Para Buddha bebas dari keragu-raguan. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di pepohonan sala di kota Kusinara, beberapa saat sebelum parinibbana, sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari Subhadda, seorang pertapa pengembara. Subhadda adalah seorang pertapa pengembara di Kusinara. Pada saat ia mendengar bahwa Pertapa Gotama akan parinibbana pada masa ketiga malam itu, ia mempunyai 3 persoalan yang memusingkan dirinya selama ini. Ia pernah menanyakan k...

Biksu Ujjhanasanni - Dhammapada

Dhammapada ayat 253 bab Syair Noda-Noda Biksu Ujjhanasanni Paravajjanupassissa, niccam ujjhanasannino, asava tassa vaddhanti, ara so asavakkhaya. Orang yang mencari-cari kesalahan orang lain, yang selalu mudah tersinggung, penyelewengan orang itu akan semakin besar, dan semakin menjauh dari pelenyapan kekotoran batin. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan biksu Ujjhanasanni. Biksu Ujjhanasanni selalu mencari-cari kesalahan dan membicarakan keburukan orang lain. Biksu-biksu lain melaporkan tingkahnya kepada Sang Buddha. Sang Buddha berkata kepada mereka, "Para biksu, jika seseorang menemukan kesalahan orang lain lantas mengajarkan dia jalan yang benar, maka itu bukanlah tindak kejahatan dan tidak dapat dipersalahkan." "Namun, apabila seseorang selalu mencari-cari kesalahan orang lain dan membicarakan kejahatan mereka hanya karena iri hati dan benci, ia tidak akan mencapai pembebasan dan pencerapan mental (...

Kisah Mendaka, si Orang Kaya - Dhammapada

Dhammapada ayat 252 bab Syair Noda-Noda Kisah Mendaka, si Orang Kaya Sudassam vajjamannesam, attano pana duddsam, paresam hai jadi vajjani, opunati yatha bhusam, attano pana chadeti, kalimva kitava satho. Kesalahan orang lain mudah terlihat, namun kesalahan diri sendiri sulit terlihat, orang menunjukkan kesalahan orang lain, bagai menampi dedak di angin, dan menyembunyikan kesalahan dirinya sendiri, bagaikan penjilat licik menyembunyikan diri. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di kota Baddiya, sehubungan dengan seorang kaya yang bernama Mendaka. Pada suatu ketika, selama pengembaraan-Nya di kerajaan Anga dan Uttara, Sang Buddha melihat lewat kesaktian-Nya bahwa kesempatan telah tiba bagi Mendaka, istri, putra, menantu, cucu dan pelayannya untuk mencapai kesucian tingkat sotapanna. Oleh sebab itu, Sang Buddha pergi ke kota Baddiya. Mendaka adalah orang yang sangat kaya raya. Menurut kabar, ia menemukan sangat banyak sekali patung-patung kambing berukur...

Kisah Lima Orang Upasaka -2-Dhammapada

Dhammapada ayat 251 bab Syair Noda-Noda Kisah Lima Orang Upasaka -2 Natthi ragasamo aggi, natthi dosasamo gaho, natthi mohasamam jalam, natthi tanhaisama nadi. Tiada api yang menyamai ketamakan, tiada cengkeraman yang menyamai kebencian, tiada jerat yang menyamai khayalan, tiada sungai* yang menyamai keinginan. Sungai terkadang airnya bisa penuh dan meluap, sedangkan keinginan tidak akan pernah terpuaskan. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan lima orang upasaka. Pada suatu ketika, lima orang upasaka hadir di saat Sang Buddha menguraikan Dhamma di Jetevana. Salah satu dari mereka duduk hingga tertidur, orang kedua mencorat-coret tanah dengan jari-jarinya, orang ketiga mengguncang-guncang sebatang pohon, orang keempat menengadah melihat langit, Sedangkan orang kelima adalah satu-satunya dari kelima orang itu yang menghormati dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Biksu Ananda yang berada di dekat Sang Buddha sambil men...

Kisah Biksu Muda Tissa - Dhammapada

Dhammapada ayat 249 dan 250 bab Syair Noda-Noda Kisah Biksu Muda Tissa Dadati ve yathasaddham, yathapasadanam jano, tattha yo ca manku bhavati, paresam panabhojane, na so diva va rattim va, samadhimadhigacchati. Yassa cetam samucchinnam, mulaghaccam samuhatam, sa ve diva va rattim va, samadhimadhigacchati. Orang-orang memberikan sesuatu, menurut keyakinan dan kesenangan hati mereka. Siapapun yang merasa iri, terhadap makanan dan minuman orang lain, maka siang maupun malam, tidak akan merasakan ketenangan. Orang yang rasa irinya, telah terpotong dan dicabut tuntas, maka siang maupun malam, ia akan merasakan kedamaian. Sang Buddha mengucapkan ayat-ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan seorang biksu muda yang bernama Tissa. Tissa, si biksu muda, mempunyai kebiasaan yang sangat tidak baik. Ia selalu meremehkan para donatur dan perbuatan bajik mereka. Ia bahkan menggecam persembahan yang diberikan oleh donatur ternama seperti Anathapindika ...

Kisah Lima Orang Upasaka -1-Dhammapada

Dhammapada ayat 246, 247 dan 248 bab Syair Noda-Noda Kisah Lima Orang Upasaka -1 Yo panamatipateti, musavadan ca bhasati, loke adinnamadiyati, paradaranca gacchati. Suramerayapananca, yo naro anuyunjati, idheva meso lokasmim, mulam khanati attano. Evam bhi purisa janahi, papadhamma asannata, ma tam lobho adhammo ca, ciram dukkhaya randhayum. Seseorang yang membunuh, mengucapkan kebohongan, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinaan. Menggunakan sesuatu yang membuat kecanduan, di dunia ini orang-orang semacam itu, bagaikan menggali liang kubur, bagi dirinya sendiri. Ketahuilah hal itu, orang-orang baik, hal-hal buruk sulit dikendalikan, jangan biarkan keserakahan dan kejahatan, menyeretmu ke dalam penderitaan yang panjang. Sang Buddha mengucapkan ketiga ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, sehubungan dengan lima orang upasaka. Pada suatu ketika, lima orang upasaka menjalankan uposatha di vihara Jetavana. Kebanyakan dari mereka hanya...

Kisah Biksu Culasari - Dhammapada

Dhammapada ayat 244 dan 245 bab Syair Noda-Noda Kisah Biksu Culasari Sujivam ahirikena, kakasurena dhamsina, pakkhandina pagabbhena, samkilitthena jivitam. Hirimata ca dujjivam, niccam sucigavesina, alinenappagabbhena, suddhajivena passata. Hidup adalah mudah bagi orang tak tahu malu, yang licik bagaikan burung gagak, memfitnah, ceroboh, sombong dan tidak bermoral. Hidup adalah sulit bagi orang hidup sederhana, yang menempuh jalan kesucian, yang tidak melekat, rendah hati, hidup bermoral dan berpikiran benar. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Culasari melakukan praktik pengobatan. Pada suatu hari, biksu Culasari kembali setelah mengobati seorang pasiennya. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan biksu Sariputra, dan ia menceritakan kepadanya bagaimana ia melayani pasiennya dan telah diberikan beberapa jenis makanan lezat karena pelayanannya. Biksu Culasari juga memohon agar ...

Kisah Seorang Istri Yang Berselingkuh-Dhammapada

Dhammapada ayat 242 dan 243 bab Syair Noda-Noda Kisah Seorang Istri Yang Berselingkuh Militthiya duccaritam, maccheram dadato malam, mala ve papaka dhamma, asmin loke paramhi ca. Tato mala malataram, avijja paramam malam, etam malam pahantvana, nimmala hotha bhikkhavo. Ketidaksopanan adalah noda seorang wanita, kekikiran adalah noda seorang dermawan. Noda adalah segala hal yang buruk, yang ada di alam ini maupun alam berikutnya. Dari semua noda yang ada, kebodohan adalah noda terburuk. Para biksu, hancurkan noda tersebut, hiduplah tanpa noda. Sang Buddha mengucapkan kedua ayat ini pada saat berada di vihara Veluvana, di dekat kota Rajagaha, sehubungan dengan seorang pria yang istrinya selingkuh. Pada suatu ketika, istri dari seorang pria melakukan perselingkuhan. Pria itu sangat malu karena kelakuan buruk istrinya sampai-sampai ia tidak mau bertemu dengan siapapun. Ia juga menjauhi Sang Buddha. Setelah beberapa masa, pria itu pergi menemui Sang Buddha dan Sang Bu...

Kisah Biksu Laludayi - Dhammapada

Dhammapada ayat 241 bab Syair Noda-Noda Kisah Biksu Laludayi Asajjhayamala manta, anutthanamala ghara, malam vanaassa kosajjam, pamado rakkhato malam. Tidak mengulang adalah noda pelajar, tidak menjaga adalah noda kehidupan berumah tangga, kemalasan adalah noda keindahan, kelengahan adalah noda penjaga. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan biksu Laludayi. Di Savatthi, setelah mendengar Dhamma yang dikhotbahkan oleh biksu Sariputra dan biksu Maha Moggallana, masyarakat selalu kembali sambil memuji kedua Murid Utama itu. Pada suatu hari, biksu Laludayi mendengar pujian mereka. Biksu Laludayi berkata kepada orang-orang itu bahwa mereka juga akan memuji dirinya setelah mendengar apa yang ia khotbahkan. Masyarakat pun meminta biksu Laludayi untuk mengkhotbahkan Dhamma. Ia naik ke atas mimbar namun tidak berkata apa pun. Ia meminta para pendengar untuk terlebih dahulu mendengarkan khorbah dari biksu l...

Kisah Biksu Tissa - Dhammapada

Dhammapada ayat 240 bab Syair Noda-Noda Kisah Biksu Tissa Ayasava malan samutthitam, tatutthaya tameva khadati, evam atidhonacarinam, sani kammani nayanti duggatim. Bagaikan karat pada sepotong besi, mengikis besi itu dengan kemunculannya, begitu juga dengan benih karma buruk, akan menuntun pembuatnya ke alam rendah. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang biksu. Pada suatu ketika, di Savatthi hiduplah seorang biksu yang bernama Tissa. Pada suatu hari, ia menerima satu setel jubah dan ia sangat bergembira. Ia ingin sekali mengenakan jubah itu esok hari, namun, malam itu ia meninggal dunia. Biksu Tissa sangat melekat kepada jubah barunya itu sehingga ia terlahir kembali sebagai seekor kutu dan tinggal di dalam tumpukan jubah-jubahnya. Karena tidak ada orang yang dapat diwarisi maka benda-benda yang ditinggal biksu Tissa akan dibagi-bagikan kepada biksu-biksu lainnya, termasuk jubah baru itu. ...

Kisah Seorang Brahmana -2-Dhammapada

Dhammapada ayat 239 bab Syair Noda-Noda Kisah Seorang Brahmana Anupubbena medhavi, thokam thokam khane khane, kammaro rajatasseva, niddhame malamattano. Bagaikan seorang tukang emas, setahap demi setahap, sedikit demi sedikit, setiap saat menghilangkan kekotoran emasnya, begitulah orang bijak melatih dirinya. Sang Buddha mengucapkan ayat ini pada saat berada di vihara Jetavana, di dekat kota Savatthi, sehubungan dengan seorang brahmana. Pada suatu ketika, seorang brahmana melihat sekelompok biksu merapikan jubah mereka pada saat mereka hendak memasuki kota untuk menerima dana makanan. Brahmana itu melihat jubah beberapa orang biksu menyentuh tanah sehingga jubah mereka basah karena embun-embun yang ada pada rerumputan. Karena itu, ia membersihkan jalur tanah tersebut. Pada keesokan harinya, brahmana itu melihat jubah para biksu menyentuh tanah berlumpur sehingga jubah mereka kotor. Karena itu, ia menutupi jalur itu dengan pasir. Kemudian, ia memperhatikan bahwa para bi...

Kisah Anak Seorang Penjagal-Dhammapada

Dhammapada ayat 235, 236, 237 dan 238 bab Syair Noda-Noda Kisah Anak Seorang Penjagal Pandupalasova danisi, yamapurisapi ca te upatthita, uyyogamukhe ca titthasi, patheyyampi ca te na vijjati. So karohi dipamattano, khippam vayama pandito bhava, niddhantamalo anangano, dibbam ariyabhumim upehisi. Upanitavayo ca danisi, sampayatosi yamassa santikam, vase te natthi antara, patheyyampi ca te vijjati. So karohi dipamattano, khippam vayama pandito bhava, niddhantamalo anagano, na punam jatijaram upehisi. Kau kini bagaikan daun layu, utusan kematian sedang menunggumu, kau akan menempuh perjalanan jauh, namun kau belum memiliki bekal. Buatlah pulau bagi dirimu sendiri, berjuanglah segera agar menjadi bijak, setelah noda-noda dan nafsu dibersihkan, kau akan memasuki alam para ariya. Kehidupanmu akan segera berakhir, kau sedang berjalan menuju kematian, tiada tempat beristirahat bagimu, namun kau belum memiliki bekal. Buatlah pulau bagi dirimu sendiri, berjuangl...



Sekilas Info


PEMBANGUNAN VIHARA MAHASAMPATTI


Vihāra Mahāsampatti mengajak para dermawan berhati mulia untuk menjadi penyokong Dhamma dan penganjur berdana dengan berdana COR LANTAI.


Luas bangunan Vihāra Mahāsampatti ± 5555 m2. Untuk itu Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11, Kel. Sei Rengas Permata, Kec. Medan Area, Medan, Sumatera Utara, masih sangat membutuhkan kedermawanan Anda.



Baca di situs resminya:

http://donasi.viharamahasampatti.or.id





MEDITASI VIPASSANA


Sukhesikarama Mindfulness Forest (SUMMIT), Bakom, Cianjur, Jawa Barat:

Tempat terbuka sepanjang tahun bagi yang ingin berlatih secara intensif baik mingguan, bulanan, maupun tahunan.



Selama masa pandemi Covid 19 retreat ditiadakan, namun bagi yang ingin berlatih meditasi silahkan datang.

Informasi Lengkap:
lihat di website Sukhesikarama


Informasi Guru Pembimbing:
simak tentang Bhante GUNASIRI

Channel di Youtube Sukhesikarama TV

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”





PEMBANGUNAN RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTER


Panitia pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE memberi kesempatan untuk berbuat kebajikan, demi terwujudnya pembangunan RAKKHITAVANA BUDDHIST CENTRE di Jl. LetJend Jamin Ginting KM 27, sebagai tempat meditasi yang terpadu, sunyi, segar, serta bernuansa asri dengan lokasi yang terjangkau dalam waktu 1 jam dari kota Medan.


Baca di halaman Facebooknya:

Rakkhitavana.